Hinata berjalan dengan terpincang-pincang, seharian bekerja membuatnya lupa meminum obat pereda rasa nyeri, sehingga rasa sakit di kakinya kembali kambuh. Hinata harus segera mengistirahatkan kakinya, jika tidak ingin sakitnya semakin bertambah. Ia berjalan sembari mengamati keadaan sekitar. Kalau bisa jangan sampai ada melihatnya masuk, tapi kalau pun harus bertemu seseorang minimal seseorang itu bukanlah Sasuke maupun asistennya. Beruntung karena hotel ini baru beroperasi jadinya tidak terlalu banyak orang yang berlalu lalang.
Seharian berkeliling menemani tamu dari Korea, membuat Hinata hafal jalur mana saja yang bisa ia lewati dengan aman tanpa pengawasan. Dan jalur yang paling aman untuk bisa naik ke tingkat atas adalah melalui tangga emergensi yang berada di ujung lorong sebelah kiri dari pintu masuk. Sebenarnya letaknya lumayan jauh dan cukup memberatkan kakinya yang mulai di landa nyeri hebat. Bisa saja Hinata menaiki lift atau tangga utama yang tidak jauh dari jangkauannya, namun Hinata tak mau mengambil resiko. Melalui jalanan umum memungkinkannya bertemu dengan Sasuke maupun Sai.
Hampir saja jarak menuju tangga emergensi tinggal beberapa langkah lagi. Tiba-tiba seseorang dari belakang menghentikan langkahnya.
"Anda mau kemana?"
'Oh tidak,' batin Hinata.
Degdegdeg, jantungnya berdebar tak karuan. Rasanya seperti sedang memainkan game horor. Tentu Hinata harus segera berlari dan menjauh, namun cedera di kakinya mencegahnya untuk itu.
Hinata pun menoleh sambil memikirkan jawaban yang tepat jika dirinya di tanya. Untungnya seseorang yang menginterupsi pergerakannya itu hanyalah seorang petugas keamanan.
"Anda tidak beristirahat?” sapanya.
"Aku habis dari luar untuk membeli sesuatu," ucap Hinata sembari menunjukan bungkusan yang ia bawa yang berisi makanan manis.
"Oh, mengapa anda tidak segera beristirahat, tamu yang lainnya sudah beristirahat di lantai 5,"
Oh my God, kebetulankah ini? Mungkin petugas keamanan ini berfikir jika Hinata adalah salah seorang tamu dari Korea itu.
"Aku akan menyusul mereka,"
"Kalau begitu lewat sini saja," ucap petugas itu menunjukan lift yang tersembunyi yang berada tak jauh dari tangga emergency. Disana tertulis 'khusus karyawan,'.
'Ya, ampun mengapa tidak terfikir dari tadi,' batin Hinata menggerutu sembari menepuk jidat.
"Memangnya tidak apa-apa?" tanya Hinata berbasa-basi.
"Dari pada anda harus berjalan memutar,"
"Benar juga," ucap Hinata sambil bergegas masuk ke dalam lift.
"Terima kasih," ucap Hinata sebelum menutup pintu lift.
Entah harus disebut bodohkah petugas keamanan itu, yang pasti Hinata meyakini jika ini adalah salah satu bentuk pertolongan Tuhan untuknya.
Hinata menekan tombol angka Lima, lift pun beranjak naik, namun sesaat kemudian Hinata mengganti tombol tujuannya menjadi angka 10. Jika para tamu itu ada di lantai 5, bukan tidak mungkin Sasuke pun ada disana. Tentu Hinata harus memilih area yang masih kosong agar keberadaan tidak diketahui.
Ting…
Lift telah sampai mengantarkannya ke lantai paling atas, begitu sampai di sana, Hinata sedikit merasakan kengerian tersendiri. Begitu hening, sangat jauh dari keramaian, lorongnya tampak sepi dengan pencahayaan yang temaram.
Wajar saja namanya juga hotel yang baru beroperasi, jadinya masih ada banyak kamar kosong yang belum terisi. Aroma bau cat masih sangat menyengat disini, seperti bangunan yang masih baru yang belum tersentuh. Pengunjung hotel ini belum terlalu banyak, baru sampai lantai 5 saja yang sudah beroperasi, selebihnya merupakan bagian yang agak terbengkalai. Tadi saat Hinata menemani para tamu itu belum sampai ke lantai 10 ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sweet Girl
Fiksi SejarahDi daur ulang dari drama korea berjudul "my girl" yang populer di tahun 2010an, penasaran? Baca aja Happy reading