[2]

8 0 0
                                    

Tiit..titt..titt. "Anjir anjir, telat telat".

Bunyi alarm pagi itu membangunkan bryan dari tidur lelapnya. Lalu kenapa dia mengumpat? Ya, karena alarm tersebut disetelnya untuk sarapan di hari libur nya, tepatnya pada pukul 7:30 pagi.

"Pake lupa lagi nyetel tu alarm tadi malam, aduhh mandi kaga ya, Gausah deh. Buku belum dimasukin lagi".

Bryan mengungkapkan kekesalan nya dengan mengumpat pada dirinya sendiri. Dia bergesa mencuci muka, memakai seragam SMA barunya dan memasukan beberapa buku kedalam tas nya.

"Bu, kenapa ga bangunin Iyan sih, kan jadi telat nih" kata Bryan kepada ibu nya.
"Ya mana ibu tau, kan yang sekolah bukan ibu" kata ibunya cuek".
"Huhh, yaudah Iyan berangkat ya, Assalamualaikum". Kata Bryan mencium tangan ibunya. "Waalaikumsalam" ibu Bryan menjawab.

Bryan segera menyalakan motornya dan segera meluncur menuju sekolahnya.

"Duh, udah ditutup lagi ni pagar, gimana gue mau masuk".
"Eh lo yan, hari pertama lo dah telat" kata Bang Jamil satpam sekolah tersebut yang baru saja selesai membereskan sampah.

Bang Jamil memang sudah kenal lama dengan Bryan dan bahkan bisa dianggap saudara sendiri oleh Bryan.

"Untung ada lu bang, tolong bukain dong bang kita kan prenn" kata Bryan sambil mengaitkan kedua jari telunjuk nya.
"Idihh pren pren pala lu botak, yaudah deh kali ni gue tolong, awas lu ulangin lagi".
"Hehe iya bang, tenang bae".
"Yaudah masuk".
"Oke bang makasih, muuahh" kata Bryan sambil memonyongkan bibirnya seolah mencium bang jamil dari jauh.
"Dasar tu anak" kata bang Jamil melihat Bryan berlari menuju kelas nya.

Tok..tok..tok.. semua mata pun tertuju kepada Nryan yang sedang mengetok pintu "permisi pak, saya boleh masuk".
yap Bryan sedang sial sekali karena yang mengajar hari itu adalah pak Ucok sang guru kimia yang dikenal killer sekali.
"Heh, dari mana saja kau. Nggak tau kau orang sudah belajar dari tadi!" Bentak pak Ucok dengan logat medan nya.
Bryan pun berfikir keras bagaimana caranya agar selamat. *Tringgg timbul sebuah ide dari pikiran nya. "Jadi gini pak, tapi ada ibu-ibu yang jual gorengan, trus dia disenggol sama motor pak, kan jadi tumpah tuh gorengan pak, jadi saya tolongin dulu pak mungutin gorengan nya" kata Bryan dengan muka memelas yang dibuat buat.
Mendengar hal tersebut pak Ucok yang hati nya sangat melankolis itu pun langsung menaruh respect kepada Bryan.
"Baiklah, sini kau" kata pak Ucok dengan nada yang lebih lembut. Bryan pun duduk di bangku nya, tepatnya di samping Aceng yang menahan gelak dari tadi.
"Pfft apa-apaan tu alasan" Aceng mengejek Bryan.
"Diam lu njir".

Waktu 4 jam pelajaran itu pun akan segera berakhir, Bryan dan Aceng yang sedari tadi sudah terkantuk-kantuk mendengar ocehan pak Ucok yang sama sekali mereka tidak mengerti.
"Baiklah anak-anak, Bapak akhiri dulu pelajaran pagi ini Selamat siang".
"Akhirnyaa" ucap Bryan sambil melemaskan seluruh badan nya.
"Gila tu guru, ngoceh ga ada rem nya" kata Aceng yang terlihat gusar.
"Eh lu kenapa telat tadi"
Aceng menanyai sahabat nya tersebut. "Gue lupa ngatur alarm".
"Trus yang nolongin ibu gorengan tadi apa" kata Aceng sambil tertawa kejang.
"Kampret lu, cuma itu satu-satu nya cara agar selamat" kata Bryan melakukan pembelaan.

Teng..teng..teng... Jam istirahat pun tiba. Bryan berdiri mengambil bekal nya di tempat nya bang jamil. Hal yang selalu dilakukan untuk ibu Bryan adalah mengantarkan bekal untuk anaknya, mulai dari pertama kali Bryan mengenal sekolah sampai sekarang.
"Bang, ibu ada nitipin bekal?".
"Nih" kata bang Jamil sambil menyodorkan bekal tersebut kepada Bryan.
"Makasih bang".

Saat ingin kembali ke kelas nya Bryan tak sengaja melihat billa yang bercengkrama dengan banyak laki-laki. Dari situ pula Bryan yang selama ini acuh mulai merasa tak suka atau ilfeel (hilang feeling) kepada Billa, karena memang dasarnya Bryan tak suka kepada wanita yang mendapatkan perhatian oleh banyak lelaki.
"Dih apaan tuh cewek, main kok ama laki. Amit-amit gue deket sama dia".

Love In The Back SeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang