Dokumen yang cukup familiar meski tanpa tertera keterangan nama sekolah. "Ijazah paket C?"
"Iya, sekarang aku juga lulus SMA!"
"Kita berdua lulus bareng?"
Keduanya menghamburkan pelukan merayakan kelulusan yang didambakan. Ternyata Dara diam-diam telah mengikuti program ujian kesetaraan Paket C demi mendapatkan ijazah SMA. Meski ijazah tersebut tak terlalu berguna di usianya saat ini, tapi itu adalah impian Dara sejak lama yang ingin merasakan bagaimana mendapatkan sebuah dokumen kelulusan pendidikan.
Setelah hari kelulusannya, Andhin tinggal menunggu jadwal SBMPTN untuk mengikuti tes tertulis masuk perguruan tinggi negeri. Segala hal ia persiapkan mulai dari pengetahuan, fisik dan mental. Dirinya tak mau mempersembahkan hasil yang mengecewakan untuk orang-orang yang ia sayangi. Terlebih ia ingin mengangkat derajat keluarganya dengan meraih pendidikan yang tinggi.
Tes SBMPTN semakin dekat. Andhin optimis kalau ia bisa melewati semua itu dengan baik. Persiapan terasa sudah matang meski tak bisa menjamin hasil tes akan memuaskan 100 persen. Setelah ratusan kali mengerjakan latihan soal, ia tidak menemukan kesulitan yang berarti saat mengerjakan lembar soal SBMPTN.
Usai beberapa tahap seleksi dilaksanakan, kini ia tinggal menunggu jadwal pengumuman dari hasil tes. Hari demi hari ia isi dengan berdoa dan berbuat baik agar mendapatkan hasil yang diharapkan.
Sebulan berlalu, detik waktu pengumuman telah tiba. Degup jantungnya terasa kencang saat bersiap membuka website resmi universitas. Berharap mendapatkan kabar baik dari perjuangannya selama ini.
Semua anggota keluarga yang tengah berkumpul di luar kamar tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah teriakan perempuan. Satu-satunya wanita di sana yang tak bisa mendengar turut spontan mengikuti suami dan anak lelakinya berjalan cepat memeriksa kamar seorang gadis. Ketika membuka pintu kamar, mereka melihat Andhin yang langsung berlari memeluk kedua orang tuanya.
"Ma, Pa, aku diterima di UNPAD!" ungkap Andhin kegirangan sambil menjinjit-jinjit kaki.
Namun, reaksi itu tak disambut kedua sang ayah dan ibu. Mereka tersenyum kaku terlebih raut wajah sang ayah yang menjadi lesu saat membahas biaya kuliah yang harus dibayar nanti. "Tapi, kayaknya nanti Papa gak mampu biayain penuh kuliah kamu, Dhin. Kecuali rumah ini kita jual."
"Jangan khawatir Pa, aku punya kenalan namanya Bu Rani. Dia janji kalau aku keterima di UNPAD. Bu Rani mau bantu pinjemin dana buat biaya kuliah aku. Nanti kalau aku udah lulus, bisa aku ganti lagi!" Andhin bercerita dengan antusias seolah tak ada yang harus dipikirkan lagi selain berkuliah.
"Bener nih? Gak usah lah, nanti pas kuliah kamu malah kepikiran utang."
"Iya! Nanti aku telepon Bu Rani ya."
Andhin berjalan lagi ke dalam kamar untuk mengambil ponsel. Lalu kembali berdiri di depan kedua orang tuanya sembari menelepon orang yang dimaksud. Sengaja ia mengaktifkan pengeras suara agar ayahnya ikut mendengar percakapan. Tangan yang memegang ponsel gemetar merasakan senang bercampur tegang kala mendengar Bu Rani mengangkat teleponnya.
📞
Halo, Bu, ini Andhin
Iya, Andhin. Ada apa?
Bu, saya diterima di UNPAD, fakultas kedokteran.
Wah, Andhin selamat ya. Nanti kalau kamu udah mulai kuliah di UNPAD, gak usah ngekost, ikut tinggal di rumah ibu aja. Masalah biaya kuliah juga gak usah dipikirin, biar ibu yang biayain.
KAMU SEDANG MEMBACA
About D ( Her Secret ) ✔
Teen FictionCerita Wattpad dengan visual ilustrasi di dalamnya. Andhini tak menyangka, di masa remajanya ia akan dipertemukan kembali dengan seseorang yang sempat datang di masa kecilnya. Dia adalah Dara, yang kini bersembunyi di balik nama barunya, Nadi. Nadi...