Jangan lupa bantu vote dan komen ya, guys. Apresiasi kalian seperti suntikan semangat buatku. Hehe
***
Terkadang, cinta seperti memegang dua mata pisau yang berlawanan. Seseorang akan begitu sangat bahagia ketika cintanya berjalan lancar. Namun sebaliknya, seseorang bisa benar-benar terpuruk kala cinta itu pergi. Mirip sekali dengan gadis berkepang kuda—yang sedang menenggak coca cola untuk botol yang kedua—lalu menghela napas entah untuk yang keberapa kali. Terlihat sekali kalau dia sangat frustasi.
Jutaan anak panah seakan melesat sekaligus ke jantungnya. Sakit saja tidak cukup untuk mendeskripsikan kondisinya saat ini. Jika tangis dapat mengurangi rasa sakitnya, tentu Avella akan menangis sebanyak mungkin—sekeras mungkin.
Sayangnya, pada kasusnya kali ini, Avella tidak bisa menangis. Air mata itu seperti sedang mempermainkannya. Menertawakan dirinya yang masih setia pada satu cinta.
Seandainya adalah kata yang paling Avella benci. Sebab, Avella mengharapkan sesuatu yang jelas tidak akan pernah terjadi. Apalagi menghapus sesuatu yang telah terjadi. Ah, brengsek sekali! Sel otaknya pun ikut serta dengan memainkan kata seandainya.
Seandainya, Avella tidak pernah mencintainya.
Seandainya, perasaan Avella tidak sekuat itu.
Seandainya, hari itu tidak pernah terjadi.
Dan, seandainya-seandainya yang lain, yang tak pernah ada habisnya untuk bermain-main dalam otaknya.
"Hadeuh si boncel malah kobam di sini." Shirei mencibir sebagai bentuk sapaan pertamanya.
Gadis berambut blonde itu duduk di samping Avella. Merebut paksa coca cola dari tangan Avella, lalu menenggaknya hingga habis.
"Orang lain kalau gamon ke club, minumnya wisky, bukan ke Indomaret sambil nenggak soda."
"Berisik!"
Shirei mengangguk setuju. "Emang di sana berisik, makanya lo bebas teriak!" Anak kecil pun tahu, jika ucapan itu tertuju kepadanya. Namun yang dilakukan Shirei justru sebaliknya. Berpura-pura tidak peka, lalu akan menunjukkan bentuk perhatiannya dengan cara yang berbeda.
"Hitam ngga akan bisa jadi putih, begitu juga sebaliknya. Mereka punya perannya masing-masing. Yang perlu lo lakuin cuma menerima."
"I can't stop thinking about him, Rei. I need him like oxygen."
"Dan berapa banyak orang yang lo sakiti, because your love is bulshit!" Shirei tidak sedang berusaha menghibur Avella, tidak pula mengguruinya. Shirei Hirano hanya mengatakan apa yang ingin dia katakan.
"Teknik kintsugi bukan begini, Ve."
Ucapan Shirei barusan seakan menampar keras Avella. Diingatkan kembali apa yang sedang coba dia bangun selama ini. Kapal impiannya telah karam sepuluh tahun lalu, lantas beginikah cara dia memperbaikinya? Merusak kapal yang lain, hanya untuk membangun kapalnya kembali.
"Lo udah tersiksa selama ini, kenapa ngga lo lepasin?"
Avella terdiam. Bahunya merosot seiring dengan helaan napas yang terdengar berat. Hal terburuk dari putus cinta adalah kamu masih mencintainya segenap hati. Tidak peduli seberapa sering dia mengabaikan, hatimu hanya tahu cara merindu. Sementara bagian tersulit dari melepaskan adalah mengikhlaskan. Avella tidak berhasil melewati keduanya. Dia masih terjebak pada cinta pertamanya. Yang satu tahun lalu mengusik ketenangan hubungan dia dengan Albi. Untuk sesaat Avella terlena.
Avella menyesal. Sungguh. Albi tak semestinya menjadi korban. Gosip Albi mencampakkan Avella itu ngga adil banget. Avella ingin mengembalikan nama baik Albi. Namun tak disangka, justru tindakannya membuat Albi semakin tersudutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILL ME, HEAL ME [Weekly Update]
ChickLitHanya karena satu kesalahan, Avella telah menenggelamkan kapal impiannya. Hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Dia hanyalah seonggok manusia hina yang tidak pantas mendapat berkah Tuhan, yaitu kebahagiaan. Lalu seseorang berkata, "Di Jepang ada tr...