18. Truthful

747 147 49
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Renjun menarik menatap Hendery dengan tajam. Seolah ia akan membunuh lelaki itu sekarang juga. "Rania terikat kontrak sama gue dan sudah ditandatangani oleh Rania sendiri." jelasnya penuh penekanan.

"Gue yakin ada pemaksaan di balik itu."

"Pemaksaan atau bukan, yang penting surat persetujuan ini resmi." sahut Renjun.

"Oke... Renjun cukup. Iya, aku akan pulang. Tapi stop berdebat di sini." Rania akhrinya berani kembali membuka suara setelah beberapa menit bungkam.

"Rania, lo nggak perlu turutin apa kata dia." cetus Hendery. Rania menggeleng pelan "Gue nggak mau kalian berantem. Gue nggak apa-apa kok."

Renjun tersenyum miring merasa sudah menang dan bisa membawa pulang Rania. Hendery terlihat menatap Renjun dengan tajam sekaligus dingin, bayangkan saja betapa menyeramkannya.

"Titip salam sama bunda ya." pesan Rania sebelum akhirnya menarik Renjun menjauh dari sana.

Sejujurnya hatinya merasa berat untuk kembali ke rumah itu, ia akan tersiksa lagi. Bukan hanya secara fisik karena Renjun, namun juga perasaannya. Ia harus kembali menahan perasaannya pada lelaki itu.

⭐⭐⭐


Rania membuntuti Renjun sampai ke depan kamarnya. Sejak tadi belum ada yang membuka pembicaraan, mereka saling mengunci mulut.

"Renjun..." panggilnya ragu.

"Iya?"

"Kalau kamu memang nggak ada perasaan sama aku, tolong jangan kasih aku perhatian lebih. Setidaknya perlakukan aku selayaknya pelayan." ujar Rania.

Renjun terdiam menatap perempuan itu sebentar, kemudian ia tiba-tiba melangkah pergi.

Seperti ini lagi, Renjun selalu menghindar setiap kali Rania menyinggung masalah perasaan. Ada apa sebenarnya? Bila memang kenyataannya Renjun tidak ada perasaan, kenapa harus bersikap begini. Rania hanya bingung mengartikan sikapnya itu.

"Renjun, aku cinta sama kamu."

Langkah Renjun terhenti, rupanya ia memang belum terlalu jauh dan dapat mendengar ucapan Rania barusan.

"Aku aneh kan? Iya, aku sendiri nggak tahu kenapa aku bisa cinta sama kamu." Rania menahan air matanya yang mendesak keluar.

"Seperti yang kamu bilang tadi. Kamu itu pelayanku kan? Jadi jangan berharap aku balas perasaan kamu."

"Kamu bohong." celetuk Rania.

Renjun berbalik dan mendekati perempuan yang tengah mengepal kuat tangannya sendiri.

"Istirahat, kamu terlalu banyak berpikir. Jadi ngaco terus-"

Srett!

Rania menarik tubuh itu dan segera mendekapnya dengan sangat erat. Dia tidak ingin melepaskan Renjun.

Bloody Fear | Renjun✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang