Forbidden Love

523 60 1
                                    

@hys_10300


Katakan Kang Minhee itu gila. Bisa-bisanya dia menerima perasaan anak majikannya. Apa dia tak takut kalau nasib pekerjaan ibunya akan terancam?

Mengencani Hwang Yunseong berarti siap-siap hidup melarat.

Lupakan soal itu. Minhee memang pemuda miskin paling bodoh.

Terlepas dari fakta menyakitkan itu, Minhee benar-benar mencintai putra semata wayang majikannya. Tak peduli jika akhirnya dia harus berpisah. Setidaknya hari ini ia begitu bahagia menghabiskan momen manisnya bersama sang kekasih sebelum kata pisah terlontar dari bibir tipisnya. Iya, hubungan keduanya sudah tercium oleh sang nyonya besar.

Yunseong menautkan jari-jarinya di sela jemari lentik Minhee. Menggenggamnya penuh cinta. Keduanya berjalan di tepi pantai, menikmati desiran angin sore dan deburan ombak yang kerap kali membasahi kaki telanjangnya. Sesekali Minhee berlari menghindari kejaran Yunseong yang berusaha ingin menyeretnya ke tengah laut.

Keduanya tertawa lepas saat tangan Yunseong berhasil merengkuh tubuh kurus Minhee. Memeluknya dari belakang seraya sedikit mengangkatnya dan melemparnya ke air.

Tentu saja Minhee kesal dan marah-marah. Dia mencoba bangun dan balas menarik Yunseong sampai keduanya berakhir basah-basahan.

“Udahan yuk. Udah sore banget ini, nanti ibu panik lagi mengkhawatirkanku.”

“Minhee.”

“Iya?”

“Berjanjilah padaku.”

Pemuda bermata sayu menatap lekat manik kelam Minhee yang meneduhkan. Sementara yang lebih muda membalasnya dengan seuntai senyum tipis seolah kebahagiaan akan terus memeluk hubungan keduanya.

“Untuk?” tanyanya sedikit meringis kala menangkap binar ketakutan dari iris tegas sang kekasih.

“Untuk tak meninggalkanku.”

Minhee tak segera menjawab. Ia mengalihkan pandangannya dari sorot memohon Yunseong dan menatap kedua kaki telanjangnya yang penuh dengan butiran pasir.

“Kenapa hanya diam saja? Apa itu artinya kamu berniat akan meninggalkanku?”

Minhee menggeleng pelan. Kelopak matanya memanas, berusaha menahan desakan airmata.

“Tidak, sama sekali tidak. Aku bahkan tak pernah sekalipun berpikiran untuk meninggalkanmu meski kutahu kita seperti langit dan bumi. Jauh, sangat jauh. Tapi—” Minhee menggigit bibir bawahnya, gusar.

“Tapi?”

Yunseong meraih kedua tangan gemetar Minhee dan menggenggamnya erat, kemudian mengecup punggung tangannya dalam sarat akan kehilangan. Ia sangat tahu bagaimana perasaan kekasih manisnya itu.

“Aku sadar hubungan ini tak bisa kita teruskan. Mamamu sudah tahu, kak. Itu artinya aku tak bisa berjanji untuk selalu bersama dan mempertahankan hubungan ini.” Minhee menundukkan wajahnya, menghindari tatap sendu Yunseong. Air matanya semakin mendesak ingin segera meloncat dari pelupuknya. Minhee menahannya sekuat mungkin.

“Aku tak peduli. Bisakah kalimat tadi aku anggap sebuah kebohongan?” Yunseong juga tak kalah sedih. Suaranya terdengar serak seperti menahan tangis.

ANTOLOGI ORION || HWANGMINITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang