❌Pengakuan Tuan Muda ❌

370 74 17
                                    


Latihan hari hari pertama telah usai. Mereka dipersilahkan untuk beristirahat di asrama masing masing-masing. Saat Dhanu Brawijaya hendak meninggalkan lapangan benteng, seseorang memanggil namanya.

"Dhanu!!!" Lelaki itu tergopoh menghampiri Dhanu yang sedang bersiap menuju asrama.

"Ya letnan? Letnan memanggil saya?" Dhanu menyapa atasannya, sungguh tak biasa Dhanu dipanggil secara pribadi seperti sekarang ini.

"Tunggu Dhanu, aku ingin kita bicara." Yamada Hiro telah berdiri di hadapan Dhanu dengan peluh yang bercucuran membasahi seragam militernya.

"Ehm... Tadi kau bertemu siapa?" Letnan muda itu langsung bertanya kepada bawahannya tanpa basa basi.

"Siapa letnan..?" Dhanu mengerenyit heran.

"Perempuan yang di bawah pohon bersamamu tadi.." Yamada Hiro menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Perempuan tadi? Ada apa dengannya?" Dhanu heran dengan atasannya yang sedang membicarakan sang adik.

"Ehm.. ya maksudku hanya, siapa dia?" Lelaki itu salah tingkah.

"Dia adikku." Tegas Dhanu mulai memicing curiga.

"Ohh... Kau membawa adikmu kesini? Tak mungkin jika ia kau tempatkan di asrama laki laki bukan?" Hiro berusaha menetralkan suaranya agar tidak terlihat mencurigakan.

"Tidak, dia tinggal di asrama khusus mahasiswi ika daigaku. Dia sedang bersekolah disana." Dhanu tak memperpanjang lagi karena merasa pertanyaan atasannya cukup masuk akal.

"Oh begitu... Yasudah kembalilah ke asrama." Hiro menyengir canggung menampakkan deretan gigi putihnya.

Dhanu meninggalkannya, tak dihiraukan lagi pertanyaan yang terdengar cukup aneh. Apa pedulinya dia jika Dhanu bertemu adiknya? Ya sudahlah.. pikir Dhanu.


Nakamura Yamada Hiro ditempatkan di perumahan khusus militer Jepang di dekat gedung ika daigaku. Lelaki itu memandang rumah peninggalan Belanda yang cukup besar untuk ditinggalinya berapa bulan kedepan.

"Selamat malam tuan muda.." wanita yang beranjak tua menyambutnya dari halaman rumah.

"Saya Damini, saya yang akan mengurus rumah dan keperluan tuan dirumah ini." Wanita yang memperkenalkan diri sebagai Damini itu menunduk sopan kepada majikannya.

"Hiro saja, panggil aku Hiro.." Hiro menyerahkan koper besarnya kepada Damini untuk dibawakan ke kamarnya. Hiro mengambrukkan badan kekarnya ke ranjang yang empuk. Kamarnya sangat luas dengan nuansa putih mendominasi, ditambah sofa dan meja empuk disudut ruangan, jendela besar menghadap langsung ke taman kecil belakang rumah. Lelaki itu memejamkan matanya sejenak, melepas lelah yang membelenggunya sedari tadi. Kembali bayangan wanita itu melintas di kepalanya.

Hmm... Adiknya Dhanu, Dhanu Brawijaya.. siapa dia sebenarnya ?

Desiran aneh itu kembali menyergap hatinya. Membuat wajah pria itu memerah kala mengingat kulit eksotis cerah yang menawan diterpa sinar matahari. Pria itu berdehem untuk menetralkan detak jantungnya yang entah kapan menjadi dua kali lebih cepat dari biasanya. Tak ingin berlama lama, Hiro menyambar handuk dan lekas pergi ke kamar kecil untuk membasuh tubuhnya yang lengket.

Saat mandipun Hiro tak mendapatkan ketenangan, masih saja lelaki itu terbayang oleh sosok adik Dhanu. Hiro mengakui kecantikan alami gadis itu, padahal selama ini Hiro sering melihat banyak gadis Jepang yang berkulit putih halus bak porselen atau nona noni indo-belanda yang juga takluk atas ketampanannya, namun tak satupun dari mereka yang mampu menggetarkan hati seorang Yamada Hiro. Apakah dirinya jatuh cinta pada pandangan pertama? Tidak. Lebih tepatnya, Hiro tak mau mengakuinya.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 𝐖𝐚𝐫 𝐥𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang