Ulin

24 1 0
                                    

Menurut Bata, ayah Ulin adalah seorang menteri, yang terus saja memaksa Ulin untuk menikah dengan kerabat raja, atau kalau bisa anak raja sendiri, agar nantinya keturunan mereka kuat secara hukum administrasi kerajaan dan hubungan darah.

Dan tak jarang ayah Ulin memaksa kehendaknya pada Ulin, sehingga membuat Ulin mendapat hukuman, dan kemudian kabur, dan seperti yang sedang mereka lakukan sekarang, bisa dikatakan ini sudah kesekian kalinya Ulin kabur, dan akan menerima hukuman belajar tata krama, di rumah hukuman.

Dan Ulin paling benci hal itu, karena Ulin yang memiliki jiwa petualang, tinggal di rumah dan belajar bukanlah gayanya.

"Kenapa kamu sedih?" tanya Ulin pada Isla

"Aku rindu Puja, sepupuku, dia pasti sekarang sedang panik, karena aku tak kunjung pulang, dan tiga biang kerok yang sudah membuatku terjebak disini, pasti akan tutup mulut, tapi apa kedua orang tuaku juga khawatir dan ikut mencariku, atau mereka sama sekali tidak peduli"

"Kamu tidak rindu ayah dan ibumu?"

"Terkadang rindu, sejujurnya aku ingin seperti anak normal lainnya, yang bisa menghabiskan banyak waktu bersama dengan kedua orangtuanya, tapi kehidupanku aneh, dan mungkin ini yang mereka inginkan, anaknya menghilang"

"Kau tahu, disebut apa seorang suami yang ditinggal mati istrinya" tanya Ulin

"Duda"

"Istri yang ditinggal mati suaminya?"

"Janda"

"Anak yang ditinggal mati ayahnya?"

"Yatim"

"Anak yang ditinggal mati ibunya?"

"Piatu"

"Semua ada sebutannya, tapi ada tidak sebutan untuk orang tua yang ditinggal mati anaknya? Tidak ada kan? Sekesal-kesalnya kamu terhadap kedua orang tuamu, mereka tidak ingin kehilangan anaknya, kamu paham itu, karena hal itu adalah, hal yang paling sulit untuk mereka hadapi"

"Perkataanmu menyentuh sekali" gumam Isla

"Itu dialog dari sebuah drama yang aku tonton di bangunan besar yang ada dibelakang hutan" ujar Ulin santai, dan Isla yang tadinya terenyuh dan hampir menangis karena ternyata suku Buni sangat luas pemikirannya, mendadak tertawa.

"Kenapa tertawa?" tanya Ulin heran

"Drama? Ternyata kalian suka nonton drama juga?"

"Ia, tapi jangan bilang siapa-siapa, hanya kami berdua yang pernah kesana, sebenarnya hal itu dilarang, tapi terkadang kami bosan dan laki-laki penjaga bangunan yang ada disana, dia suka sekali menonton drama, mulai yang banyak adegan perkelahian, cinta, penghianatan, sampai kisah tentang kehilangan, dan dari drama itu, aku dapatkan kata-kata tadi, soalnya aku rasa bagus sekali, sangat dalam maknanya"

"Ia, tidak ada sebutan bagi orang tua yang kehilangan anaknya, semoga sekarang mereka sedang mencariku" gumam Isla "Dan bangunan yang kalian maksud itu adalah sekolahku"

"Sekolah, pantas banyak anak-anak" ujar Bata

"Memangnya tidak ada sekolah di dunia kalian?"tanya Isla

"Sekolah yang paling istimewa disini, penuh dengan gengsi, dan hanya untuk kerabat kerajaan, yang terhubung langsung karena hubungan darah atau karena pernikahan dan kemudian menjadi satu keluarga"

"Terus kalian sekolah dimana?" tanya Isla lagi

"Sekolah biasa, dan tidak ada yang istimewa, makanya banyak orang tua yang memaksa anaknya untuk mendekati para keluarga kerajaan, agar mendapatkan kehormatan tersebut, tidak seperti di dunia kalian, nampaknya semua bisa satu sekolah, tanpa melihat garis keturunan" jawab Ulin.

"Masih diskriminasi rupanya, bersabarlah, dan kalau suatu saat nanti kamu menjadi kerabat raja, ubahlah peraturan yang tidak kamu suka itu, agar semua kalangan bisa bersekolah, di sekolah yang sama" ujar Isla sembari menepuk pundak Ulin yang tertunduk.

"Tidak lama lagi kita sampai, di ujung jalan itu nanti, kamu jalan saja terus, jangan berbalik, apapun yang terjadi" ucap Ulin, dengan raut wajah sedih.

"Kenapa sedih?" tanya Isla, sembari memandang wajah Ulin.

"Baru saja dapat teman yang sepaham, tapi sudah harus berpisah, sejujurnya aku tidak menganggap kamu itu berbeda, dan seandainya kamu memang berasal dari sini, aku tidak akan kesepian" ujar Ulin

"Memangnya kamu tidak punya teman, selain Bata?"

"Ada, tapi tidak sepaham, selera mereka terlalu tinggi, karena tuntutan keluarga, seperti yang aku ceritakan tadi" ujar Ulin sembari memberikan ikatan rumput yang ia jalin, hingga membentuk gelang.

"Menjadi kerabat kerajaan, adalah hal yang istimewa untuk orang tua kalian, aku rasa, mereka melakukan semua itu untuk kebaikan kalian dan juga anak keturunan kalian nanti. Cantiknya, beneran ini untuk ku?" Tanya Isla sembari mengenakan gelang yang diberikan Ulin

"Ia, anggap saja hadiah perpisahan dari seorang teman baik, aku harap kamu tidak pernah melupakan kami, dan aku juga berharap, suatu saat nanti kita bisa bertemu lagi" ucap lirih Ulin.

"Teman baik, aku senang kamu menganggapku teman baik" ujar Isla sembari memeluk Ulin, yang tentu saja spontan terdiam, karena menurutnya aneh, dan tak biasa.

"Maaf, soalnya aku terlalu senang, soalnya selama ini, teman baikku hanya sepupuku, Puja, dan untuk teman-teman sekolahku, aku tidak begitu menyukai mereka"

"Kenapa memangnya teman-teman sekolahmu?" tanya Ulin

"Panjang ceritanya"

"Ini untukmu, calon jodoh" Bata menyodorkan rumput yang ia bentuk seperti mahkota, dan satu kantong buah-buahan yang ia ambil dari dalam hutan.

"Aku merasa seperti tuan putri, terima kasih pangeran tampan, untuk mahkota dan buah-buahannya" ucap Isla sembari menggenggam kedua tangan Bata.

"Aku tidak di peluk? Pilih kasih" ucap Bata dengan memasang wajah cemberutnya, yang justru terlih lucu.

"Kamu ketinggian, ayo menunduk, nanti aku peluk, bocah besar yang lucu, jaga baik-baik Ulin ya" ujar Isla sembari sesekali menyeka air matanya yang tak bisa diajak kompromi.

"Rasa-rasanya seperti aku sudah lama mengenalmu, ini sungguh aneh, dan satu hal lagi, untuk di ingat, dan semoga kamu tetap mengingatnya, setelah kembali. Ini cara untuk membedakan status pada suku Buni, bagi perempuan, untuk cenayang seperti Uma, ikatan pada rambutnya berwarna merah darah, rakyat biasa berwarna hijau, petugas kerajaan beserta keluarganya seperti menteri berwarna biru, perwira kerajaan hitam, kerabat kerajaan kuning, dan keluarga raja berwarna ungu, sama halnya dengan laki-laki, warna kain di pinggang mereka mengungkapkan status darimana dia berasal, aku ingin kamu tahu hal itu, agar bisa berjaga-jaga, jika nanti dalam perjalanan pulang bertemu dengan salah satu dari kami lagi dan perhatikan warna kain dan ikatan rambut mereka, dan berhati-hatilah, serta tetap waspada dengan sekelilingmu" ucap Ulin.

"Terimakasih karena sudah memberitahuku, nampaknya kita memang sehati, oke teman baik, jaga diri kalian baik-baik" ucap Isla sembari melambaikan tangan.

"Kamu juga, jaga kesehatan, ingat apapun yang terjadi, jangan menoleh, lurus saja terus" Ulin berteriak mengingatkan aturan yang harus Isla turuti, kalau dia ingin kembali ke dunia manusia. Isla hanya membalas dengan membentuk jari ok, sembari tersenyum.

To be continued ......

BETAPOK Part 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang