Jangan lupa vote dan comment ya cintaku.
Happy reading***
Sesuai perkataan acuh Jimin, maka Seulgi dan teman penyusupnya itu mendapat hukuman berupa lari mengelilingi pohon terbesar di hutan itu. Ada satu yang terkenal disana, katanya sih angker. Tapi Wendy tidak peduli dengan itu, Seulgi juga. Masalahnya sekarang, pohon ini benar-benar besar dengan diameter yang tidak kurang dari enam meter.
Masalah lainnya, mereka harus berlari dengan kaki telanjang. Setidaknya itu cukup untuk memberikan beberapa goresan pada kaki jenjang keduanya. Terutama Seulgi, kaki mulusnya ternoda oleh goresan-goresan tajam rumput liar. Beda dengan Wendy, dia memang anak jalanan dan kulit tubuhnya sedikit tebal. Hehe.
"Seul, itu kaki Lo ga papa?" Wendy tidak tega, kakinya juga terasa sedikit perih tapi ayolah, dia bukan Seulgi anak rumahan yang tidak terbiasa seperti ini.
Seulgi mengikat rambutnya tinggi kemudian mengikuti Wendy merebahkan tubuhnya seolah rumput tepi danau adalah kasur ternyaman yang dia punya sekarang. Ya! kegiatan outbond sudah selesai sejak tadi dengan hasilnya adalah hukuman dari senior Yoongi dan disaksikan seluruh Sunbae. Hukuman lainnya adalah teguran dari senior Taehyung. Baik Seulgi maupun Wendy harus melapor padanya besok pagi.
Kedua hukuman itu tidak terlalu masalah baginya, termasuk luka di kakinya. Asal kalian tahu saja, Seulgi terinjak kaca dan harus mencabut beling itu diam-diam jika tidak Wendy akan merespon berlebihan. Adapun yang mengusik adalah, bagaimana cara Jimin memandangnya.
Pada putaran ke dua puluh lima, mereka sempat bertukar pandang dan Seulgi tidak membuangnya kali itu. Namun apa yang dia lihat hanyalah tatapan dingin-- tak peduli dari seorang Jimin. Bahkan pria itu masih sempat-sempatnya berbicara dengan temannya.
Tahukah dia kalau itu lebih menyakitkan bagi Seulgi daripada cibiran para senior perempuannya? Tidak dipedulikan oleh satu-satunya orang yang dia harapkan lebih menyedihkan daripada semua hukuman yang dia terima hari ini.
Sigh!
Harusnya Seulgi sadar bahwa hanya dirinya lah yang berharap karena Jimin memang tidak pernah berubah. Selalu dingin dan seolah tak saling kenal.
"Wen, gue balik dulu." Seulgi beranjak. Memikirkan pengabaian kesekian kalinya membuat dia tidak dapat menikmati danau di waktu senja.
"Cepet banget, Seul? Gue antar ya? Lo kan ga bawa kendaraan!" Wendy melompat dari pose rebahannya dan segera mengejar Seulgi yang berjalan sedikit aneh. Wendy kira karena kelelahan berlari, padahal Seulgi menahan nyeri pada tumit kaki kanannya.
"Hei! Ga denger ya?!" Wendy menepuk pundak Seulgi. "Gue anter!"
"Ga perlu. Nanti Lo kemaleman, rumah kita ga se arah juga. Gue bisa balik bareng Park Sooyoung, Kok." Seulgi hanya menghibur karena sepertinya Sooyoung sudah pulang. Terlihat saat Lamborghini merah itu sudah tidak ada di parkiran. Tapi sayangnya Wendy tidak sadar hal itu karena dia tidak begitu mengenal Sooyoung, apalagi mobilnya.
Ketahuilah, keluarga Park sangat sulit di dekati apalagi dijadikan teman. Mungkin dalam satu kampus hanya Seulgi satu-satunya yang bisa dekat dengan Sooyoung. Kedekatan yang sudah seperti keluarga.
"Soyoung?" Tanya Wendy lagi. Gadis itu tahu kalau Seulgi berteman dengan Sooyoung, hanya saja dia selalu terkejut saat mendengarnya lagi dan kagi. Juga, dia merasa kagum ---lagi, pada Seulgi. Memang mantan orang tajir teman-temannya tidak berubah. Masih kaum kelas atas. Apalah Wendy yang remahan kuaci ini.