10

1.4K 105 0
                                    

Dia tidak takut (Yan Cheng POV)

31/05/20
03:26 pm


Aku mendatangi rumah Liu Shang. Aku tidak jadi kembali ke istana. Tak ada yang bagus juga di sana. Kecuali.... Tentu saja gadis malam itu. Yin Wei. Gadis pemberani dan juga begitu polos. Aku jadi tidak sabar menunggu malam. Aku ingin menemuinya lagi.

"Jenderal, mulai terlihat pergerakan dari para pemberontak."

Ck. Bisa-bisanya Liu Shang membicarakan hal itu disaat aku sedang memikirkan Yin Wei. Dasar perusak suasana.

"Terus saja awasi mereka." Aku berdiri.

"Anda akan pergi ke mana?"

"Cari angin." Aku beranjak meninggalkan rumah Liu Shang.

Menyusuri jalan. Aku sebenarnya tak tahu akan pergi ke mana? Aku hanya memikirkan bertemu Yin Wei. Entahlah. Aku tak pernah begini sebelumnya. Memikirkan orang lain? Itu bukan gayaku. Tapi kali ini aku melakukannya. Sepertinya aku menyukainya. Tapi bukankah ini terlalu cepat? Baru tadi malam aku bertemu dengannya tapi sekarang sudah ingin bertemu lagi.

Sebenarnya hal yang mudah bagiku untuk menemui Yin Wei tapi aku malas memasuki istana dan bertemu Kaisar beserta pangeran. Mereka memang keluargaku, tapi aku tidak menyukai mereka.

Kaisar adalah ayahku tapi tidak dengan permaisuri. Dia bukanlah ibuku. Ibuku adalah seorang selir yang sudah lama meninggal. Dari kecil, aku tinggal di desa tapi menginjak umur sepuluh tahun, aku dibawa ke istana.

Jujur, aku sangat tidak menyukai tinggal di bangunan megah itu. Banyak sekali aturan. Aku merasa tertekan. Sampai akhirnya aku berumur lima belas tahun, aku memutuskan untuk bergabung dalam pasukan tentara perbatasan. Aku belajar ilmu bela diri dan stategi perang. Hingga akhirnya aku diangkat sebagai Jenderal.

Dalam cerita, mungkin terdengar mudah. Tapi dalam kehidupan nyata, aku harus banyak melewati kematian untuk mendapatkan gelar Jenderal dan tugasku tidaklah mudah. Meskipun begitu, aku sangat menyukai kehidupanku yang sekarang. Memiliki dua gelar, Pangeran dan Jenderal, aku sangat puas untuk berbangga diri.

Baiklah. Lupakan tentang perjalanan hidupku. Mari kembali ke masa sekarang. Berjalan tak tentu arah, aku masih memikirkan Yin Wei. Kira-kira apa yang sedang dia lakukan sekarang? Apa dia juga memikirkanku? Ah...  aku tidak boleh terlalu banyak berharap. Kecewa itu menyakitkan. Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang? Kepalaku berputar-putar hanya memikirkan Yin Wei.

Memikirkan sebuah cara. Aku harus mengetahui apa yang dilakukan Yin Wei tanpa harus melihatnya. Apa aku sebaiknya menyewa mata-mata untuk mengawasinya? Sepertinya ide yang bagus. Aku akan pergi ke istana dan mencari seseorang yang dapat dipercaya.

....

Malam-malam berikutnya, merupakan malam yang menyenangkan bagiku. Biasanya aku duduk bersembunyi bersama beberapa tentara untuk mengawasi bandit, tapi kali ini aku duduk di depan seorang gadis cantik di bawah pohon Sakura. Menikmati teh dan mengobrol ditemani cahaya rembulan.

Mengobrol dengan Yin Wei, aku mengetahui banyak hal tentang dia. Dia seorang gadis yang dibesarkan di desa. Umur sebelas tahun, kedua orangtuanya meninggal karena penyakit. Sejak itu dia mengambil banyak pekerjaan untuk bertahan hidup.

Aku tak menyangka, dibalik senyumnya yang ceria itu, dia memiliki kisah yang pahit. Masa kecilnya tidak dilakukan seperti anak kecil lain yang hanya bermain. Dia bekerja keras untuk bertahan hidup.

Sebenarnya, aku tak jauh berbeda dengan Yin Wei. Ibuku meninggal saat usiaku tujuh tahun. Aku yang tinggal sebatang kara waktu itu, mencoba menghidupi diri dengan menjadi tukang cuci di sebuah rumah makan. Entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba seorang datang padaku dan mengatakan bahwa aku adalah anaknya. Pria yang ternyata seorang kaisar itu, membawaku ke istana. Maka mulai saat itu aku tinggal di kerajaan.

Yin Wei & Pangeran Ke-9 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang