DenataBagian 2O
Alaska kini menatap kosong ke arah sleeping bag yang berada di bawah sana, pria itu tidur disana dengan celana kolor berwarna biru juga kaos oblong berwarna putih itu yang memang pas untuk tubuh bongsornya, tertidur dengan lelapnya sampai-sampai tak menyadari jika gadisnya masih terjaga belum tertidur.
"Belom tidur?"
"Anjing!" Nata mengangkat alisnya sambil menaikkan tubuhnya sedikit.
"Aku nggak bakalan apa-apain kamu santai aja." Ucapnya kemudian membenarkan bantal dan kembali memejamkan mata.
"Ngagetin tau." Gerutu Alaska sambil melihat Nata yang memejamkan mata disana dengan tangannya yang ia gunakan sebagai bantalan.
"Nata."
"Hm?"
"Besok libur."
"Tau."
"Jalan yuk."
"Kemana?"
"Terserah."
Nata membuka matanya, kemudian menarik nafasnya sambil melipat kedua tangannya di atas dada.
"Bogor."
"Pinter banget! Kejauhan!" Nata terkekeh.
"Yaudah terus kemana?"
"Terserah."
"Kan kamu yang ngajakin Alaska."
"Aku nggak tau."
"Liat Ester? Sekalian perbaiki hubungan lo sama dia." Alaska mengangguk kecil.
"Boleh."
"Yaudah merem lah."
"Merem? Ngapain?"
"Tidur Las."
"Nggak ngantuk."
"Terus? Mau Drakor?"
"Nggak sih."
"Mending tidur Las."
"Aku lagi mikir." Nata mendengus geli mendengarnya.
"Mikir apa?"
"Mikirin sikap dan sifat kamu."
"Annoying banget."
...
Paginya, Alaska sudah tak ada di kamarnya gadis itu menghilang begitu saja dari tempat tidurnya, bahkan selimut dan bantal, guling semuanya sudah rapih di tempatnya. Lantas Nata mengusap wajahnya yang sehabis bangun dari tidur itu kemudian beralih ke kamar sebelah. Kevin.
"Kev." Kevin mengerang dari balik selimutnya, menandakan bahwa pria itu masih tertidur.
"Alaska nggak ada, lo tau?" Kevin membuka selimutnya yang menutupi wajahnya.
"Pulang, di cariin bokapnya."
Nata mengangguk kecil kemudian kembali menutup pintu kamar adiknya itu dan kembali berjalan ke arah kamarnya.
Kemudian pria itu terduduk di pinggir ranjang dengan fikirannya yang tertuju pada sebuah kalimat aneh yanng Alaska ucapkan kemarin malam.
Annoying.
Alaska kini tersenyum kecil ke arah wanita yang kini sudah bisa pulang ke rumahnya ini, tersenyum begitu hangat sampai tak mempedulikan pria di sampingnya itu yang menatap sinis.
"Apaansih lo! Gausah caper sama gue!" Mama Alaska yang mendengar itu sontak terkejut, ketika Alaska bersuara seperti itu kepada Papanya.
"Kamu kenapa sih sayang?" Tanya Papa dibalas dengusan kesal Alaska.
"Gila ya! Mama sembuh lo baik-baik sama gue giliran Mama sakit lo siksa gue! Liat! Nih, nih, nih, nih! Apa! Lo nggak bisa elak lagi Pa!" Alaska menunjuk semua kekerasan yang Papanya berikan untuknya.
"Ya ampun sayang itu kamu kenapa?" Ucap Mamanya.
"Mas kamu apain Alaska?" Alaska tersenyum puas ketika Mama mulai membuat pria itu terdiam disana.
Tampak raut wajah Papa terdiam disana, membuat Mama menunggu sampai Papa berbicara, sementara Alaska terhenyak saat Papa berkata yang tak semestinya ia katakan.
"Alaska kenal bully sayang di sekolahnya." Mata Alaska melebar kemudian satu tamparan melesat di pipi pria itu.
"Mama tau? Ini yang Alaska nggak suka kalau Mama nikah lagi!" Alaska meneteskan air matanya dengan deras, kemudian melihat Mamanya yang menutup mulut dengan wajahnya yang bertanya.
"Maaf, ini Mama Alaska ya?" Alaska segera menghapus air matanya saat melihat Ester datang dengan pakaian pasien juga selang infus yang terpasang di tangan kirinya.
Mama Alaska mengangguk sambil melihat gadis cantik itu yang tersenyum ke arah Alaska. "Iya ada apa ya?" Ester mengulum senyum, kemudian melirik ke arah pria paruh baya yang berdiri di samping Mama Alaska.
"Yang dikatakan Alaska bener Tante, Alaska selama Tante nggak ada di rumah. Alaska mendapatkan perlakuan yang nggak pantas, Tante bisa lihat jelas kan luka lebam berwarna biru yang terdapat di pipi Alaska?" Sontak Mama Alaska dengan cepat melepas masker yang Alaska kenakan, lalu terkejut bukan main saat Alaska sudah menangis disana dengan luka lebam yang tercipta di pipi gadis cantiknya itu.
"Bener sayang?" Tanya Mamanya sambil menangkup wajah Alaska menggunakan tangan rapuhnya.
Alaska mengangguk.
"Brengsek kamu mas!" Pria paruh baya itu diam seketika, tak bisa berkutik kemudian Ester tersenyum kecil sambil berlalu pergi meninggalkan keluarga itu, dan yang pastinya Ester berharap dengan kesembuhan Mama Alaska, Alaska tak akan mendapatkan perlakuan mengerikan seperti itu lagi.
Dan Ester harap lagi, semoga dengan ini dirinya bisa berteman baik dengan gadis itu.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Denata | Jaehyun (SELESAI)
Novela JuvenilAlaska yang mencoba sabar? Ester yang mencoba menjelaskan? Atau Nata yang tak berperasaan? Semuanya memiliki tanda tanya masing-masing, berjuta-juta kali pria itu meminta maaf tetapi berulang kali dia mengulanginya, hingga sampai dimana Alaska lelah...