Bab 13; Tentang Malam Saat Itu

620 86 43
                                    

—Full f l a s h b a c k!


   |“—Jihoon, cepat kenakan bajumu. Kau tak ingin aku kelepasan menerkamu saat ini juga, kan?”

Tuk!

Guanlin meringis pelan kala botol minum kosong berwarna kuning itu melayang mengenai tangannya. Ia ingin protes pada Jihoon, sang pelaku pelempar botol minum itu padanya, namun Jihoon sudah kembali memasuki kamar mandi.

Jadi ia hanya mengedikkan bahunya acuh, dan kembali memainkan ponselnya.

Tak berselang lama, Jihoon keluar dari kamar mandi dengan baju rajut berwarna cream juga bawahan piyama bermotif bintang.

Terlihat sangat menggemaskan!

Jihoon berdecak malas saat ia mendapati Guanlin yang kini malah menatapnya intens.

“Sebenarnya apa apa yang kau inginkan, sampai kau meminta kunci cadangan kamarku?!”

Jihoon mengambil ponsel miliknya dan mencoba menghubungi suaminya meski atensinya masih tertuju pada muridnya tersebut.

“Bukankah sudah pernahku katakan, bahwa aku tidak ingin satu kamar dengan ketiga cecunguk itu? Aku ingin satu kamar dengamu Jihoon.”

“Aish! Dia ini kemana sih? Kenapa belum juga menjawab telponku?!”

Kernyitan penasaran terlihat jelas di raut tampan itu, ia bergerak mendekat kearah Jihoon untuk melihat siapa yang sedang lelaki manis itu coba untuk hubungi.

“Kau sedang mencoba menghubungi siapa? Kakak mu itu?”

“Bukan.”

“Lalu siapa? Ibumu? Keluargamu?”

“Bukan.”

“Kekasihmu?”

“Bukan.”

“Coba ku lihat!”

“YAK!!!”

Guanlin mengambil ponsel Jihoon dengan cepat. Belum sempat ia melihat id caller yang terpampang Jihoon sudah lebih dulu merampas ponselnya.

“KAU INI APA-APAAN SIH?! BERHENTI BERSIKAP SEENAKNYA!!” bentaknya, ia lepas kendali.

Jihoon melempar ponselnya asal, tak peduli bila layar ponselnya akan retak atau rusak.

Ia menunduk menenangkan diri.

“Jihoon—”

“Diamlah. Jangan membuatku kembali kelepasan membentakmu seperti tadi.” lirihnya.

Guanlin menuruni ranjang, dan beralih berjongkok dihadapan si manis. Ia memegang kedua tangan sang guru, menatap lekat wajah frustarasi itu,

“Ada apa dengan dirimu? Kenapa menjadi emosional seperti ini?! Dan kenapa semuanya ditujukan untukku? Kenapa kau bersikap tidak  adil denganku?! Kenapa kau hanya ingin menghindar denganku?! Kena—”

“HENTIKAN UCAPANMU! Ku mohon~. Seharusnya kau sadar bahwa sikapmu sebenarnya sudah menjawab semua pertanyaan yang kau lontarkan padaku. Kenapa kau masih belum menyadarinya?”

Satu air matanya kembali lolos, ia menatap nanar Guanlin.

“Kau tak bisa bersikap seperti itu pada gurumu sendiri Lai Guanlin. Kau—”

Ucapan Jihoon terpotong saat Guanlin mengecup sekilas bibirnya, hanya sekilas, tanpa ada drama lumat-lumatan seperti yang lalu-lalu.

Ia menjauhkan bibirnya, tapi tidak dengan kening keduanya.

“Aku menyukaimu Jihoon. Sejak pertama kali kau memperkenalkan dirimu sebagai wali kelas 12 Sosial 4, dan ya— caraku untuk mendapatkanmu adalah seperti apa yang sudah-sudah.”

“Tapi caramu salah, Lai. Dan—”

“Aku tahu, tapi aku adalah aku. Ingin kau suka ataupun tidak, denganmu ataupun dengan orang lain, caraku untuk mendapatkan seseorang yang aku sukai akan tetap sama.”

Jihoon menangis mendengar penuturan Guanlin. Entah apa yang membuatnya menjadi seseorang yang emosional seperti saat ini.

Namun, yang ia inginkan hanyalah menangis, menangis, dan menangis.

“Jangan menangis, Jihoon.”

Guanlin kembali menyatukan bibirnya dengan bibir Jihoon, melumatnya pelan, sesekali membelai lembut bibir bawah si manis.

Tangannya menekan tengkuk belakang Jihoon, guna memperdalam ciumannya.

Jihoon yang awalnya terdiam karena terkejut perlahan memberontak saat merasakan benda tak bertulang sang dominan menerobos masuk kedalam rongga mulutnya.

Guanlin menyudahi ciumannya, ia menatap Jihoon yang juga sedang menatapnya dengan binar mata sendu.

Tangannya yang berada di belakang kepala si manis perlahan beralih mengusap pipi lembut itu. Sebelah tangannya yang menganggur pun kini melingkar dengan apik di pinggang Jihoon.

“Kau milikku, Jihoon.”

Jihoon tak sempat membalas perkataan Guanlin, karena ia langsung meringis pelan saat tangan yang mengusap pipinya itu beralih menurunkan sedikit kerah baju yang ia kenakan, dan dengan seenaknya ia mencium tulang selangkanya.

Ah tidak! Ia bahkan menghisap sesekali menggigit leher bagian bawah tersebut.

Ini tidak benar.

Dengan sekuat tenaga Jihoon mendorong tubuh bongsor sang murid agar menjauh darinya.

Plak!

Dan tanpa pikir panjang ia melayangkan tamparan pada pipi kiri Guanlin.

“Saya kecewa denganmu, Lai Guanlin. Hiks.”

“You're mine, Jihoon.” Guanlin mengeraskan rahangnya, berujar mutlak, yang di jawab gelengan cepat oleh Jihoon.

“Tidak! Aku bukan milikmu! Dan kau bukan milikku, Guanlin. Saya sudah menikah! Jadi berhenti bermimpi saya bisa menjadi milikmu!!! Hiks, hiks.”

Guanlin, ia tertegun. Jadi, guru manisnya ini sudah menikah?

Cukup mengejutkan memang, namun mau bagaimanapun, apa yang ia inginkan harus ia dapatkan.

Ia terkekeh sinis, sembari menatap sang guru yang tengah menangis itu lekat, “Jihoon. Kau itu milikku. No one can have you, include your husband, except me!”

Jihoon mendongak, ingin protes sembari melayangkan tatapan benci pada Guanlin, namun yang ia dapatkan adalah ciuman mendadak nan brutal muridnya.

Tak sampai satu menit, Guanlin memutuskan ciumannya dan berjalan keluar dari kamar Jihoon begitu saja tanpa melontarkan satu patahan kata pun.

Meninggalkan sang pemilik kamar yang sedang menangis sesenggukan.














—To Be Continued.

Btw gimana reaksi kalian pas dapet kabar Jiun konfirmasi main drama?🙃

Blom siap liat adegan kisseu nya Jiunie hueee!

Etapi rambut mangkoknya dia kiyowo😖

Dahlah:"))

Hope u like it!

The Teacher Is Mine [Panwink]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang