36. Terpuruk

152 22 20
                                    


"Sepi dan aku satu."
.
.
.
.
.

Happy Reading

Seperti biasa Rara lebih suka lari dari kenyataan. Mengabaikan segalanya demi kebaikan hatinya. Ya! Sesekali kau juga haru egois untuk hidupmu sendiri.

Rara hanya butuh mengobati hatinya yang terluka lagi. Rambut yang masih menetes oleh air hujan tidak Rara hiraukan. Dia lebih memilih duduk dengan tubuh lemas di bangku taman.

Berjalan dari pemakaman ke taman itu tidak bisa dibilang gampang. Tapi Rara abaikan, sakit dihatinya lebih parah dari lelah yang ia rasakan.

Rara suka taman. Karena disana biasa keluarga lengkap  berkumpul dan saling membagi kebahagian. Setidaknya Rara dapat merasakan kebahagian mereka walau hanya melihat, seperti saat ini.

Dari kejauhan dapat ia lihat mereka tertawa bersama, bercanda dan saling menebar kebahagian. Rara ikut tersenyum, dia bahagia, tidak ada lagi Rara yang kedua.

Tidak. Tidak. Dia juga bisa merasakan bahagia walau hanya semalam. Memikirkan tentang Irene lagi perlahan senyum di bibirnya luntur.

"Cillluk baaa!!!"

Rara terkesiap tapi tetap memasang wajah datarnya. Ia mengangkat sebelah alisnya bingung saat badut dengan kostum doraemon menari-nari di hadapannya.

Kamu jangan sedih.

Rara mengerutkan keningnya saat membaca tulisan itu. Lalu memandang badut dengan kostum doraemon dengan pandangan tidak terbaca.

"Emang kenapa?"

Badut itu menarik tangannya untuk berdiri lalu memegang kedua sudut bibir Rara, memaksa gadis itu untuk tersenyum lebar.

Badut itu meloncat sambil menggerakkan tangan Rara kesana kemari. Ia melepas sebentar jemari Rara, merogoh kantong doraemon yang berada tepat di depan perutnya.

"Bunga?!" Perlahan Rara mengukir senyum manisnya. Ia meraih setangkai bunga lily itu dari tangan sang badut. "Ada lagi." Pekik Rara saat badut itu terus mengeluarkan berbagai bunga kemudian sekarang tergantikan oleh berbagai macam coklat.

"Ini buat gue semua? Yakin." Tanya Rara pelan. "Kantongnya ajaib. Gue boleh minta sesuatu gak dari sana?"

Tak ada jawaban.

"Gue mau ketemu mamah. Bisa? Gak bisa yah. Yaudah gue pulang dulu."

"Bunga sama coklatnya gue bawa pulang."

"Bye-bye."

Rara melangkahkan kakinya meninggalkan taman itu dengan kedua tangan yang penuh dengan bawaan. Sedetik kemudian Rara menoleh lalu tersenyum sambil melambaikan tangannya kearah badut.

"Makasih, doraemon. Lain kali bawa yang lebih banyak yah!" Setelah itu gadis dengan gaun putih itu tidak menoleh atau berhenti lagi.

Masih dengan posisi yang sama sang badut berkostum doraemon itu memandang punggung Rara yang menaiki bus.

Peralahn tangan sang badut merambat naik keatas kemudian menyentuh kepala doraemon. Lalu membukanya secara perlahan, memperlihatkan wajah tampan yang bersembunyi sejam tadi dalam kostum doraemon.

Don't First LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang