Cegukan

2.6K 265 146
                                    


BoBoiBoy milik Animonsta Studios

Kami tidak mengambil keuntungan materi apapun dari sini

Participating Author(s)

MurasakiDokugi1609
Anstian
SappireEyes
Waferoldeka
sopiatulumah
AAKA_435
BoboiboyMustofiah
Dee_Carmine

.

.

.

Hari Kamis ketika UTS sudah rampung, tujuh kembar BoBoiBoy makan siang bersama di rumah sebelum istirahat dan belajar lagi. Walhasil siang menjelang Zuhur tersebut tampak tujuh kembar remaja umur 16 tahun duduk bersesak-sesakan di ruang tengah rumah itu.

Mereka santai lesehan di lantai ditemani tujuh mangkuk bakso tersaji atas meja—masih mengepul panas dan mengeluarkan aroma yang menerbitkan air liur. Beberapa gelas es teh, air es, susu cokelat dingin dan jus berdenting ribut ketika beradu dengan mangkuk dan sendok. Botol-botol kecap, merica, saus dan cuka berderet rapi, diiringi satu wadah sambal dan perkakas menjepit makanan.

Setelah membaca doa makan yang menenggelamkan bunyi perut, mereka mulai menyantap panganan lezat sejuta umat itu.

Sayangnya suasana khidmat menikmati tiba-tiba dipecah oleh suara terkejut Taufan yang menunjuk ke arah mangkuk Halilintar.

"Idih, Kak, istighfar!"

Enam pasang mata memandang si sulung, tampak Halilintar dengan santai membuka wadah sambal dan menuang hampir semua isinya ke mangkuk bakso miliknya—praktis membuat keenam adiknya ngeri campur mulas imajiner. Terang saja sebab sambalnya terbuat dari cabai rawit merah yang dihaluskan, tanpa bahan lain. Tak aneh kuah bakso Halilintar langsung berubah merah kejinggaan.

Melihatnya saja sudah membuat perut mendadak minta dikuras, apalagi memakannya?

"Umm, Kak Hali yakin mau makan itu?" tanya Taufan.

"Jangan Kak, kata Kak Gem nanti diare lho," protes Thorn.

"Masokis," celetuk Solar.

"Makan itu auto sakti dah," seru Blaze dengan wajah ngeri. Memang dia paling tak tahan pedas, terkena satu irisan cabai saja langsung menangis.

"Untung sambalnya punya sendiri," komentar Gempa. "Kalau sambalnya punya restoran, kita gak boleh ambil seenaknya karena bisa curi hak orang lain."

"Iya lah, aku juga bakalan bawa sambal sendiri," kata Halilintar sambil menyendokkan kuah merah itu ke mulut. Semua yang hadir langsung mengerut seram menyaksikan Halilintar mencicipi api cair itu—namun raut wajah Halilintar tampak biasa saja dan berkata.

"Perlu cabe lagi."

"Keturunan naga," kata Taufan sambil nyengir.

CegukanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang