part 6

22 6 2
                                    

Seorang gadis tengah memandang langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong, semua ucapan Ray berikan pada Salfa masih terngiang didalam kepala gadis itu.

"Aku gak percaya kalo aku punya teman baru yang ternyata seorang psychopath heh" ucapnya dengan tersenyum kecut diakhir kalimatnya.

"Mrs. Vi benar, hanya ada beberapa orang yang tak akan bisa dibaca sifatnya dan dia adalah psychopath" sambungnya sambil membayangkan wajah dari teman barunya yang bernama 'Raymond' itu.

"Apa aku akan dibunuh seperti Mrs. Vi?" Tanyanya pada diri sendiri.

     .....

"Salfa!!!" Teriak sahabat Salfa yang tak lain dan tak bukan adalah Rinda.

'Pagi-pagi udah teriak-teriak' batin Salfa sembari menoleh pada temannya yang berlari tergesa-gesa kearahnya.

"Pagi Salfa" sapanya yang yang ditanggapi dengan deheman oleh Salfa, sedangkan gadis itu mendengus sebal mendengarnya.

"Lo kenapa si Sal, gue sapa baik baik juga cuma dibalas deheman doang, lo pikir gue gak sakit hati gitu ini atit Sal atit" cerocos nya sambil menunjuk dadanya dengan telunjuknya, membuat Salfa jengah dengan ocehan sahabat satu-satunya itu.

"Rinda lo ini pagi-pagi juga udah ngoceh ajah, lo tuh bikin kuping gue pengang tau gak!" Omel Salfa pada temannya itu, sedangkan yang dimarahi malah menyengir kuda membuat Salfa gemas ingin mencakar wajahnya.

"Udah ah males gue mau debat ma lo" sambung Salfa dan berjalan mendahului Rinda.

     .....

"Sal gue nyontek yaa, yaya pliiss" ucap Rinda sembari memasang pupy eyesnya.

"Aelah Rinda, lo kenapa gak pernah ngerjain pr sih, atau lo sengaja gak ngerjain biar nyontek punya gue terus"tuduh Salfa pada Rinda yaa kenyataannya emang bener gitu.

"Lo kan tau gue Sal, gue itu sibuk banget" elak nya sembari menguncang-guncangkan lengan Salfa.

"Ngeles ajah huft... yaudah nih" balasnya sembari menyodorkan buku nya pada Rinda.

"Makasi Salfa ku yang baik" pujinya yang membuat Salfa memutar bola mata malas.

Saat Salfa sedang memperhatikan isi kelasnya, tanpa sengaja mata coklatnya menangkap padangan seorang pria yang mengaku pembunuh gurunya tengah menatap kearahnya juga.

"Raymond" gumam Salfa sembari terus menatap pria yang juga tengah menatapnya, membuat mata coklatnya bertabrakan dengan mata abu-abu milik Ray.

     .....

Kring!!kring!! Bel istirahat pun berbunyi.

"Sal kantin yok" ajak Rinda pada Salfa yang tengah memasukkan buku pelajaran tadi kedalam tasnya.

"Lo ajah duluan Rin, gue masih mau ke perpustakaan" tolaknya yang membuat Rinda lagi lagi mendengus sebal.

"Ya udah deh gue duluan, bayy Sal" pamit nya dan berlalu pergi.

Kelas sudah kosong meninggalkan Salfa sendiri didalam kelas, sebenarnya Salfa tidak sendiri masih ada seorang pria yang duduk dibelakangnya hanya saja Salfa tidak tau.

"Hay Salfa" sapa pria itu yang sontak membuat Salfa terkejut dan menoleh kearahanya.

"R-ray" ucap Salfa sedikit terbata-bata.

"Gak perlu takut, gue gak akan bunuh lo asal lo nurut sama gue" ucapnya sembari berdiri dan duduk disebelah Salfa.

'Aduh kok dia pake duduk disini sih' batin Salfa.

"Emang kenapa kalo gue duduk sini, gaboleh" ucap Ray dengan nada sedikit meninggi.

"Loh kok kamu tau?" Tanyanya dengan wajah terkejutnya, membuat Ray terkekeh gemas melihatnya.

'Ehh dia senyum, ganteng' tanpa sadar  Salfa memuji Ray dan tentu saja didengar oleh Ray.

"Udah gak usah ngebatin mulu, gue tau lo muji gue dan gue tau gue ganteng" tukas Ray dengan congkaknya, membuat kedua pipi Salfa memerah karena malu.

'Ni cewe kalo lagi gini lucu juga ya' batin Ray sembari terkekeh melihat Salfa yang tengah malu.

Bersambung...

Psycholog and Psycopath StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang