Part 11

32 1 0
                                    

*****

Dengan semangat yang membara, serta senyum yang merekah gue menuju kelas. Berhubung suasana hati gue lagi baik. Layaknya habis dapat uang kaget, gue merasa dunia lagi berpihak kepada gue.


Monggo di tebak.

Jadi akan gue ceritakan apa yang menjadi alasan kenapa gue begitu senang hari ini. Mari merapat.
Nah, pagi ini gue ketemu dong sama Rafael yang pastinya kalian harus ingat sebab dia ada pangeran yang gue cintai. Maka bagi calon pelakor ataupun pelakor yang hendak menggoda Rafael di harap mundur sebab gue juga bakalan mundur sih. Kan gue ngga bilang kalo gue berani.

Acap kali gue menghayal kalau gue bakal ketemu sama Rafael setiap hari tapi selalu saja tidak bertemu. Tapi satu yang pasti, hari ini gue ngga ada kepikiran tuh sama sekali sama dia, tapi apa yang yang terjadi, gue malah di takdirkan untuk bertemu. Emang ya, definisi jodoh ngga akan kemana itu benar adanya.


Hari ini, bahu gue ngga sengaja berpapasan sama Rafael. Ngga sengaja aja rasanya udah senangnya minta ampun apalagi berpegangan. Maka dipastikan gue akan pingsan saat itu juga. Andai kalian tahu, setelah kejadian ngga disengaja tersebut membuat rasa cinta gue naik level menjadi cinta mampus sama Rafael. Bahkan gue tanpa sadar melompat heboh di depan pintu kelas gue. Bodo amat bakalan di saksikan teman sekelas gue. 


"Gue rasa penyakit Lo makin parah deh Ren"

Tania menatap gue iba melihat tingkah gue yang semakin rada mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, Tania yang menjadi orang pertama melihat sifat buruk gue, dari yang buruk sampai yang paling terburuk banget. But, i love her so much.

"Gak juga. Gue masih waras kok"


Ucapan gue malah dibalas gelengan tanda tak percaya oleh Tania. Bahkan tangan kurusnya mulai terulur di kening gue.

"Gue ngga sakit. Ngga percayaan banget sih jadi orang" kata gue menatap Tania sengit.

"Lagian, pagi-pagi udah cengar-cengir mana ngga ada alasan lagi"


"Ya karna emang mau nyengir aja. Gue mau pamerin gigi putih gue" ucap gue berbangga diri.

Tania hanya menatap gue malas tanpa mau menyahut lagi karena pasti akan gue balas. Karena kita emang begitu, tidak ada hentinya untuk saling membalas.

Tak berselang lama, mata pelajaran kita berdua di mulai. Saatnya kita mengumpulkan hasil pekerjaan tugas kelompok yang semalam di perintahkan oleh Pak Heru. Dan bel istirahat pun berbunyi.

Istirahat kali ini gue memutuskan untuk tidak ikut pergi ke kantin karena gue ingin di kelas saja. Ngga tahu kenapa, tiba-tiba mood gue berubah dan malas untuk kemana-mana. Maka dari itu, gue hanya menitipkan makanan ke Tania yang barusan saja pergi bersama Rayne dan Alexa menuju kantin.


"Nih"

Gue melihat satu kotak susu di depan gue persis di depan wajah gue yang telungkup dengan menoleh ke kanan. Gue melirik siapa gerangan berhati baik yang sudah memberikan satu kotak susu di atas meja gue. Sontak gue terbangun saat melihat Alvano menjulang tinggi di depan gue bersama dengan senyum manisnya.

Let's you love me, Twin crazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang