"UNNIE, kau ingin membawa toner yang mana?"
"Semua."
"Hah?"
Kualihkan pandanganku kepada Gun. "Kau keong? Hah, hah, hah, terus!"
"Aish," sosok nyentrik itu menggeleng. Lalu satu tangannya menunjuk ke etalase yang bertuliskan 'toner' di kacanya. Ia kembali menatapku. "Ada tiga puluh toner di sini. Jangan mengada-ngada, unnie."
Geez, siapa juga yang sedang mengada-ngada? Aku kan bicara super serius sekarang. Lagipula, untuk apa ia bertanya kalau akhirnya protes juga!
"Pilih salah satu yang sering kau gunakan, unnie. Kau pikir kita mau pindah rumah?"
"Terserah kau saja," ucapku malas. Kemudian kembali fokus ke layar ponselku. Aduh, kemana penghuni kamar depan apartemenku ini ya? Sejak kemarin—setelah mengantarku ke rumah sakit menjenguk ibu—dia tidak ada menghubungiku lebih dulu. Aku juga gengsi kalau mau menelepon atau mengiriminya pesan lebih dulu, ya masa aktris terkenal menelepon orang lebih dulu. Err, tapi kan Myungsoo bukan sembarang orang ya, Myungsoo... anu. Aish!
"Baiklah, Lanei—"
"Molla!" aku berteriak sambil melempar ponselku asal ke atas ranjang. Lalu, berbaring sambil menepuk-nepuk sheetmask yang mulai meresap masuk ke dalam pori-pori wajahku. Aku kan harus fresh saat di bandara nanti, juga saat sampai di China.
"Omo, Unnie!"
Kutatap Gun kembali.
"Kenapa kau malah marah? Katanya tadi terserah aku saja yang memilihkannya?" ucap Gun dengan kening mengerut dan bibir memberucut seperti bebek.
Kedua alisku bertaut di dalam sheetmask-ku. "Siapa yang marah?"
"Lalu, kenapa kau berteriak?"
"Bukan urusanmu." Ucapku tak acuh. Dasar kepo!
"Dasar nenek sihir," gerutu Gun yang masih kudengar. Aku memilih mengabaikan gerutuannya itu dan kembali rebahan sambil menatap langit-langit kamar.
Sore nanti Gun dan aku dan beberapa tim dari agensi dan beberapa tim dari Kimsung akan terbang ke China. Aku tidak tahu alasan apa dan kenapa Kimsung memilih melakukan touring promosi di China bukannya di lokal saja, tapi masa bodo aku tidak peduli yang penting aku bisa jalan-jalan ke luar negeri sambil bekerja. Ah, lihat saja kalau aku sudah menjadi ibu negara Kimsung maka aku akan jalan-jalan ke luar negeri untuk menghabiskan uang, bukannya untuk mencari uang seperti sekarang.
Ck, tapi bagaimana ini, yang akan menjadikanku ibu negara Kimsung saja tidak menghubungiku sejak 21 jam 29 menit 30 detik yang lalu! Sungguh parah sekali!
Jangan tanya kenapa aku tidak mengedor pintu apartemennya ya karena semalaman aku memasang telinga mendengar langkah kaki Myungsoo, tapi aku tidak mendengarkan apa-apa—bahkan hingga aku jatuh tertidur. Tadi pagi pun aku menekan bel apartemennya untuk membuatkan sarapan, tetapi tidak juga ada yang membuka pintu. Hm, apa Myungsoo tidak pulang ya? Tapi kenapa tidak mengabariku coba?
Tunggu, kenapa juga aku ingin ia mengabariku? Dasar aneh... aku mulai meruntuki diriku sendiri.
"Unnie!"
Aish, si tomboy ini kenapa selalu mengganggu sih?
Kutarik napas perlahan, lalu bangkit. Membuka sheetmask dari wajahku sambil membuatnya menjadi sebuah kepalan sebelum memasukkan bekas sheetmask kembali ke dalam bungkus dan melemparnya ke dalam tong sampah. Kembali kubawa tatapanku pada Gun yang masih sibuk dengan koper-koper di depannya.
"Apa lagi?"
"Kau nanti pakai ini, jangan lupa." Tunjuk Gun pada paperbag dari merek fashion terkenal di dekat kursi meja rias.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Celebrity And Her Perfect Match | MYUNGZY COUPLE
FanfictionDISCLAIMER: Cerita ini hanya fiksi belaka. Author hanya meminjam nama tokoh, tempat, dan merek untuk kebutuhan cerita. Cerita milik author, sedangkan Idol milik orang tua dan agensinya.🧡 Judul sebelumnya: Hello, "Bagaimana kalau kita berkencan?" "A...