>>Ellen<<
"Miss rasa cukup ini aja. Jangan lupa kirim ke email saya untuk latihan soal beserta jalannya ya!" kata Miss Sherly sambil menyusun papernya yang selalu berserakan di meja setiap latihan."Deadlinenya kapan, Miss?" tanya Joshua kepada Miss Sherly.
"Besok jam 12 malam" jawab Miss Sherly. Ia memasukkan paper paper yang aku tidak tahu apa itu ke dalam tote bag ungu yang berukuran cukup besar. "Okay, miss duluan ya! See you" kata Miss Sherly sambil berjalan keluar dari sekretariat Math Club. Aku memasukkan buku-buku beserta kotak pensil ke dalam tas sandangku.
"Len, gue mau ke Mcd, Lo mau ikut?" tanya Joshua kepadaku.
"Hmmm, gue ada urusan Jo, next time ya" jawabku. Aku menyandang tasku dan berjalan ke pintu keluar.
Aku berhenti di dekat pintu, aku sadar Joshua sudah menjadi teman yang sangat baik apalagi kalau masalah matematika. Aku rasa, aku perlu basa-basi untuk sekedar menyemangatinya, "Good luck buat babak selanjutnya!" kataku kepada Joshua. Joshua memberikan senyum manisnya kepadaku, "Lo juga, semangat!" kata Joshua.
Ada rasa kesal dan senang saat melihat Joshua. Dia sangat mengingatkanku kepada Harry, yaitu orang yang sudah lama kusuka. Kulit hitam manisnya, hidung mancungnya, bahkan caranya tertawa. Maksudku, mereka tidak sama persis tetapi ada beberapa kesamaan yang mengingatkanku kepadanya. Betapa istimewa bukan saat kau menemukan seseorang yang mirip dengan orang yang sangat kau sukai? Bahkan bisa dibilang Joshua versi lebih baik dari Harry. Entah apa yang terjadi tetapi aku tidak merasakan apapun terhadap Joshua. Walaupun dia versi lebih baik dari Harry tetapi Harry tetap menjadi seorang lelaki yang aku suka. Dia sedikit bodoh tetapi dia memiliki selera musik yang bagus, tidak lupa Harry suka memberikan candaan-candaan yang lucu. Bisa disimpulkan, He's not smart boy but he's a good talker. Ya, aku akuin aku gak tau banyak tentang cinta tetapi mencintai seseorang gak butuh alasan, kan? I mean, meskipun kita udah buat list tipe cowok apa aja yang bakal kita pacarin tapi kalau kita udah clicked sama seseorang, tipe jadi gak penting kan? Itulah yang kurasakan sama Harry. I don't know why but i love him. He's also my first love tho.
Hari Sabtu memang merupakan hari yang aku paling suka. Mengapa? selain karena hari Sabtu libur, aku dapat bebas dari Gina karena pertemuan Math Club ini. Bisa dibilang Math Club adalah pelarian atas semua yang terjadi di Jakarta ini. Jujur saja, walaupun Jakarta punya sekolah yang lebih bagus daripada di Jambi, aku masih lebih menyukai Jambi. Terkadang aku berpikir aku tidak bisa mengikuti arus kehidupan di Jakarta karena aku tidak tinggal bersama orang tuaku. Aku rela menanggung hal itu semua asal ada seseorang yang dapat menyekolahkanku, dan Om Randi adalah orang yang dapat menyekolahkanku di tengah-tengah kejadian buruk yang menimpa keluargaku. Demi impianku dan mama, aku rela melakukan semuanya, walaupun aku harus dihina Gina dalam mencapai impianku.
Aku berjalan menyusuri koridor dan akhirnya aku sampai di halaman luar sekolah. Aku berencana ingin pulang dan mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh Miss Sherly.
"Ayo naik" kata seseorang berhelm yang menaiki motor itu kepadaku. Sepertinya suara orang itu tidak terlalu asing di telingaku. Ia membuka helmnya dan orang itu adalah seorang lelaki. Dia adalah Prince.
"Mau kemana? Nganterin pulang?" tanyaku kepada Prince.
"Lah, kan waktu lomba debate kemaren lo bilang mau keliling Jakarta pake motor?" kata Prince.
"Aduh Prince, gue gak serius kok. Gak usah repot-repot. Gua gak ada uang buat bayar bensin lo" jelasku kepada Prince.
"Yakin gak mau? Tapi Gue searching di google, di Jambi gak ada pantai ya?" kata Prince.
Shit, memang di Jambi gak ada pantai. Impianku yang belum terwujud selama ini adalah pergi dan bermain di Pantai.
"Gimana?" tanya Prince lagi kepadaku yang sedang melamun.
Tanpa mengatakan sesuatu, aku naik ke motor, "Gue mau kalau ke pantai" jawabku. Prince menolehkan kepalanya ke arahku, lalu ia tersenyum kepadaku. Dia menyalakan motornya sementara aku duduk terdiam di boncengan belakang.
Hal yang kurindukan selama ini adalah saat-saat dimana tidak ada beban yang kutangggung sekaligus merasakan sensasi angin yang menerpa wajahku saat aku naik motor. Aku sebenarnya cukup bahagia saat Prince akan mengajakku naik motor tetapi aku tidak akan menunjukkan rasa bahagiaku kepadanya. Aku menikmati saat wangi parfum khas dari baju Prince tertiup angin sehingga aku dapat merasakan wanginya, aku menikmati saat tubuh tinggi semampainya menutupiku sehingga aku hanya bisa melihat punggungnya. Apakah ini dosa kalau aku sedang bersama seseorang yang merupakan orang yang amat disukai sepupuku? Kalau iya, biarlah aku berdosa karena aku menikmati setiap detiknya.
Motor Prince akhirnya berhenti di sebuah Pantai. Aku turun dari motor dan langsung berlari ke milyaran pasir putih yang bertebaran. Ini benar-benar seperti tempat yang biasa kulihat di majalah. Aku melepaskan flat shoesku dan berlari ke tepi pantai. Aku membiarkan kakiku ditabrak oleh ombak pantai yang merendah saat mulai menuju tepi.
"Omaigat, ini bagus banget, Prince!" teriakku kepada Prince yang berjalan dari jarak yang agak jauh.
Prince berjalan ke arahku sambil merekahkan senyumnya, "Lo suka?" tanya Prince.
Aku mengangguk dengan cepat "Suka banget" jawabku.
Aku bermain di tepi pantai dengan semangat karena ini adalah kali pertama aku ke pantai. Aku berjalan agak ke tengah hingga air pantai sudah setinggi tulang kering kakiku. Wangi khas dari pantai membuatku makin merasa seperti Princess Ariel di The Little Mermaid. Aku ingin sekali untuk menceburkan diriku di pantai tetapi sayangnya aku tidak membawa baju ganti.
Tiba-tiba, ikat rambutku terlepas dan membuat rambutku menjadi terurai berantakan. Aku bingung dan menghadap ke belakang. Prince melepaskan ikat rambutku sehingga membuat rambutku terurai, tetapi ia berjalan ke depanku dan menatapku dengan tatapan diamnya. Aku bingung ingin berbuat apa tetapi ia semakin mendekat. Aku mundur perlahan karena posisi ini sungguhlah canggung. Dia meraih tangan kiriku, dan ia memakaikan sebuah scrunchie merah ke tangan kiriku.
"Jangan dipake sekarang, lo agak cantik sih kalau rambut lo terurai" kata Prince sambil tersenyum tipis.
"Ini buat gue?" tanyaku kepada Prince. Dia mengangguk pelan, lalu ia mengalihkan posisi tubuhnya membelakangiku sambil menatap lurus ke arah pantai.
"Makasih ya," kataku kepada Prince. Ia tidak menjawab apa-apa, dia hanya fokus menghadap ke arah pantai.
"Karena rambut gue terurai, jadi sekarang giliran rambut lo yang dikuncir" kataku kepada Prince yang terdiam. Aku mendatangi Prince dan meloncat untuk berusaha meraih rambutnya. Tubuhnya yang tinggi membuatku susah untuk meraih rambutnya.
Prince tertawa pelan, "Dasar pendek" ejek Prince.
"Lo aja yang ketinggian" balasku kepada Prince. Prince merendahkan posisi tubuhnya dan menundukkan kepalanya ke arahku. Aku mengambil sedikit helaian tebal dari rambutnya.
"Sini karet rambut gue yang tadi" kataku kepada Prince meminta karet rambut yang dia lepas dari rambutku tadi. Prince memberikan ikat rambut itu kepadaku. Aku mengikat helaian rambutnya yang paling depan.
"Udah?" tanya Prince
"Udah" jawabku. Prince kembali berdiri tegak sehingga aku dapat melihat wajahnya.
"Omaigat, lo cute banget!!!!" pujiku kepada Prince. Prince menyentuh kunciran rambutnya, lalu ia tertawa pelan.
"Gue cute ya?" tanya Prince kepadaku.
"Iya" jawabku kepada Prince. Aku tidak suka berbohong, apalagi masalah penampilan. Prince adalah lelaki yang tampan, salah satu lelaki tertampan yang pernah kulihat selama 16 tahun aku hidup di dunia. Dia memang terlihat cute saat rambut lebatnya terikat di bagian depan.
Aku kembali berlarian ke sana kemari dan mengobok-obok air pantai dengan tanganku, membiarkan kaki dan tanganku dibasahi oleh air asin pantai. Aku sangat bahagia pada beberapa tahun sebelumnya, saat semuanya tertata rapi dan tidak membingungkan. Mungkin sekarang aku tidak sebahagia dulu, tetapi aku yakin aku telah menemukan kebahagiaanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Letter To Prince [Complete]
Любовные романы(COMPLETED STORY) Warning : 16+ Cowok ganteng bisa sakit hati? Dear Prince I don't know how many times i write letters about you. I really miss every single thing about you now. Your perfect sharp nose, your perfect jawline that i forever adore. Kar...