Rahasia Yang Masih Tertutupi

30 14 0
                                    

“Kok kamu ajak aku kesini?”tanya Jingga penasaran kenapa ia mengajak ketempat favorit Jingga
“Kan perasaannya lagi gak enak”
“Soktau” Jawab Jingga
“Menurut aku hati kamu lagi terkekang, bener gak?”
Jingga hanya tersenyum dan mengangguk.
Juang pun langsung duduk dan mengeluarkan alat gambarnya dan buku gambar. Melihat itu Jingga langsung mengambil buku dan pensil yang ada ditangan Juang.
“Mau coba dong” kata Jingga
Lalu Jingga langsung menggambar sebuah lingkaran didalam lingkaran itu diberi lingkaran kecil kecil seperti bebatuan dan pori-pori, tak lupa juga ia memberi warna merah pada lingkaran.
“ternyata benar ya dengan menggambar bisa membuat hati kita lebih tenang” tetap sibuk menyelesaikan gambarannya
“itu bulan?” tanya Juang polos
“MARSSSS” langsung menjawab karna Juang salah menebak
“Aku pernah ngebayangin pengen banget terbang kesana, karna aku ngerasa disana bisa bebas ngelakuin apa aja” tambah Jingga
Juang hanya tersenyum dan melihat awan awan dilangit sambil membayangkan apa yang diucapkan Jingga.
“ terus apa yang membuat kamu berpindah-pindah tempat ?” Tanya Jingga
“Panjang ceritanya.  Intinya karna kerjaan”
“ Kalo buat aku ya kerja itu harus dari hati. Kalo kita dari hati itu pasti jujur. Lalu kita sebarkan kemasyarakat dan akan menjadi hal yang sangat indah” Jelas Juang
Jingga tersenyum takjub mendengar penjelasan dari Juang. Tiba- tiba Jingga berdiri
“aku mau ngajarin kamu sesuatu, ayo berdiri.”
“apaan” tanya Juang
“udah berdiri aja “ sambil mengangkat kedua tangan nya keatas.
Juang pun mengikuti apa yang dilakukan Jingga.
“terus pejamin mata.. dulu aku diajarin papa. Kalo lagi pusing atau punya masalah lakuin aja ini. Dengan mengangkat tangan kita bisa merasakan semuanya. Dan itu artinya kita telah berserah kepada semesta apapun yang akan terjadi ”
Juang meledek Jingga “kamu kurang piknik Jingga”
“udah lakuin aja dulu” jawab Jingga dengan kesal
Setelah itu Juang  baru merasakannya.
“Gimana rasanya” tanya Jingga
“Plong...... Bebas.....”
Jingga hanya tersenyum mendengar penjelasan Juang.
Jingga sudah merasa tenang ia langsung mengambil tas ditempat duduk tadi dan meninggalkan Juang
“eh Jingga... kok  udahan, abis selesai gitu tadi apaan? Kamu belum ngajari sampe selesai?” tanya Juang sambil mengejar Jingga. Jingga pun hanya tertawa melihat Juang.
Keesokannya seperti biasa disiang hari Juang duduk disebrang cafenya Jingga sambil menggambar.
Melihat ada Juang disebrang Jingga menghampirinya.
“Fokus banget” sapa Jingga
“daripada gak ada kerjaan” jawab Juang
“Sekarang apa yang ada dipikiran kamu Juang?” tanya Jinga
“Tempat selanjutnya” Juang sedang berpikir kemana ia akan pergi setelah begitu lama dikota ini.
“kamu mau pindah lagi?” tanya Jingga dengan raut muka kecewa.
“aku mau ke Jogja”
“Kenapa Jogja?”
“Karna Jogja memiliki keistimewaan terutama dibidang seni... menurut aku Jogja itu sebuah surga dari jutaan surga yang diberikan tuhan kepada masyarakat Indonesia. Dan aku juga ingin mengunjungi Hutan Pinus yang sangat Indah di Bantul” Jawab Juang
“seru yaaa?.... aku juga belum pernah ke Jogja”
“kamu mau ikut?” tanya Juang
“Gak bisa Juanggg”
“Soal cafe ?
Jingga tak menjawab pertanyaan Juang, ia langsung mengeluarkan earphone dan memasangkannya ketelinga Juang.
“Dengerin nih playlist aku”
Juang hanya menuruti dan mendengarkan lagu yang diputar Jingga. Saat Juang asik mendengarkanya tiba tiba suara musik terhenti dan berganti seperti nada dering panggilan. Benar saja Jingga melihat layar hpnya ada panggilan telpon dari Rafi.
“Bentar ya” ucap Jingga ke Juang sambil sedikit menjauh, Jingga tidak sadar bahwa hp nya masih tersambung dengan earphone yang ada ditelinga Juang. Juang tetap diam saja.
“Halo sayangg... Kamu dimana? Aku Cuma mau bilang lusa aku mau pulang ” suara dari earphone itu mengejutkan Juang
Rafi adalah pacarnya Jingga. Jingga tidak pernah bercerita bahwa ia sudah mempunyai pacar.
Juang langsung melepaskan earphone nya dan berdiri mendekati Jingga. Jingga hanya bicara halo halo saja karna tidak dapat mendengar suara orang yang menelponnya. Tanpa bicara Juang memberikan earphone milik Jingga dan disaat itulah Jingga sadar ternyata handphonenya masih tersambung pada earphone yang dipakai Juang. Setelah mengembalikannya Juang langsung pergi saja tanpa pamit.

Dua hari kemudian Juang pergi ketaman dekat cafe Jingga hanya untuk bersantai sambil menggambar. Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang kelihatannya sangat gelisah berjalan mondar mandir disebalah kiri Juang. Juang memperhatikannya sambil menggambar
“gelisah banget mas?” sapa Juang
“oh sorry bang “ Jawab laki-laki itu merasa tidak enak pada Juang
“ohiya duduk aja sini” Juang menggeser tas nya agar ada ruang kosong disebelahnya
“maaf ya bang ganggu”
“gpp ini kan tempat umum” jawab Juang
“Maklum mas grogi mau kasih surprise kecalon tunangan saya” laki-laki ini memberitau kenapa ia telihat gelisah
“udah pacaran berapa lama mas?“ tanya Juang
“udah lama sih dari kuliah kita udah pacaran...... dulu Almarhum papanya temenan sm papa saya, yaaaa jadi kayak dijodohin gitu bang”
“tapi selama ini kita pacaran Ldran bang jarang ketemu, mangkanya sekarang aku mau cepat-cepat ngelamar dia bang...... ituu pacar aku bang, dia kerja disana, kebetulan dia juga pemilik cafenya” sambil menunjuk sebuah cafe
Juang terkejut laki-laki itu menunjuk cafe milik Jingga dan Juang langsung sadar bahwa laki-laki ini pacarnya Jingga. Juang terdiam dan langsung berdiri memasukan alat gambar nya. Sambil menjawab penjelasan dari laki-laki itu.
“iyaa majulah mas”
“sebentar lagi Jingga kelar kerja, semoga dia senang dapat kabar dari lo” tambah Juang
Juang langsung pergi dengan menaiki skatenya.
Laki-laki itu pun meninggalkan taman menuju cafe Jingga, Jingga pun terkejut kedatangan Rafi. Mereka pun mengobrol sebentar dan Rafi pun langsung mengajak Jingga pulang..

Keesokan harinya Juang pergi kelapangan tempat Favorit Jingga, ia duduk sambil menggambar disana. Ia teringat apa yang diajarkan Jingga padanya dan ia langsung mencobanya. Ia berdiri, mengangkat kedua tangannya dan memejamkan mata sambil berbicara.
“ okeyyyy Mars sangatlah indah, tetapi Mars sudah ada yang mengisi” ucap Juang sambil memejamkan matanya.
Tanpa Juang sadari dibelakangnya berdiri seorang perempuan
“ampuh juga ya cara itu” ucap Jingga
“banget” Jawab Juang cepat
“sangking ampuhnya kamu datang lagi kesini Juang Astra”
Juang menurunkan tangannya dan membalikan badan ia baru sadar perempuan dibelakangnya Jingga. Juang diam saja tidak menjawab pembicaraan Jingga. Lalu Jingga mendekati Juang.
“ aku udah mencoba segala cara untuk mempertahankan hubungan aku dengan Rafi”
“Rafi laki-laki yang baik”Ucap Juang
“aku tau,tetapi dia bukan laki-laki yang aku inginkan untuk bersama” jelas Jingga
“kenapa?”
“karena ia tidak bisa membuat aku ngerasa bebas Juang, aku merasa terbebani”
“karna dijodohin?” tanya Juang
“Jingga kamu itu punya tujuan, kamu kejar tujuan kamu, kamu ambil bahagia milik kamu.. jangan kamu lepasin”
“tapi aku bukan kamu Juang,aku bukan orang yang bisa mengutarakan isi pikiran aku”
“udah dicoba belum?.....kalo kamu gak nyaman dengan suatu hal kamu harus ngomongggg... kalo kamu kayak gini terus ,kamu ngerugiin diri kamu sendiri” jelas Juang dengan tegas
Jingga terdiam ia tidak menyangka Juang bicara seperti itu
“gak seharusnya kamu mengucapkan selamat tinggal seperti ini” Jingga tau kalo Juang akan segera pergi ke Jogja meninggalkannya
Jingga pergi meninggalkan lapangan itu sambil menangis.
Pukul 02.00am Juang pergi kecafe nya Jingga ia telah menyiapkan cat-cat yang ia perlukan dan memasukannya kedalam tas. Sesampai disana ia langsung memakai masker Respirator. Juang memang sudah biasa sebelum meninggalkan tempat yang dikunjunginya ia akan membuat Mural ditempat yang membuatnya berkesan.
Selepas membuat mural ia langsung pergi ke terminal untuk membeli tiket ke Jogja

Juang Astra, JinggaWhere stories live. Discover now