❌ dibawah guyuran hujan ❌

316 63 16
                                    

Oktober, 1943

Tak terasa sudah hampir dua bulan Dhanu menatap di asrama seinendan. Lelaki itu terlihat semakin kurus akibat jadwal latihan yang padat, jam tidur tidak menentu, ditambah pola makan yang tak beraturan.

Dhanu tidak akan makan siang jika sang adik tak datang membawakannya bekal. Kinanti semakin sibuk dengan kuliah kedokteran yang ditekuninya, namun tetap menyempatkan diri memasak dan membawakan bekal untuk sang kakak, seperti hari ini.

Kinanti sedang bersiap menuju lapangan benteng, terik matahari tak menyurutkan semangatnya. Selain mengantar bekal, sering kali Kinanti curi curi pandang kearah Letnan muda yang memimpin pasukan seinendan. Jika Hiro menyadari dirinya sedang diperhatikan saat bertugas, maka putra sulung keluarga Nakamura akan membalas tatapan sang gadis pujaan. Tak jarang netra mereka bertumbuk pandang, saling bertatap dengan tatapan cinta walau sama sama tak mengakuinya.

❌❌❌

-Asrama mahasiswi ika daigaku

"Kinanti, kuperhatikan akhir akhir ini kau semangat sekali menyiapkan bekal makan untuk mas mu." Ananda memicing curiga.

"Ehm... Yah tentu saja, tidak ada yang mengurus kakakku Disini."

"Hm begitu ya." Ananda mengangguk ngangguk sok serius, namun kemudian matanya melebar seperti mendapat suatu ide dikepalanya.

"Ah Kinanti! Kapan kapan kenalkan aku dengan masmu ya hihihi.." Ananda terkikik geli, yang dibalas pelototan tajam oleh sang sahabat.

"Sana kenalan saja sendiri! Huhh."

"Ya sudah kalau begitu aku ikut denganmu! Ayo." Ananda menarik lengan Kinanti dengan semangat 45.

"Eh????" Pikiran Adjeng Kinanti langsung tertuju pada Hiro.

bagaimana jika Ananda bertemu dengan Hiro dan langsung jatuh cinta? Tidak. Ini tidak bisa dibiarkan.

"tidak Ananda, lain kali saja aku pasti mengajakmu."

"Kenapa?" Tanya Ananda dengan raut kecewa. Kinanti memutar otak mencari alasan yang kira-kira mampu diterima oleh otak dangkal sahabatnya. Ahaaa...

"Sepulang dari benteng aku ingin mencari daun singkong kepasar. Apa kau mau kulit halusmu terbakar oleh sinar matahari? Pasar itu panas loh..."

"Hiyy tidak mau. Yasudah lain kali saja." Ananda bergidik lalu melengos pergi meninggalkan Kinanti. Gadis cerewet itu bergidik ngeri dibalas senyum miring oleh Kinanti.

Kinanti sampai disana lebih cepat dari waktu yang diperkirakan, arloji kecil yang melingkar dipergelangan tangannya menunjukan pukul 11:30. Gadis itu memutuskan untuk duduk menunggu Dhanu ditempat biasa.

Mata bulat Kinanti menelanjangi setiap sudut lapangan berdebu yang terasa terik siang itu, bukan mencari Dhanu tapi mencari keberadaan Hiro, pemuda yang semakin dicintainya dari hari ke hari.

Netra itu menangkap sosok tinggi Hiro yang sedang berbincang dengan lelaki di hadapannya, sesekali membingkai senyum menawan. Entah apa yang sedang mereka bicarakan namun dada Kinanti berdesir saat bibir merah milik Hiro memamerkan senyumnya, membuat Kinanti ikut tersenyum dibuatnya.

Terpaan sinar matahari membuat wajah tegas itu terlihat semakin bercahaya, di dominasi dengan senyuman lembut yang memabukkan membuat Kinanti terpaku kepada sosok jangkung itu.

Terpaan sinar matahari membuat wajah tegas itu terlihat semakin bercahaya, di dominasi dengan senyuman lembut yang memabukkan membuat Kinanti terpaku kepada sosok jangkung itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 𝐖𝐚𝐫 𝐥𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang