Bodies

413 32 41
                                    

I found a dead body in my trunk today.

◆◆◆
((-0-0-0-))
◆◆◆

Kamar yang remang-remang, wallpaper dinding yang robek, tempat tidur berserakan di seluruh lantai, lampu satu-satunya di lantai dengan cahaya redup menerangi ruangan, dan seorang pria remaja berumur kisaran 16 tahun menghadap cermin di seberangnya.

Dia mengambil napas dalam-dalam, ia memegang pisau di tangan kanannya, dia mengagumi betapa tajamnya pisau itu. Berpikir untuk bisa melakukan apa yang telah ia rencanakan sejak setahun yang lalu membuatnya bersemangat, itu semua yang ingin ia lakukan, ia tidak perduli tentang apapun kecuali untuk bisa melihat darah menyembur tepat di depan dari matanya.

Dengan senyum lebar di wajahnya, dia berjalan menuju pintu dan membukanya. Dingin menyentuh kulitnya tetapi dia tidak perduli.

Lampu redup.

Semua orang pasti sudah tidur.

Dia menyentuh dinding ketika ia dengan hati-hati memilih siapa yang akan menjadi korbannya, tetapi kemudian ia ingat.

Eomma, appa, dan hyung tiriku...,

Dia berhenti tepat di depan ruangan tempat kedua orang tuanya tidur.

Sebelum masuk, ia mencondongkan tubuh ke depan untuk mendengarkan, apakah mereka sudah tidur atau belum.

"Ada yang salah dengan pikiran anak itu! Aku bersumpah kita seharusnya tidak mengadopsinya."

"Tidak, sayang. Mungkin kita yang salah paham. Mungkin dia bercanda?"

"Tidak ada yang waras yang mau membantai satu kelas untuk merayakan ulang tahunnya!"

Ia bersumpah ia ingin berhenti tertawa ketika ia mendengar ayah tirinya mengeluh tentang dia.

Remaja pria itu dengan lembut meletakkan tangannya di atas kenop, dan membukanya.

Melihat pasangan yang ketakutan ketika mereka melihat pisau di tangan kanannya membuatnya bersemangat.

"Selamat malam, eomma, appa. Oh..., masih terlalu dini, bukan?"

Ia melihat appanya akan melompat dari jendela, ia segera melemparkan senjatanya ke arahnya, menikamnya dipunggungnya. Membuat appanya kehilangan keseimbangan saat jatuh di lantai berkarpet.

Remaja pria itu menghela nafas ketika ia menarik pisau dari punggung appanya. Dia membantunya duduk tegak.

"Panggil ambulans dan aku tidak akan melaporkanmu ke pihak berwenang."

"Appa~" ia menatapnya ketika napas appanya perlahan menjadi lebih berat. "Ambulans?" ada seringai di wajahnya sebelum ia mulai terkekeh saat ia berbalik. Ia berjalan menuju eomma-nya yang terlalu takut, ia membeku di tempat ia duduk.

"K-kau terkutuk...," remaja pria itu berlari kembali ke arah nya dan menendang wajahnya.

"Sekali lagi kau berbicara dan aku akan membunuhmu tepat didepan isterimu." Ia mendaratkan tendangan lain di wajahnya.

Ia lalu kembali ke eommanya.

"A-apa yang akan kau lakukan...?" ia bertanya pada puteranya.

"Mungkin sesuatu yang menyenangkan? Seperti membunuhmu di depan mata anakmu sendiri, putera aneh yang kau salahkan karena mengadopsinya." Ia tertawa terbahak-bahak saat ia menjilati darah dari ujung pisaunya.

Ia kemudian mulai menikamnya.

"Hmm..., ini tidak menyenangkan, tidak mengasyikkan..., kurasa." Ia mengangkat alis, ia perlahan menghitung jumlah luka tusukan dengan jari telunjuknya sambil menenggelamkannya melalui lubang yang ia buat.

[4] Bodies ⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang