S A T U

698 45 14
                                    

Sepertinya hari ini bukan hari yang sempurna untuk mati.

.
.
.
.
Selamat membaca
Jangan
Lupa
🌟
.
.
.
.

Tidak semua cerita berakhir bahagia, kadang sebuah cerita berakhir begitu saja, tanpa ada kata perpisahan, hampir tanpa air mata. Tapi entah bagaimana malah membuat luka yang begitu parah.

Tapi tidak ada yang bisa menjelaskan kapan tepatnya cerita itu dimulai, karena begitu saja semuanya lenyap menjadi abu, lalu terbang terbawa angin menjadi debu yang asing.

Kadang segalanya sudah terlambat untuk sekedar menyadari bahwa yang telah terjadi merupakan jalan cerita yang salah dan harus segera diperbaharui, tapi kemudian, semuanya sudah jelas begitu terlambat, karena bahkan saat penyesalan itu datang, cerita sudah berakhir, terputus seperti benang yang terlalu tegang karena ditarik, Membentuk siluet kasar yang tidak berbentuk.

Ingatan manusia bagaikan perpustakaan besar yang menyimpan berbab-bab kejadian yang tertulis diatas kertas, di jilid rapi per halaman, dan ditandai dengan beberapa warna.

Hitam, putih, kuning, merah, dan mungkin warna-warna lain yang tak terpikirkan.

Ingatan berwarna hitam adalah ingatan suram yang tidak selalu muncul, tapi kadang bisa terbersit disaat-saat tidak menentu, memberikan kesuraman.

Ingatan berlabel hitam biasanya selalu berusaha untuk dilupakan, ataupun secara tidak sadar bisa saja terlupakan, karena di setiap rak selalu ada rak-rak buku yang tidak tersentuh hingga terlupakan. Seperti tidak nyata, seperti tidak pernah ada.

Ya! Memang benar, bahkan untuk alasan tertentu, ingatan itu sengaja dihapus dari memori seseorang, semacam cuci otak, tapi apakah itu perlu?

Pria itu bertanya-tanya, kepalanya medongak, menatap lampu putih di atasnya sambil menerawang, berpikir, mengingat, lalu menyimpulkan.

"Apa yang kau pikirkan?" Suara di dalam otaknya muncul lagi.

"Tidak ada." Pria itu menjawab. Pandangannya teralih pada kedua tangannya yang kini terikat silang ditubuhnya, bagus! Sepertinya hari ini bukan hari yang sempurna untuk mati.

"Lepaskan saja itu." Itu serupa sekali dengan suara seseorang. Dulu ia begitu meyakini kalau suara itu adalah dia, tapi orang-orang mengatakan padanya kalau suara itu bukan dia, itu orang lain.

"Lalu?"

"Kita jalan-jalan." Suara itu seperti sedang nyengir.

"Menurutmu, kali ini kita kemana?" Pria itu bertanya, tapi ia tidak begitu penasaran dengan jawabannya, malah, ia sudah tau sebenarnya.

"Ada gedung baru di ujung jalan sana, kau ingin tau berapa tingginya, kan?" Suara itu tidak mengada-ada, pria itu sendiri yang melihat gedung itu beberapa hari lalu, pantas saja suara itu menyinggungnya.

"Ah! Maaf, bukan sekarang, sepertinya..." jawabnya tak acuh. "Aku sedang terikat."

Suara itu tidak muncul lagi. Pria itu menunggu beberapa detik, tidak ada suara apapun yang terdengar.

Lalu satu menit berlalu dengan lambat, bunyi klik dari pintu yang terbuka menarik perhatiannya.

Seseorang masuk, wajahnya tersenyum dibuat-buat, putus asa dengan kerutan jelas yang terlukis di dahinya.

"Bagaimana keadaan mu, Kevin?" Ia bertanya sambil duduk di kursi, menjaga jarak.

"Baik." Kevin menyahut sambil menarik lengkungan di bibirnya.

LOCKEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang