Ting...tong....
Bunyi nyaring dari bel yang di tekan oleh seseorang yang juga diiringi ucapan salam di luar terdengar oleh Mbok Sri yang sedang berkutat di dapur.
Mbok Sri langsung bergegas untuk membukakan pintu sambil membalas salam dari orang tersebut, yang ternyata Maira lah yang sudah berdiri menunggu di depan pintu.
"Ehh...Non Maira to." Sambut Mbok Sri sambil tersenyum lebar. "Masuk Non, Non Haura nya ada di dalem kamar, katanya lagi gak enak badan, dari kemaren gak keluar-keluar dan gak mau berobat." Jelas Mbok Sri.
Maira tertegun oleh ucapan Mbok Sri, kemarin memang Haura tidak masuk sekolah dan hal itulah yang membuat Maira khawatir dengan keadaan Haura yang mungkin itu karena kejadian yang diceritakan oleh Guntoro kepadanya beberapa hari yang lalu.
"Yaudah Non, Mbok bikinin minuman dulu yo. Mau yang dingin atau anget ?" Tanya Mbok Sri.
"Eh, gak usah Mbok, Maira cuma sebentar aja kok." Tolak Maira sopan.
Maira pun langsung menaiki anak tangga untuk menghampiri Haura di kamarnya.Setelah di depan pintu kamar Haura, Maira mengetuk pintu sambil memanggil Haura pelan, karena takut Haura merasa terganggu.
Tak lama Haura langsung membukakan pintu kamarnya dan langsung disambut dengan pelukan Maira karena khawatir.
"Lo gak kenapa-kenapa kan Ra? sakit apa? kenapa kemarin gak masuk sekolah?" Pertanyaan bertubi-tubi dilontarkan oleh Maira sambil menatap cemas Haura yang terlihat pucat.
Haura menghadiahi pertanyaan-pertanyaan dari sahabatnya itu dengan senyuman lebar, senyuman yang selalu menghiasi wajah cantiknya itu,walaupun sebenarnya itu hanyalah senyum kepalsuan belaka.
"Ditanyain malah senyum-senyum gak jelas." Ucap Maira sebal.
"Gue gakpapa kok Mai. Yaudah yukk kita masuk." Ajak Haura.
Maira menghempaskan tubuhnya di tempat tidur Haura yang sangat rapi. "Katanya sakit, kok rapi banget sih." Ucap Maira pelan tetapi masih bisa didengar oleh Haura.
"Emang orang sakit gak bisa beresin kamar apa?" Jawab Haura.
"Yakan kalau di kamar aja pasti kerjaannya rebahan, pokoknya gak jauh-jauh dari yang namanya kasur." Timpal Maira.
"Kalau Haura beda, nih gue cukup duduk di depan meja belajar terus baca novel dari awal sampai akhir." Jawab Haura sambil duduk di depan meja belajarnya dan memperlihatkan tumpukan novel koleksinya.
Maira kaget melihat tumpukan novel yang ada di atas meja belajar Haura, belum lagi koleksi buku-buku yang ada di rak buku Haura yang berjejer rapi, memperlihatkan sang pemilik sangat hobi membaca dan rajin merawat buku-buku bacaannya tersebut.
Maira geleng-geleng kepala, "orang sakit itu istirahat Ra, bukannya baca novel." Ucap Maira menasehati.
Haura kembali tersenyum, kali ini memperlihatkan jejeran gigi putihnya yang rapi, "itu cara gue untuk ngusir kejenuhan, kalau cuma rebahan aja di tempat tidur malah bakal tambah sakit Mai." Jawab Haura.
"Makanya berobat gih, kata mbok, lo gak mau diajak berobat. Atau gue panggil dokter aja ya." Ucap Maira.
"Apaan sih, gue sehat kok." Timpal Haura.
"Apa lo kaya gini karena kejadian di hari Kamis kemarin?" Tanya Maira dengan hati-hati, takut Haura malah bersedih.
Haura kaget dengan ucapan Maira, bagaimana Maira bisa tahu kejadian tersebut? padahal waktu itu Maira sudah pergi berangkat ke kajian. " Kok lo tau?" Tanya Haura.
"Kata Kak Gun." Jawab Maira. "Cerita dong Ra, apa yang sebenernya terjadi?" Tanya Maira penasaran.
Haura hanya diam, berusaha menyembunyikan kejadian yang sampai saat ini masih sangat membekas di dalam ingatannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karya Rasa (END✓)
Teen FictionJangan lupa beri vote dan komennya ya kalau kalian suka dengan cerita ini. Haura Khansa adalah seorang gadis berusia 16 tahun yang kebahagiaan seolah pergi begitu saja dari hidupnya. Masalah demi masalah kian menghampirinya. Dimulai dari perpisahan...