Hai... 😊
Sesuai janjiku, cerita ini bakalan ada Ekstra Partnya.
Ini povnya udah Ade, jadi jangan kebalik sama povnya Maimunah, nanti binggung 😂Happy reading
.
.
.
Angin terasa berembus dengan lembut, menyapa kita yang sedang bersantai sore ini di Taman Universitas.Rovan terlihat sedang rebutan bakso bakar dengan Astrid, Guntur sibuk berbalas chat di grup angkatannya, sedangkan gue dan Maimunah, sibuk dengan bacaan kita masing-masing.
Gue membaringkan badan di atas tikar yang sengaja kita bawa. Tapi, gue merasa kurang nyaman berbaring tanpa adanya ganjelan di bawah kepala, akhirnya, gue sedikit bergerak, lalu membaringkan kepala di paha Maimunah.
"Ahh, nyamannya." Gue tersenyum saat Maimunah melirik dari sela bukunya, dengan iseng gue mengapit kedua pipinya, sampai bibirnya mengerucut membentuk mulut bebek.
"Iiih ... Ngangu aja." sebalnya, memukul punggung tangan gue dengan pelan, dan membuka lembaran selanjutnya.
"Lagian, ada Aak di sini, Neng malah fokus ke buku." Gue mengerucutkan bibir, merajuk akan tingkahnya yang terkadang kelewat cuek itu.
"JIJIK!!" umpat mereka berbarengan, sedangkan Maimunah tertawa lirih mendengar umpatan mereka.
"Sirik!" ketus gue, dan dihadiahi kata lebay dari mereka semua.
Gue dengan iseng meraih tangan Maimunah yang tidak memegang buku itu, menciumnya sesekali, menghirup aroma hand sanitizer yang dia gunakan. Dia tampak tidak terusik dengan apa yang gue lakukan, perlahan-lahan kecupan singkat di tangannya menjadi gigitan-gigitan pelan di sepanjang permukaan punggung tangannya, dia mengaduh sakit, saat gigitan gemas itu menjadi sedikit lumatan.
"Jorok tau." dengan merenggut, dia mengelapkan punggung tangannya itu pada pipi gue. Gue tertawa, saat dia dengan iseng menekan punggung tangannya di atas lubang hidung gue, untuk menyumbat keluarnya udara dari dalam hidung.
"Jangan tekan lama-lama, ntar Aak mati, Neng ngejomblo lagi." canda gue yang mendapat tepukkan ringan di atas bibir.
"Kalo ngomong, sering ngelantur deh," ucapnya tertawa.
"Tenang Mai, kalo lo jomblo, nanti gue kenalin sama senior terganteng di fakultas gue." celetuk Guntur santai tanpa memikirkan perasaan gue.
"Eh, jomblo diem deh," sembur gue tidak terima. Enak aja, pacar gue mau dikenalin gitu aja sama seniornya. Sementara dia memutar mata, malas untuk mendebat gue.
"Sabtu besok kita Main kemana gitu?" tanya Astrid sebelum meraih air minum dari Rovan.
"Kemana ya yang, kalo nonton aku bosen, kita hampir tiap minggu nonton bareng." Keluh Rovan.
"Masak bareng gimana? Atau baberque bareng." usul Guntur.
"Boleh, mau baberque-an dimana?"
"Di Rumah gue aja," jawab Astrid, dan kita semua setuju akan hal itu.
"Udah sore nih, yuk pulang," ujar Maimunah melihat keadaan langit yang mulai menjingga itu.
"Masih kangen." Rajuk gue memeluk pinggangnya, dia mendengkus, lalu menepuk pipi gue dengan buku tebalnya itu.
"Jangan lebay, baru juga semingguan gak ketemu."
Gue mengerucutkan bibir, kesal setelah pipi gue dipukul pelan. Maimunah berdiri dengan cuek, seolah tidak ingin kalo gue bermanja-manja terlalu lama dengannya.
Walaupun kita satu kampus, tapi memiliki jadwal yang berbeda satu sama lainnya. Maimunah mengikuti berbagai organisasi yang mengharuskannya untuk selalu aktif dilini manapun, berbeda dengan gue yang hanya aktif di BEM seawal masuk kuliah.
Gue berdiri, lalu membantunya merapikan buku dan tikar bersama-sama.
"Mau pulang bareng kita?" tanya Guntur sembari membuka kunci mobilnya.
"Deluan, gue sama Ade pakai pulangnya naik motor aja," tutur Maimunah.
"Ya udah, kita deluan ya." Pamit Rovan.
"Dah ... Mai, De." Astrid melambaikan tangannya, mengikuti Guntur dan Rovan yang akan memasuki mobil.
Setelah bunyi klakson tanda berpamitan. Gue menggengam tangan Maimunah, kita berjalan pelan menuju parkiran taman.
"Kenapa gak ikut bareng Astrid, Mai. Ini mau hujan loh." tanya gue sambil melihat ke sekeliling yang mulai tampak mendung.
"Gue gak mungkinlah ninggalin lo, lagian gue suka naik motor bareng lo," ujarnya lembut dengan mengayun-ayunkan tangan kita.
"Tapi ini mau hujan, gue gak masalah kalo lo pulang bareng mereka tadi."
Maimunah mengelengkan kepalanya, "Tetap aja lebih seru bareng lo, lagian kita udah lama pulang hujan-hujanan bareng."
"Nanti lo sakit tau." cubit gue gemes pada pipinya, "sorry ya, mobil gue mendadak mogok tadi."
"Gak papa ih, ayo pulang, udah gerimis ini."
Gue Menengadah ke arah langit, melihat gerimis yang mulai turun perlahan. Gue menstarter motor, menembus jalanan sore ini bersama Maimunah yang duduk cantik di belakang gue.
----------------Selesai------------------
Udah ya, sampai di sini cerita ku MATEMATIKA ini. Makasih kalo kalian ikutin cerita ini dari awal sampai akhir ❤️❤️❤️
Teruntuk silent readers, boleh dong, aku minta votenya?? Ini kan Part terakhir, gak akan ada lagi lanjutannya kecuali versi bukunya nanti #insyaallah kalo ada yang berminat dan kalo ada penerbit yang mau meminang cerita ini wkwk.
Akhir kata, bye semua...
Sampai ketemu di cerita aku yang lainnya 😇Dipublikasikan : Sabtu, 30 Mai 2020. Pukul 14:28 Wib
KAMU SEDANG MEMBACA
Ku MATIMATIKA (Mati-matian ngejar kamu) END
Lãng mạn[Close feedback ] Sedang masa revisi. Gais ... Gais, jangan skip cerita ini ya, Cerita ini bukan tentang, si kutu buku yang over dengan pelajaran matematika. Bukan juga tentang, murid teladan yang selalu menang lomba matematika, tapi ini kisah...