Di teror kembali

3 1 0
                                    

Sehabis makan Elang langsung mengembalikan HP Tasya dan Elangpun langsung kembali bermain game di hpnya. Tasya membereskan meja dan menaruh piring beserta gelas ke dapur, mungkin besok ia akan menyuci piring beserta gelasnya karena cucian piring masih sedikit. Tasya mengambil makanan ringan dari dalam kulkasnya untuk disuguhkan kepada Elang. Tasya melempar makanan itu ke atas meja. Melihat Elang yang tiduran di sofa membuat Tasya salah tingkah.

"Lo sampe kapan di rumah gua? "

"Sampai lo jadi pacar gua! "

Ujar Elang mengejutkan Tasya. Tasya meneguk ludahnya dan mengerutkan dahinya.

"Lo bilang apa barusan? "

Jawab Tasya, Elang yang mengubah posisi tidurnya menjadi duduk tapi pandangan Elang masih terpaku kepada hpnya.

"Ha? Kenapa Sya? "

Ujar Elang berusaha menutupi perkataanya. Tiba - tiba hp Elang berbunyi terlihat panggilan video call masuk. Tasya hanya melirik sekilas sebelum telfonnya diangkat oleh Elang.

"Hai..? "

Sapa Elang kepada seseoeang yang menelfonnya.

"Apa kabar lo? "

"Baik kok, btw lo tambah cantik aja! "

Seru Elang, mendengar perkataan itu Tasya sadae bahwa Elang tak memiliki rasa apapun kepada Tasya. Sebenarnya Tasya tak terlalu mempermasalahkan saat Elang bilang ke perempuan yang di telfonnya cantik, tapi Elang mempermasalahkan kenapa harus hari ini Tasya mengetahuinya.

"Lang gua masuk kamar dulu ya"

Ucap Tasya merasa tak enak jika mengganggu Elang. Tasya langsung pergi meninggalkan Elang dan masuk ke dalam kamarnya. Lagi - lagi Tasya di kejutan oleh tulisan ancaman, tapi Tasya sungkan untuk memberitahu Elang yang mungkin sedang kasmaran.

HALLO CANTIK..!!
NGGA ADA KATA NYERAH UNTUK NGEDAPETIN KAMU.. !
LO PILIH MATI ATAU LO NYERAH DAN BERSENANG - SENANG BERSAMA KAMI..!

Tasya berusaha untuk tidak panik dan menjerit. Tasya menatap keluar dari arah jendela kamarnya siapa tahu pengirim masih ada disekitaran sini, tapi ternyata sang pengirim sudah tak terlihat lagi jejaknya. Tasya menghela nafas berat dan membiarkan air matanya untuk lolos. Elang terdengar sedang tertawa terbahak - bahak sedangkan Tasya sudah menangis ketakutan di pojok kamar.

"Sya lo ngapain masuk? "

Teriak Elang dari arah luar. Tasya tak membalas sepatah kata dari Elang.

"Sya lo lagi ngapain? "

Tasya berusaha untuk menghapus air matanya dan menghilangkan rasa ketakutannya. Tasya harus meyakinkan dirinya bahwa semua akan baik - baik saja.

"Sya..? "

Suara Elang terdengar di depan pintu kamar Tasya. Tasya melebarkan senyumannya dan menghapus air matanya agar ia terlihat baik - baik saja. Dalam cermin Tasya selalu menguatkan dirinya kalau dia akan baik - baik saja karena ada sang ayah yang selalu menjaganya.

"Kenapa?"

Tanya Tasya membuka pintu kamarnya.

"Lo habis nangis? "

Mata Tasya masih terlihat sembap tapi Tasya harus menutupi semuanya dari Elang.

"Enggak kok, gua capek aja"

"Ngga usah bohong sya, lo habis nangiskan?"

"Lo ikut gua aja ke bascamp ya? "

"Elang kalau mau ke bascamp, ke basecamp aja sendiri gua mau tidur siang"

"Enggak lo itu habis nangis, lo kenapa nangis? "

Elang terus - terusan bertanya kepada Tasya. Percakapan itu masih tetap aja berada di ambang pintu.

"Ngga papa"

Elang mulai meneliti kamarnya dan disusur kamar Tasya Elang melihat ada secarik kertas yang sudah lusuh. Tanpa permisi masuk kamar Elang langsung menuju ke arah pojok ruang kamar Tasya. Elang membaca kertas tak berguna itu dan Elang sadar bahwa Tasya nangis karena ketakutan. Tasya hanya terdiam beridiri diambang pintu.

"Ikut gua ke basecamp ya!"

"Tapi gua ngantuk.. "

"Ntar tidur di basecamp"

Elang menarik tangan Tasya dan membawanya menuju basecamp anak geng montornya. Dalam perjalanan tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Tasya.

---0---

Tasya sebenarnya memang ngantuk banget dan sungkan untuk masuk ke dalam basecampnya karena Tasya perempuan.

"Lo yakin bawa gua kesini? "

Elang menggenggam tangan Tasya dan membawa Tasya masuk ke basecamp.

"Widih udah berani bawa pacar kesini! "

"Dit minggir, kasih Tasya duduk"

Oditpun langsung beranjak beridiri dan membiarkan Tasya untuk duduk. Pandangan Tasya masih kosong karena mungkin dia masih merasa terancam.

"Hai Tasya.. "

Sapa Gathan dan Odit. Elang mencopot jaketnya dan pergi menuju ruangan lain.

"Lo ngapain melamun woi? "

Tanya Tasya yang diam aja dari tadi. Elang membawa secangkir teh untuk diminum oleh Tasya.

"Sya, kenapa tadi lo ngga bilang sama gua? "

Ujar Emas menatap Tasya dengan kasihan.

"Kenapa Lang? Di serang lagi? "

Tanya Odit yang langsung menyimpulkan.

"Tasya di teror Dit"

Sahut Elang membuat Odit dan Gathan yang sedang asik bermain PS itu terkejut.

"Serius Lang? "

Ujar gathan merasa tidak percaya bahwa geng montor ression bisa senekat itu apalagi itu Tasya seorang perempuan yang menjadi target incarannya. Elang hanya menjawab perkataan Gathan dengan anggukan kepala. Tasya menarik nafas panjangnya.

Boleh saja jika kamu mau menaruh rasa. Tapi sebaiknya jangan terlalu dalam untuk merasakannya.

MetamorfosaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang