Laudya mengangsurkan minuman kaleng dingin kepada Olla, keduanya sekarang sedang berada disalah satu minimarket dekat bengkel tempat kerja Rizki.
Laudya tahu jika dia berhutang penjelasan dan permintaan maaf, gadis itu bahkan tak menyangka jika Olla tadi siang akan mampir ke bengkel dan mendengar percakapannya dengan bos tempat Rizki bekerja.
Sedangkan Olla sendiri masih tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya, rasanya saat ini juga Olla mau meminta penjelasan pada Rizki, karena Olla lebih percaya pada suaminya daripada Laudya, biarpun Laudya adalah sahabatnya sendiri.
Laudya duduk dibangku tepat didepan Olla, memegang minuman kaleng yang sudah diletakkannya dimeja, jujur Laudya merasa sangat bersalah saat ini, baik pada Olla maupun pada Rizki.
"Rizki nggak tahu apa-apa, La" Ucapa Laudya singkat, gadis itu menatap mata Olla yang juga sedang menatapnya, "Ada alasan kenapa semua ini bisa terjadi"
Olla menghembuskan napasnya kasar, bagaimanapun Laudya bukan lagi anak kecil yang tak tahu mana yang salah dan yang benar, "Maksud kamu ngaku-ngaku jadi pacar Rizki itu inisiatif kamu sendiri gitu?"
Laudya hanya bisa menundukkan kepalanya, "Sebenernya ada alasan kenapa aku begitu La, lagian bukan aku yang ngaku-ngaku kok, tapi-"
"Lantas kenapa kamu nggak menyangkal?" Sergah Olla menahan emosi, "Kupikir kamu sudah cukup dewasa untuk membedakan mana yang benar dan yang salah"
"Ini demi kebaikan Rizki, La" Jelas Laudya, "Kamu tahu kan Rizki butuh kerjaan, dan ini salah satu syarat dia diterima ditempat itu"
"Syarat? maksudnya, syaratnya harus menjadi pacar bohongan kamu, gitu?"
Laudya mengangguk kasar, "Bukan. ada syarat lain"
Olla masih menunggu, menunggu Laudya membuka suaranya, "Aku nggak tahu apa motif kamu melakukan ini, tapi apapun alasannya aku nggak mau lagi denger kamu melakukan itu didepan atau dibelakang aku"
Laudya bungkam, janjinya pada Rizki adalah jika Rizki akan mengatakan sendiri pada Olla jika sudah waktunya tiba, "Kumohon La, jangan bawa-bawa Rizki, dia nggak tahu apa-apa"
Olla yang mendengar itu lama-lama jengah juga, Olla lalu beranjak dari duduknya, meninggalkan Laudya disana sendirian dengan rasa bersalahnya.
Hari ini benar-benar hari yang panjang bagi Olla, baru beberapa waktu yang lalu Olla bernapas lega lantaran masalahnya dengan Rizki sudah selesai dan sekarang ada lagi masalah baru yang membuatnya lumayan pusing.
Dua gadis itu dulu memang sangat dekat, bahkan Olla sudah menganggap Laudya sebagai saudaranya sendiri, bukan hal baru bagi Olla memang jika dia selalu kalah dengan Laudya soal percintaan, tapi kali ini Olla merasa jika Rizki adalah sepenuhnya miliknya bukan barang yang harus dibaginya dengan laudya seperti biasanya.
"Kamu kenapa La? kok lemes?" Tanya mama Olla, wanita itu lantas memegang kening putrinya dan beranapas lega ketika mengetahui putri kesayangannya tidak sedang demam, "Atau ada masalah dikantor?"
"Olla cuma lagi capek aja ma, terus kayaknya juga lagi masuk angin"
"Mau mama kerokin?"
Olla menggeleng, "Aku cuma pengen tidur lebih awal"
"Ya udah naik sana gih, nanti mama bikini teh anget"
Olla menurut lalu naik kelantai 2, bukan hanya masuk angin Olla juga merasa pening dikepala juga seluruh tubuhnya terasa lelah dan pegal.
Satu jam kemudian terdengar pintu dibuka dari luar, Olla sudah tidur tadinya dan begitu menyadari suaminya pulang Olla pun terbangun masih dengan kondisi yang tak lebih baik dari tadi sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfection of love
RomanceOlla adalah gadis super aktif yang sudah terikat dengan seorang laki-laki sejak usianya 10 tahun, mereka dijodohkan dan berpisah jarak setelahnya. Saat Rizki, tunangannya kembali Olla mulai bingung dan dihadapkan dengan berbagai kegelisahan tentang...