20 // Nick = Santa?

3.5K 254 1
                                    

Nick POV

Ciuman itu tidak sama dengan seks. Jika seks itu forbidden untukku, ciuman itu tidak. And she kiss me! Aku kaget, tentu saja kaget! Dia langsung menarikku dan menciumku dalam hitungan detik. Tapi aku sadar, dia menciumku hanya karena dia terpaksa di hadapan mantan pacarnya.

Well, bilang saja kalau aku mengambil kesempatan dalam kesempitan, tapi aku begitu menginginkan Caroline! Jika orang yang bernama Josh ini menginginkan the best one, maka akan kuperlihatkan yang terbaik padanya!

Aku tahu, ini negara Indonesia yang kental dengan kebudayaan timur yang menjunjung tinggi nilai-nilai kesusilaan. But, I want her! Not just her smile, her laugh, her heart... but also all she has! Her sight, her touch, her lips...

Eheeeemmmm.

Deheman keras itu menyentakku dan Caroline kembali ke dunia nyata. Oh damn it!

"Josh sudah pergi, dan saya rasa pertunjukkan kalian itu harus berhenti. Kalian beruntung karena sekarang sepi. This is my library, dan jika kalian masih mau meneruskannya kalian boleh pergi. Understand?" tegur Pak Budi.

"YES SIR!" teriakku dan Caroline bersamaan.

Entah kenapa, aku dan Caroline sering mengatakan hal yang sama berbarengan. Saat makan di kafe milik Jessica, pesanan kami pun sama. Entah ini kebetulan atau apa, tapi yang jelas aku pun heran. Pak Budi juga menatap kami heran, tapi dia hanya tertawa dan pergi meninggalkan aku dan Caroline.

"Yang tadi...." kata Caroline tidak enak hati. Bahkan dia membuang mukanya dan tidak menatapku saat bicara. Lagi.

"It was good." Jawabku. Caroline langsung menoleh dan manatapku tidak percaya. Tapi aku jujur, ciuman tadi rasanya begitu ... entahlah. Aku tidak bisa mendeskripsikannya.

"Good??"

"Mmm... yeah." Jawabku ragu.

"Just good??!"

"Ye...ah..."

"Oh God, it was great for me, dan 'just good' for you?! Damn you!" teriak Caroline kesal lalu menghentakkan kakinya dan beranjak pergi.

Nyaris saja aku tertawa, tapi otakku lebih dulu bekerja dan langsung menahan tangan Caroline. Astaga, jadi Caroline menikmati ciuman tadi? Bukan hanya aku saja yang menikmatinya?

"Oke oke... it was great!" ralatku.

"Whatsoever!" kata Caroline kesal lalu ingin berjalan pergi lagi. Tapi aku masih menahan tangannya sampai Caroline menatapku benar-benar kesal. "What?!"

"We have a date tonight."

"What? Tapi tadi, gue Cuma...."

"Cuma buat ngusir Josh pergi? Yeah, tapi gue ga peduli. We have date! Gue bakal minta ijin sama Pak Budi." Tegasku.

"Tapi kerjaan gue banyak! Masih ada setumpuk buku yang harus gue balikin ke rak-rak buku! Gue ga bisa ... kemarin aja gue pulang cepet, masa malam ini gue pulang cepet lagi?!"

"Gue bakal bantu lu. So, lu balik ke kantor lu dan biar gue yang balikin buku setumpuk itu ke rak-raknya. Oke?"

"Tapi.."

"Just, have a date with me. Tonight!"

"Sudah! Caroline pasti terima. Saya ijinin Caroline pulang jam lima. Nick, sekarang kamu kembaliin tuh tumpukan buku itu ke rak-raknya! Nanti sore, bisa bantu buat jadi story teller lagi kan?" jawab Pak Budi yang tiba-tiba muncul lagi.

Caroline mendesah kesal, tapi aku tersenyum lebar. Well, ternyata aku butuh sedikit memaksa.

Aku segera mengangkat buku-buku itu dan mengembalikan semua buku-buku itu. Tebak berapa banyak buku itu? Lima ratusan buku! Ini butuh waktu semalam suntuk untuk bisa mengembalikan semuanya ke rak yang entah ada berapa banyak.

Karena tidak mungkin aku bisa mengembalikan dengan cepat, dan karena aku juga adalah Santa, jadi... a little magic will help! Less than an hour, semua sudah ada di tempatnya masing-masing. Hahaha. Lagipula aku kan juga ingin makan siang dan bermain bersama anak-anak. Tidak bisa bekerja mengembalikan buku-buku sampai malam tiba.

***

Caroline POV

Aku hanya bisa terbengong-bengong tidak percaya. Buku-buku yang tadi menumpuk banyak sekali sudah kembali semua ke raknya? Bahkan aku mengeceknya dan Nick tidak asal-asalan mengembalikan buku-buku itu. Tapi bagaimana mungkin?

Jika aku mengembalikannya sendirian saja butuh waktu lebih dari lima jam, sedangkan Nick kurang dari satu jam? Dia bahkan sekarang berceloteh ria dengan anak-anak. Oh astaga, dia itu sebenarnya siapa?

Nick benar-benar membantu banyak sekali. Ah, mungkin memang aku harus berterima kasih kepadanya. Sudah menolongku dari Josh dan membantuku bekerja. Harusnya aku bekerja sampai jam delapan, tapi malah jam empat sore sudah selesai semua. Baru pernah kali ini selesai cepat.

"Kak Olinnnn... ayo ikutan. Sekarang Kak Nick lagi cerita tentang natal!" kata Lisa, anak perempuan yang tidak pernah absen datang ke perpustakaan. Bahkan sebelum aku menjawab iya, Lisa sudah menarik tanganku ke arah bagian baca anak-anak.

Akhirnya aku pun menurut dan duduk bersama anak-anak itu, ikut mendengarkan Nick bercerita mengenai kado-kado natal yang dikirim setiap tahunnya. Nick cerita menggebu-gebu, walau ceritanya begitu aneh, tapi anak-anak malah senang sekali mendengarnya.

Bayangkan saja, Nick bercerita tentang kado-kado yang Santa kirim menggunakan pesawat jet kecepatan tinggi ke seluruh dunia. Lalu cerita bagaimana para Elf yang kadang kesasar karena bingung membedakan utara dan selatan hingga kado-kado natal bisa telat sampai.

Ada lagi cerita tentang perusahaan raksasa milik Santa yang memproduksi mainan. Mulai dari menerima surat anak-anak di seluruh dunia, menyortir suratnya, lalu masuk ke ruang pembuatan mainan, tempat membungkus kado, tempat pengikatan pita, kemudian kado tersebut dibagi menurut tempatnya, dan akhirnya akan dibawa dari North Pole ke setiap negara-negara pada bulan Desember.

Aku hanya bisa geleng-geleng kepala tidak percaya. Nick benar-benar mempunyai imajinasi yang luar biasa! Bahkan ceritanya sangat mendetail. Pantas saja kalau anak-anak menyukainya...

"Ada berapa banyak Elf yang bekerja sama Santa, Kak?" tanya Edwin, anak laki-laki yang paling suka bertanya tentang apapun.

"Banyak sekali! Anak-anak di bumi kan jutaan, dan kalau Elf hanya ratusan, tidak akan cukup! Tentu saja ada ribuan!" jawab Nick tanpa ragu.

"Jika semua pekerjaan itu dilakukan Elf, lalu kerjaan Santa apa?" tanya Jeremy, anak kecil berambut cepak yang duduk paling dekat dengan Nick.

"Mengawasi, mengatur, dan membantu para Elf dalam bekerja. Karena Elf itu suka sekali gosip dan tertawa, terkadang mereka suka ceroboh! Santa itu penengahnya, dan dia juga bekerja untuk mengumpulkan semua kebahagiaan kalian saat menerima kado natal sehingga natal tahun depannya, Santa mempunyai kekuatan magic yang cukup untuk memberikan kebahagiaan lagi." Jelas Nick. Semua anak ber-oh ria mendengar penjelasan Nick.

Entah kenapa, aku merasa Nick bercerita seperti dialah Santa. Kenapa dia tidak memilih bercerita tentang Santa dalam wujud pria tua, perut buncit, jenggot putih panjang, seragam berwarna merah, topi merah, sepatu boots, juga tawa 'ho-ho-ho'? Bukankah lebih mudah dan tidak menimbulkan pertanyaan seperti sekarang ini?

Tapi, aku jadi ingat. Dulu Nick juga menceritakan rupa Santa. Seorang boss besar yang rajin, tampan, atletis... aku jadi tersenyum sendiri mengingatnya. Kadang aku malah berpikir, apa Santa itu sedang menyamar menjadi manusia? Menjadi Nick, mungkin?

Ah, tapi darimana pemikiran bodoh itu!

Santa is Falling in LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang