TD

1.8K 234 22
                                    

Disclaimer : Mashahi Kishimoto
Alternate Universe Love Story of Naruto & Hinata

Berkolaborasi dengan nanaanayi

~TAMER DOCTOR~

...

Suara sirine ambulance itu berdengung kencang, beberapa perawat jaga yang tengah duduk di posko jaga unit darurat Tokyo Hospital sontak berhamburan, berlari menuju pintu utama. Satu unit ambulance terparkir tepat di depan pintu utama yang berfungsi sebagai jalur penyelamatan, langkah kaki mereka kian cepat, empat orang perawat, dipimpin seorang dokter wanita yang berjalan cepat di barisan paling depan.

Kaki jenjang itu berdiri di hadapan pintu belakang ambulance, seorang petugas membuka pintu menyambut kedatangan sang dokter. “Terjadi ledakan di stasiun Kodama, pasukan khusus terluka parah akibat menyelamatkan seorang anak kecil.”

Dahi sang dokter yang tertutupi poni rata itu berkerut, bisa-bisanya petugas ambulance itu bicara panjang lebar di tengah situasi genting ini. “Turunkan brankarnya...,” ucap sang dokter tegas.

Mutiara lavender sang dokter membola ketika brankar itu di turunkan, sesosok tubuh tegap berbalut pakaian pengamanan khusus penjinak bom terbaring disana, surai kuningnya yang bagai kelopak bunga matahari begitu ia kenal. Tanpa sadar mulut mungilnya menggumamkan nama sang pasien, “Naruto-kun…..”

“Hubungi Palang Merah, minta mereka mengantar golongan darah AB, sekarang juga, pasien kehilangan banyak darah.” Hyuuga Hinata, dokter jaga unit gawat darurat itu memasangkan dua tangkai stetoscope disepasang telinganya, lalu menempelkan ujung benda pendeteksi detak jatung sederhana itu pada dada bidang sang pasien. Sekilas, mata bulannya menatap takjub, otot tegas hasil latihan bertahun-tahun tersuguh sungguh apik dihadapannya. ‘Kau berhasil meraih cita-citamu, Naruto-kun,’ ungkapnya pelan dalam hati.

Tak ingin terlena dalam kenangan masa lalunya, Hinata kembali melakukan tugasnya sebagai dokter. “Apa tekanan darahnya stabil?” Ia bertanya pada seorang perawat yang berdiri di sampingnya.

“Sertatus dua puluh tujuh per delapan puluh,” jawab sang perawat.

“Cukup tinggi, tapi tidak bisa dikatakan buruk.” Hinata melepaskan stetoscope dari telinganya. “Luka di lengan kanannya cukup serius, beberapa serpihan kaca dan mur yang merupakan material bom harus segera kita keluarkan. Aku butuh bantuan dokter bedah plastik, Fuu, tolong panggilkan Dokter Shizune.”

Hinata menghela nafas lega, ketika ia keluar dari pintu itu, selalu ada kepuasan dalam batinnya ketika ia berhasil menyelamatkan nyawa seseorang, terlebih lagi orang itu adalah orang yang amat berarti dalam hidupnya. Pandangan mutiara lavendernya mengedar pada langit-langit rumah sakit.

Ingatannya menyeruak, pada kejadian sepuluh tahun lalu, hari dimana terakhir kali ia bertemu dengan pria yang terbaring di ranjang pasien ruang gawat darurat.

“Jadi Naruto-kun sudah mendaftar di akademi militer?” Suara lembut gadis itu mencicit pelan, tangannya membuka kotak bento dengan gemetar.

“Hei, kenapa kau jadi gemetar begitu, kemari aku sudah lapar, hehhe…” Pemuda itu dengan tidak sabaran meraih kotak bento itu, lalu membukanya sendri, tangannya mencomot satu onigiri disana dengan cepat, lalu memasukkan kemulutnya. Ia kelaparan.

Tamer DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang