POL 9*

435 40 9
                                    

Hinata tak henti-hentinya meremat jari-jemari nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hinata tak henti-hentinya meremat jari-jemari nya. Matanya bergulir gelisah kesana-kemari. Seolah-olah waspada akan sesuatu.

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lama, bahkan sepertinya bel tanda istirahat berakhir akan segera berbunyi. Dan selama itu pula Hinata tak beranjak dari tempat duduknya.

"Hinata."

"IYAA!"

Lelaki yang menepuk bahu gadis itu terkejut mendengar respon Hinata yang malah seperti teriakan itu. Satu kelas sontak menjadi kan Hinata dan lelaki bernama Kiba itu pusat perhatian.

"Hei, kenapa berteriak begitu? Kau mengagetkan aku tau!" Ujar Kiba kesal.

Hinata menghela napas, mencoba mengatur debaran jantungnya, "Maaf, tadi aku melamun."

"...Ada apa?" Tanyanya.

"Itu, kau dipanggil Pak Iruka disuruh ke ruangannya."

"O-oh... Baiklah." Jawab Hinata.

Gadis itu bangkit, "Terima kasih informasi nya."

Kiba hanya mengangguk dan tanpa berlama-lama Hinata berjalan keluar kelas menuju ruang majelis guru untuk menemui pak Iruka selalu guru Sains disekolah mereka.

◆◇◆◇◆◇◆◇

"Permisi Pak."

Hinata menutup pintu ruangan setelah ucapannya diangguki pak Iruka. Urusannya dengan guru itu akhirnya selesai juga walaupun memakan waktu yang cukup lama.

Gadis itu berjalan santai menuju kelasnya yang berada dilantai 3. Koridor sudah sepi dikarenakan saat Hinata masih diruangan pak Iruka, bel tanda istirahat berakhir telah berbunyi.

Hinata berjalan dengan pikiran berkecamuk. Saking tidak fokusnya, kakinya yang menapaki tangga satu persatu itu tergelincir. Membuat tubuh Hinata oleng kebelakang. Hinata sendiri mencoba menggapai pagar pada tangga, namun terlambat. Gadis itu menutup mata, pasrah jika dirinya akan jatuh dan berguling-guling ditangga dan berakhir dengan berbagai luks ditubuh. Membayangkan nya membuat Hinata meringis.

Grep.

"Eh?" Hinata membuka mata saat merasa punggung nya ditahan oleh sebuah lengan kekar.

"Ceroboh!"

Hinata menoleh kekiri. Didapatinya sepasang mata sebiru laut menatapnya khawatir.

"Ceroboh!" Maki Naruto lagi.

"Bukannya berusaha selamat kau malah menutup mata pasrah. Huh, untung saja ada aku!"

Hinta tersadar dan segera menarik diri menjauhi Naruto.

"Ekhem," Sedikit berdehem Hinata merapikan seragamnya.

"Kau kenapa sih? Dari tadi aku perhatikan kau tidak fokus berjalan."

𝘗𝘰𝘸𝘦𝘳 𝘰𝘧 𝘓𝘰𝘷𝘦Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang