PROLOG

20 2 9
                                    

  Restu berlari kecil menghampiri seorang gadis  sambil tersenyum,  "hei maaf aku terlambat" sambil mengusak rambut gadis di depannya.

 Gadis itu mengangguk kecil dan tersenyum, "bukan masalah, kau pasti harus menyelesaikan tugasmu terlebih dahulu." 

  Keduanya terus berjalan memasuki gedung sekolah tanpa melanjutkan obrolan,  mereka sibuk dengan pikiran masing - masing. Sebenarnya restu tidak menyukai keadaan dimana keduanya  saling   diam karena bagaimanapun gadis di sebelahnya bukanlah seorang pendiam namun sepertinya akhir- akhir ini sifat cerianya hilang entah kemana, restu tidak ingin bertanya karena tak ingin dianggap menganggu privasi orang lain. 

  "Sampai!" seru restu mencoba mencairkan suasana yang sedari tadi terasa sangat canggung  membuatnya sedikit tak nyaman, ia melirik gadis di sebelahnya yang tersenyum kecil.

 "Akhirnya kau tersenyum juga,  sebenarnya apa yang membuat mu jadi pendiam selama beberapa hari ini?" restu  merasa tak nyaman dengan pertanyaan yang baru saja ia lontarkan namun ia sangat ingin mengetahuinya, karena ia sangat tak suka sahabatnya menjadi pendiam namun dia hanya mendapatkan senyuman sepertinya gadis itu memang tak ingin memberitahunya ia tidak akan  memaksakan kehendak restu sangat menghargai privasi seseorang.

  "Fokuslah pada ujian harian kita nanti, dan tahan terlebih dahulu rasa ingin tahu mu itu aku akan memberitahu jika keadaan hatiku sudah membaik." Bahkan restu sangat jarang mendapat ucapan dengan nada datar dari gadis di sebelahnya, beruntung sekali mereka bukan teman sebangku dan jarak duduk mereka lumayan jauh jadi ia tak akan terus merasakan suasana tak nyaman.





^^^^





 Seorang wanita paruh baya menatap tajam pria sebayanya, di wajah cantik yang mulai mengeriput itu terlihat jelas sebuah amarah yang dapat meledak kapan saja meski terlihat ia berusaha untuk menahannya. Sementara pria di hadapannya memasang wajah tetap tenang terlihat sama sekali tidak terganggu oleh tatapan nyalang dari wanita di hadapannya.

 Namun tanpa di duga air mata wanita cantik itu mengalir deras tanpa bisa ia tahan lagi, mungkin itu bentuk dari rasa marah yang tak dapat ia jelaskan dengan kata - kata. tanpa fikir panjang ia menghampiri pria di hadapannya dan menamparnya sekuat tenaga lalu pergi meninggalkan pria yang terdiam  kaku tanpa memberikan reaksi apapun, pria itu hanya diam menahan rasa sakit efek tamparan yang lumasan keras. 

 Wanita paruh baya itu berlari  meninggalkan pria yang berusaha mengejarnya, ia tak ingin menatap pria kurang ajar yang berlaku semaunya tanpa peduli perasaan orang lain termasuk dirinya. Perasaan benci yang teramat sangat masih ia simpan untuk pria yang telah tega membuangnya bersama anaknya sungguh kata maaf dan apapun itu tak akan dapat mengantikan rasa sakitnya.

 Bahkan air matanya tak kunjung berhenti saat ia sudah berada di dalam taxi yang di tumpanginya beruntung ia bisa melarikan diri dari pria bejat yang tak mempunyai belas kasihan sedikitpun terhadap orang lain. Pria angkuh yang sayangnya dulu begitu di cintai oleh dirinya bahkan  rela memberikan semua yang ia punya kepada pria yang hanya mencari keuntungan untuk dirinya sendiri.

  Sedari tadi ia berusaha untuk menghentikan tangisnya sembari menahan  sakit yang ia rasakan, sungguh wanita seperti dirinya amat sangat rapuh namun ia harus tetap kuat demi anaknya. Harta satu - satunya yang ia punya tentunya sangat berharga melebihi apapun itu tak akan ada yang dapat menukar anaknya, ia bukan seorang ibu yang kejam justru sebaliknya ia adalah seorang ibu yang penuh kasih sayang yang selalu berusaha melindungi anaknya meskipun dirinya harus bertaruh nyawa itu bukanlah hal yang harus ia pusingkan karena sebagai seorang janda ia harus berkerja keras demi kebahagiaan dirinya dan anaknya.

 "Berhenti di sini saja pak!"  sembari menyerahkan uang kepada supir taxi, berjalan pelan memasuki gang kecil yang membawanya ke sebuah rumah sederhana tempat ia dan anaknya berlindung dari teriknya panas matahari dan dinginnya hujan.





^^^^





 "Mama aku pulang!" teriak seorang gadis dengan keceriaan yang selalu menjadi daya pikat terhadap orang lain  bagi siapapun yang melihatnya.

 "Tidak boleh berteriak ya, kau sudah besar umurmu sudah tujuh belas tahun!" wanita paruh baya itu menegur halus anaknya, ia heran terhadap putrinya yang sangat suka berteriak beruntung sedang tidak ada tamu jadi ia tak harus menahan malu atau meminta maaf berkali - kali kepada tamunya.

  "Iya ma maaf aku tidak akan melakukannya lagi" sambil tersenyum dan memeluk ibunya sebentar sebelum memasuki kamarnya dengan berlari lecil.

Ibunya hanya tersenyum keci melihat tingkah kekanakan putrinya yang sangat tak sesuai dengan usianya yang sudah remaja, ia sangat bersukur putrinya tak pernah menanyakan perihal ayahnya meski ia merasa sangat bersalah namun putrinya  sangat   memahami ibunya.

   "Sayang cepat keluar kita makan malam!" memanggil putrinya yang sejak tadi tak kunjung keluar dari kamarnya.

"Tunggu sebentar mama, naya sedang menyusun buku!" naya menjawab sambil sedikit berteriak dari dalam kamarnya.

 Naya mendudukan diri  di hadapan ibunya serta tersenyum lebar, sementara sang ibu merasa aneh karena tak biasanya putrinya seperti itu  pasti ada sesuatu yang membuatnya terlihat begitu bahagia untuk hari ini.

 "Mama naya senang hari ini punya teman baru dia anak pindahan dari luar kota" naya menceritakan apa yang membuatnya begitu bahagia hari ini.

"Ternyata dapat teman baru mama kira kamu punya pacar" sang ibu sedikit menggoda anaknya, ia sangat senang menjahili putrinya karena memang putrinya belum pernah pacaran.

Naya memasang wajah datarnya ia sungguh tidak suka dengan kejahilan ibunya. Bagi sebagian orang mendapatkan teman baru mungki hal yang biasa, namu tidak untuk seorang kanaya keyira alasanya sederhana ia tak memiliki banyak teman terlebih lagi sebagian anak - anak di kelasnya ada yang pernah membulinya namun ia tak memberitahu ibunya, naya tak ingin ibunya merasa sedih. 

"Sudahlah sebaiknya kau tidur, besok sekolah tidak baik jika terlambat!" berdiri menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum beristirahat.

Naya turut meninggalkan meja makan menuju kamarnya, perlu di ketahui bahwa seorang kanaya keyira tidak suka gosok gigi sebelum tidur alasannya hanya karena ia malas toh nanti pagi ia akan mandi dan gosok gigi jadi tak akan ada bau mulut. entahlah itu hanya opini seorang naya dan salah satu sifat buruk yang sangat susah di halangkan karena sudah terbiasa.

  Merebahkan diri di atas ranjang kecilnya sambil memikirkan sesuatu yang membuatnya tak nyaman, namun ia tak tahu apa itu semoga saja bukan hal yang buruk untuknya dan ibunya, naya hanya berharap esok hari akan lebih baik dari hari ini. Ia merasa kantuk mulai menyerang dan saatnya tidur untuk menyiapkan tenaga menghadapi tantangan hari esok yang penuh dengan misteri.




    







Restu & NayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang