PART 3

532 49 21
                                    

Hai, teman-teman. Apa kabar ? Aku sedang menunggu hujan yang tak kunjung turun.

Aku melihat ke arah jendela, langit mendung, pohon-pohon yang tandus. Aku tersenyum dan kulanjutkan tulisanku.

Seharusnya sekarang aku sedang menyiapkan perlengkapan untuk study tourku nanti. Tapi malah sebaliknya aku harus menghabiskan liburan disini. Terimakasih untuk sakit yang ada di tenggorokanku, dan demam yang tak kunjung turun. Aku berpikir ketika suhuku naik lagi tadi pagi. Aku ga akan menyebutkan berapa suhuku. Karena orangtua ku pasti akan membaca ini nanti. Sejauh yang mereka tau, aku hanya kedinginan. Baiklah, teman-teman. Terimakasih uda membaca blog ku. Ini waktunya aku harus istirahat. Semoga hari kalian menyenangkan. Sampai jumpa !

Aku mulai membuat weblog ini tahun lalu. Agar orang-orang tau apa itu fibrosis kistik. 10 menit berlalu, sudah banyak komentar yang masuk di postinganku tadi. Banyak dari mereka memberi komentar positif. "Bertahanlah rara !" , "kita sayang kamu" dan ada juga yang berkomentar.. "menikah sama aku !"

Aku merasa bahagia membaca komentar yang masuk. Ku hembuskan napasku perlahan dan aku tutup browser, dan langsung terlihat background desktop dengan fotoku, nabila dan putri. Kita bertiga bergandengan tangan dan memakai lipstik dengan warna yang sama merah.

Aku ingat, saat itu nabila mau memakai warna pink. Tapi putri bilang kalau merah itu warna yang kita butuhkan di hidup kita. Aku enggak yakin itu benar.

Ku baringkan tubuhku dan aku ambil boneka panda di atasku yg sedikit usang. Patty. Kak lesti yang ngasih nama itu. Boneka ini sudah menemaniku keluar masuk rumah sakit. Banyak tambalan di sisi boneka karena isinya keluar karena aku terlalu keras meremasnya saat aku kesakitan disuntik.

Ada suara pintu diketuk dan kemudian suster rani masuk membawa semangkuk pudding kesuakaanku.

"Aku dataang...." katanya dengan wajah ceria.

Suster rani tidak berubah dia suster terbaik yang aku kenal. Rambut panjangnya yang selalu diikat dan senyumnya yang selalu menerangi seluruh ruangan.

Tidak lama kemudian suster weni masuk dengan membawa infus. Aku sedikit terkejut, seminggu tidak bertemu dia terlihat lebih gemuk. Iyaa dia hamil.. Suster rani tersenyum melihatku yang setengah kaget.

Suster weni mengecek obatku dan mengeluarkan daftar untuk mensortirnya.

"Aku dengar suster weni mau cuti hamil ya ? Aku ga bisa ngebayangin hari-hariku kalau ga ada suster weni" kataku.

"Kamu akan mati" candanya sambil mengedipkan mata.

Suster weni menggantungkan kantong antibiotik di sebelahku, perutnya menempel di lenganku. Kenapa dia tidak memberitahuku kalau dia hamil dan akan cuti ? Malah aku tau dari suster rani. Huh ! Kataku dalam hati.

"Kamu pasti kaget, kita seminggu tidak bertemu dan melihatku ada yang berubah" kata suster weni.

Dia mengelus perutnya sambil tersenyum lebar.

"Kamu mau merasakan tendangannya ?" Tanyanya.

"Enggak" jawabku cepat.

Sebenarnya aku sedikit tidak enak menjawab seperti itu. Aku cuma sedikit kesal saja. Suster weni hanya tersenyum dan mengalihkan pandangannya ke arah laptopku.

"Itu fotomu dan teman-temanmu ? Aku banyak melihat foto mereka di instagrammu. Apa kabar mereka ?" Tanyanya sambil mengalihkan pembicaraan.

"Mereka sangat baik" kataku dengan semangat.

JARAKWhere stories live. Discover now