"Felysia, saya sudah bilang sama kamu. Kalau mengerjakan sesuatu yang rapi. Kamu lihat ...," Arya memperlihatkan laporan yang dipenuhi coretan di beberapa bagian, dan kertas-kertas yang tak ditata dengan rapi berdasarkan urutan.
Laki-laki itu kemudian melempar kasar laporan beberapa project tepat di depan meja Felys. "bagaimana saya bisa baca kalau seperti ini," sambungnya.
"Tapi, Pak, saya-"
"Saya nggak mau tahu. Kerjakan ulang semuanya dengan rapi. Sesuai urutan tanggal dengan detail. Semuanya sudah harus selesai sebelum saya kembali dari makan siang," potong Arya. Laki-laki tampan itu kemudian meninggalkan sekretaris-nya yang setengah mati menahan kesal.
"Hiiiiih, dasar bos sialan! Begini salah, begitu salah. Apa-apa harus rapi, apa-apa mesti sempurna. Ya kali dipikir gue Tuhan yang sempurna," maki Felys sambil menatap punggung tegap bosnya yang kian menjauh.
Jika saja Felys benar-benar tak membutuhkan pekerjaan ini, dia lebih memilih keluar. Sayangnya keinginan itu hanya bisa dipendam, mengingat kondisinya tak memungkinkan untuk saat ini. meski perusahaan Multi komoditi Internasional ini bukan perusahaan besar, tapi gaji yang ditawarkan lumayan. Dan lagi mencari kerja di Jakarta belakangan ini lumayan sulit.
"Lama-lama gue bisa gila ka-"
"Lo kenapa, Fel? Kok ngomong sendirian kayak orang gila?" ledek Nina, yang tahu-tahu sudah berdiri di belakangnya.
Felys memutar mata jengah mendengar gurauan Nina. Nina adalah sahabatnya semenjak Felys kerja di tempat ini satu tahun lalu.
"Biasa si bos perfeksionis. Heran gue sama itu orang. Apa-apa harus sempurna, harus rapi, nggak boleh berantakan. Di dunia ini kan nggak ada orang sempurna. Pantes aja nggak kawin-kawin. Mana ada coba wanita yang mau sama dia. Setandar-nya terlalu tinggi," ujar Felys kesal.
"Jangan gitu, Non. Tahu-tahu ntar lo yang jadi biniknya dia."
"Idih, najis. Sampai negara api menyerang pun, sampai di dunia ini hanya tersisa laki-laki dia dong, gue nggak bakal sudi."
Felys bergidik ngeri. Dia tak bisa membayangkan jika semua benar terjadi. Bisa-bisa dia setres menghadapi aturan yang mengekang. Seharian bersamanya saja sudah kesal setengah mati, bagaimana kalau harus seumur hidup.
"Ati-ati nanti jadi cinta beneran. Lagian menurut gue kalian itu saling melengkapi loh. Yang satu jorok, berantakan. Yang satunya lagi terlalu rapi, dan wangi. So, gue yakin kalian bakal cocok."
"Sialan lo!"
Nina tertawa mendengar umpatan Felys. Sedang Felys hanya memutar mata bosan mendengar kata-kata Nina. Baginya ucapan itu hanya angin lalu. Karena semua itu mustahil bagi Felys.
"Ya udah dari pada lo kesel, gimana kalau kita cari makan. Gue lapear, nih."
Felys mengangguk setuju dengan ajakan Nina. Karena perutnya pun sudah berbunyi dari tadi, meminta segera diisi.
Keduanya memutuskan mencari tempat makan yang kira-kira nyaman. Yang terpenting tak terlalu banyak orang. Cuaca Jakarta yang sangat panas membuat Felys memilih selalu makan di tempat yang lebih sepi. Apa lagi di jam istirahat makan siang semua tempat pasti penuh.
Felys dan Nina memutuskan makan di sebuah restoran yang belum lama dibuka. Restoran ini tak terlalu mewah, tapi lumayan nyaman dan bersih. Ketika memasuki tempat maksn dia sama sekali tak menyangka bisa bertemu bosnya di tempat itu.
Arya tengah duduk bersama dua orang wanita. Yang satu kira-kira berusia lima puluhan, sedang wanita di sebelahnya tampak seumuran dengan Felys. Awalnya Felys ragu untuk duduk. Dia berniat menghindar saja.Tapi jika harus mencari restorant lain, pasti akan memakan waktu lebih lama. bisa-bisa istirahat makan siang akan terlewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Jadi Istri CEO
RomanceFast updet : Fizzo "Menikahlah denganku, Felicia" Felcia Inez Gianina, merasa dunianya mendadak jadi jungkir balik, ketika Albian Gavriel Wiratama, bosnya yang perfeksionis, mengajaknya menikah. Felic tentu bingung dan tak tahu apa yang tengah mera...