Waktu berlalu dengan sangat cepat, rasanya seperti kemarin jeongin masih merengek saat di bangunkan untuk segera mandi sekaligus memandikan hyunjin lalu berangkat sekolah. Sekarang, mereka berdua sama-sama sudah duduk di bangku perkuliahan, jeongin ambil jurusan sosiologi sedangkan hyunjin sastra inggris. Mereka tinggal se apartemen tidak jauh dari kampus, sebenarnya bisa sih tinggal di dorm kampus, tetapi iuran dan aturannya bisa memuakkan.
Seoul, tidak ada perbedaan yang sangat signifikan jika di bandingkan dengan busan, bagi jeongin, hanya saja jika ingin ke pantai, kau harus ke incheon, cukup jauh, ah tidak lebih tepatnya, pantainya tidak terlalu indah sebab pasirnya hitam ke abuan. Tidak seperti pantai-pantai di busan, banyak pilihan, dan tentu saja indah dengan pasir putihnya.
Awal pertemuan mereka, sangat begitu canggung, hyunjin benar-benar seperti orang yang berbeda. Jika saat pergi ke jepang tiga tahun lalu ia berpenampilan layaknya anak tk yang seperti sedang study tour. Seminggu yang lalu saat pergi menjemputnya, jeongin hampir tersedak ludah sendiri, hot daddy darimana ini? Ok jeongin pikiranmu perlu di bilas.
Bayangkan saja, celana kain hitam, sepatu kulit bermerk, dan jangan lupakan, kemeja putih polos, tembus pandang, serta dua kancing atas yang sengaja di buka. Dan ternyata bukan hanya penampilannya saja yang berubah, segalanya telah berubah, termasuk sifat dan sikapnya.
Jeongin senang, karena saat mereka di rumah, tenyata mereka tidak secanggung itu. Kakaknya, beberapa kali melontarkan beberapa pertanyaan basa basi ataupun bercanda. Ternyata itu semua hanya akting di depan ibu dan yu na saja, di saat tidak ada mereka, seperti sekarang ini, di apartemen 'mereka' berdua.
Jeongin, sedari tadi menggerutu sendiri di dapur, pagi ini seharusnya kakaknya itu ada kelas, tetapi mengapa ia masih duduk di sofa depan tv. "Kak hyunjin, bukannya pagi ini ada kelas?"
"Di undur." Berbicara seperlunya, tidak pernah ada interaksi apapun jika bukan jeongin yang sapa duluan. Pemuda berbibir plump itu sibuk mengotak-atik remot tv, memindahkan channel asal.
"Oh- jadi jam berapa?"
"Memangnya kenapa?" Kepalanya ia alihkan ke belakang, menatap tepat ke arah jeongin yang tengah sibuk membuat salad buah. Datar.
"Anu, pagi ini aku akan pergi sebentar ke supermarket, jadi bisa minta tolong jaga sebentar cucianku?"
Masih datar.
"Mm-maksudku, b-buang airnya jika mesin cucinya sudah mati." Lanjut jeongin gagap.
"Ok."
Jeongin benar-benar putus asa, ini sudah kurun waktu dua minggu sejak meraka tinggal bersama, tetapi jeongin masih belum dapat menemukan titik cerah untuk bisa mengobrol banyak dengan kakaknya. Banyak sekali hal yang ingin ia lontarkan, mengapa ia seperti ini? Berusaha menjauh dan bersikap dingin, jeongin salah apa?
Semester pertama banyak sekali acara penyambutan mahasiswa baru dari kampus secara langsung maupun acara non formal yang di adakan oleh kakak senior dari masing-masing jurusan maupun seluruh jurusan, di satukan.
Dan di sinilah jeongin, duduk di pojokan bersama kumpulan orang-orang yang tengah tertawa lepas dan sudah setengah sempoyongan. Pesan dari ibu, tetap awasi hyunjin saat di luar.
Hyunjin nya, masih mengobrol dengan beberapa kakak senior cantik coret sok kecantikan, beberapa kali bersulang, terus menerus, tetapi jeongin perhatikan, kakaknya itu masih bisa mentoleransi kadar alkohol. Masih belum mabuk, jangan sampai, doa jeongin.
Pusing, sedikit demi sedikit pandangan jeongin yang sibuk memata-matai gerakan sang kakak terus ber pudar, wajah yang bertumpu pada lengan kirinya beberapa kali goyah. Jeongin kesal, mengapa semakin banyak senior perempuan di sekeliling kakaknya? Cih, bagaimana jika mereka tahu bahwa pemuda tampan itu dulunya suka ia mandikan, plus penggemar nomor satu bebek, dan suka merengek, apa masih akan menempel bagai lintah?
KAMU SEDANG MEMBACA
Convivencia ❲ hyunjin ft jeongin ❳
Fanfic( Start : 2019 December - End : 2020 July ) Bagaimana rasanya mempunyai saudara tiri yang memiliki kekurangan pola dalam berpikir dan bertindak atau kebanyak orang lebih mengenal dengan istilah autis? 一 Jeongin rasanya sudah muak. Background story ;...