Cermin Tema Komedi

25 5 3
                                    

Karena Facial Wash

Dasar menyebalkan. Punya kakak laki-laki ternyata bisa membuatku naik darah. Bagaimana tidak? Belum genap satu hari aku membeli facial wash, tapi kakak laki-lakiku sudah menghabiskannya untuk menyikat WC. Dia kira, WC perlu facial wash agar tidak jerawatan apa? Dasar menyebalkan.

Aku terus mengelilingi rumah dan mencarinya. Kalau sudah ketemu, aku bersumpah untuk membuatnya babak belur. Jika perlu, aku akan membunuhnya sekalian.

Saat melewati ruang keluarga, aku mendapati kakak laki-lakiku sedang tidur dengan dibalut selimut. Enak sekali dia, sudah membuat kesalahan, bukannya minta maaf malah enak-enakan tidur.

Dengan rasa amarah yang masih membuncah, segera aku melompat-lompat di atas tubuhnya tanpa berperasaan. Sengaja aku menginjak-injak perutnya juga agar dia mati sekalian.

Sesekali, aku juga menginjak mukanya dan melakukan olahraga lompat tinggi di atas badannya. Menurutku ini menguntungkan bagiku, bisa balas dendam dan melakukan olahraga di waktu yang sama.

Dia berteriak kesakitan. Dalam hati aku tertawa puas karena dendamku terbalaskan. Tapi ada yang aneh. Suara teriakan itu, seperti bukan suara kakak laki-lakiku.

Akhirnya aku menghentikan aksiku dan membuka selimut. Sial. Aku salah orang. Aku melihat pria paruh baya terbatuk-batuk karena ulahku. Untung tadi aku tidak membunuhnya. Kalau itu sampai terjadi, mungkin aku akan dilanda rasa bersalah seumur hidupku.

"Vela! Apa yang kamu lakukan?! Kamu ingin membunuh Ayah?!" Aku menundukkan kepalaku karena tak berani menatap ayah. Sepertinya, saat ini ayah sangat marah padaku. Bagaimana tidak? Aku telah melakukan aksi pembunuhan padanya.

"Kamu mau jadi anak yatim apa gimana?" tanya ayahku dan hal itu membuatku tersentak.

"Ma-maaf Yah, aku kira tadi yang tidur Abang, bukan Ayah," ujarku dengan nada sendu.

Ayah menatapku tajam sambil sesekali terbatuk. Sorot matanya menampilkan kekesalan yang teramat besar padaku. Bagaimana jika setelah ini aku akan diblacklist dari kartu keluarga? Astaga, aku tidak ingin hal itu terjadi.

Saat aku menoleh di bawah meja, aku melihat kakak laki-lakiku sedang tertawa meledek. Sialan memang. Gara-gara dia aku hampir saja membunuh ayahku sendiri. Awas saja, aku tidak akan membiarkan dia hidup dengan tenang. Tunggu saja pembalasan dariku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tugas Teen LiteratureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang