Emily merebahkan dirinya di atas kasur. Hari senin adalah hari yang ia benci seumur hidup karena waktu yang selalu terasa lama. Namun, seseorang mengubah hari senin nya sekarang.
Tapi, tidak! Seriously dia suka dengan seorang nerd? Bahkan dulu dirinya sangat membenci nerd, mendengar namanya saja ia sudah muak.
Kalau nerd nya kayak gitu, apa ia akan membenci nerd? Atau malah sebaliknya? Kini pikirannya di penuhi oleh cowok nerd itu.
Tak lama kemudian, seseorang membuka pintu kamarnya membuat Emily bangkit dan menoleh ke arah pintu. Disana terdapat kakaknya-Brady yang berpakaian rapih.
"Emily, temenin gue yuk. Mamah nyuruh gue belanja bulanan." Ujar Brady yang berdiri di depan pintu dan dibalas anggukan oleh Emily.
"Emily mandi dulu!" Teriak Emily saat kakaknya sudah meninggalkan kamarnya tanpa menutup pintu sedikit pun. Kebiasaan yang benar-benar menyebalkan.
Ia pun beranjak untuk menutup pintunya dan bergegas mandi kemudian bersiap-siap pergi ke supermarket dengan kakaknya.
Setelah berada di supermarket, Emily dengan semangat mengambil troli dan mendorongnya. Ia sangat suka sekali berbelanja karena sifat ini adalah keturunan dari ibunya.
Ia mengambil barang-barang yang di butuhkan di rumahnya dan stock bahan-bahan makanan yang sudah habis. Sementara Brady hanya mengikuti kemana Emily berjalan.
Karena sifatnya bertolak belakang dengan ibunya juga adik-adiknya. Ia cenderung mengikuti ayahnya yang sangat cuek, namun tegas.
Semua kebutuhannya sudah lengkap di dalam troli nya, kini saatnya melakukan pembayaran di kasir.
Pulangnya, mereka memutuskan untuk mampir sebentar ke restaurant ibunya untuk bertemu ibunya dan makan malam disana sambil bercerita-cerita tentang hari pertama sekolahnya.
Sudah jam 7 malam, Emily masih bercerita dengan ibunya tentang saat ia bertemu seorang nerd yang membuatnya jatuh cinta. Reva-ibu Emily pun sangat excited ketika mendengar anaknya sudah mulai jatuh cinta walaupun dengan seorang nerd.
Brady pulang lebih dahulu setelah makan malam selesai. Jadi ia tidak bisa mendengarkan cerita adiknya saat pertama kali sekolah.
Dan Emily akan pulang bersama Reva ketika Reva sudah selesai dengan pekerjaannya.
"Mamah tinggal dulu ya nak, kamu duduk manis aja dulu disini." Reva mengusap rambut Emily dan meninggalkannya ke belakang. Emily mengangguk sambil tersenyum kecil.
Ia duduk sambil memainkan ponselnya dengan sesekali meminum jus strawberry miliknya. Dibilang bosan... memang iya. Tapi, ia ingin pulang bersama ibunya dan menghabiskan waktu seperti biasanya.
Tiba-tiba saja seorang pria yang duduk di seberang meja Emily terlihat sangat familiar. Pria itu sedang tersenyum senang dengan 2 orang di hadapannya yang Emily yakini mereka adalah orang tuanya.
"Angga?"
Emily menyipitkan matanya untuk melihatnya lebih jelas. Tatapannya tidak sengaja bertemu dengan tatapan Angga sehingga membuatnya sedikit salting.
Angga melambaikan tangannya menyapa Emily. Sementara Emily masih mematung di tempatnya sambil tersenyum tidak jelas.
Sangat kebetulan sekali ia bertemu dengan seseorang yang baru saja ia ceritakan kepada ibunya. Dan sangat pas juga ketika ia bertemu di restaurant ibunya.
"Mah, pah, aku nyamperin temen aku dulu ya." Izin Angga kepada orang tuanya sambil menunjuk Emily yang masih menatapnya. "Iya, jangan lama-lama."
Ia pun menghampiri Emily yang memakai hoodie berwarna pink. Sementara dirinya memakai hoodie berwarna biru yang membuat Emily terpesona.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Be a Nerd
Ficção AdolescenteMenjadi seorang nerd di bully? Tentu sering. Tapi bagaimana jika seorang siswi populer memilih untuk menjadi nerd demi seorang nerd yang ia sukai. Lain lagi dengan seseorang yang ia sukai. Siswa baru yang memang sudah berstatus menjadi nerd sejak d...