One

454 21 6
                                    

"Diandra Amelia Wizan, kelas XI IPA 3"

"Fabian Dylan Al-Fath, Kelas XI IPA 3"

Terdengar suara tepuk tangan yang meriah di aula belakang SMA International School of Indonesia. Mereka memberikan selamat kepada "hot bestfriend" di sekolah ini. Mereka berdua belum pernah pisah kelas sejak masuk di bangku sekolah dasar.

"Nggak nyangka lo berdua bakal sekelas lagi. Woy Dylan, lo ngasih pelet apa sih buat Dian sampe kalian selama 11 taun nggak pernah pisah kelas? Bagi-bagi kek biar gue bisa sekelas juga sama Dian." Ujar Luke, salah satu teman Dylan.

"Ck!! Lo nggak mungkin sekelas sama Dian. Lo aja masuk IPS, sedangkan gue sama Dian kan di IPA. Lagian Dian ini udah jadi takdir gue." Ucap Dylan dengan entengnya sambil merangkul bahu Dian dan sukses membuat Dian merona.

Aula sekolah yang sangat ramai karena banyak siswa yang ngobrol sendiri tetap tak dapat membuat anak laki-laki yang duduk di barisan paling belakang pojok kiri untuk ikut merasakan keramaian tersebut. Dia lebih memilih untuk duduk diam membaca buku sambil mendengarkan musik ketimbang ikut serta ngobrol dengan teman-temannya membicarakan kelas baru mereka. Ya, dia adalah Alexander Aldo Brilliant. Anak laki-laki yang cuek, salah satu cogan di sekolah ini, dan anak laki-laki nomer dua dari CEO Alexander Co.

"Everybody, silent please.." Pak Rezaldi tiba-tiba berdiri di tengah-tengah panggung aula hendak menyampaikan sesuatu.

"Maafkan saya sudah mengganggu aktivitas kalian. Saya disini hanya akan mengenalkan kalian kepada satu-satunya murid baru di International School of Indonesia. Please welcome Maudy Keyza Amanda."

Riuh tepuk tangan kembai bergema di aula saat Maudy menaiki panggung aula dan bersalaman dengan sang kepala sekolah, Pak Rezaldi. Ia terlihat masih menggunakan seragam SMA lamanya, rok pendek berwarna putih bersih dan kemeja lengan pendek motif kotak-kotak hitam putih ditambah logo sekolah lamanya, Cambridge High School, dan bet namanya.

Ia mengikat ekor kuda rambutnya yang berwarna dark chocolate dengan ikat rambut berwarna merah maroon. Ia juga mengunakan Nike blazer mid white/red teather high top trainers yang ia beli sewaktu ia tinggal di New York.

"Yang pindah ke sekolah kita anak SMA apa super model? Gile bro.. Kakinya jenjang mulus lagi, mana badannya yang nggak kalah keren sama VS angle. Mukanya ok juga bro.. nggak kalah cantik sama artis korea yang katanya doyan oplas." Rio Ferdinand, anak kelas XII, langsung berkomentar tentang Maudy yang sedang berjalan naik ke atas panggung.

"Lo tuh ya, liat cewek cantik dikit langsung gatel. Sini gue bawa lo ke dokter mata biar diganti ini mata. Lo tu coba buat focus ke satu cewek aja bisa nggak sih? Lo nggak kasian sama kita yang tiap harinya dengerin ocehan lo tentang cewek-cewek yang menurut lo cantik itu? Dan gue yakin seribu, ah bahkan satu juta persen bahwa lo tadi juga mikirin hal-hal berbau mesum waktu lo komentar tentang si anak baru. Tobat Rio, tobat!!" salah satu sahabat Rio, Joenathan, ganti berkomentar tentang apa pendapat Rio tentang Maudy.

Berbeda dengan Rio ataupun Joe yang sibuk berdebat tentang Maudy, si murid baru, Kalva Bian Mahesa atau yang lebih sering dipanggil Kalva lebih memilih untuk fokus mengawasi adiknya yang saat ini tengah naik ke atas panggung aula. Yes you right, Maudy is Kalva's sister. Dia adik perempuan satu-satunya yang Kalva miliki.

"Heh elu berdua bisa diem kagak? Nggak tau apa kalo Kalva lagi konsentrasi ngawasin adiknya? Berisik banget sih lo" Afif yang dari tadi berusaha untuk cuek kepada dua sobatnya mulai risih.

"Sumpah?? Demi apa seorang Kalva Bian kakak dari cewek cantik yang badannya kaya model VS?" Rio kagetnya bukan main, sampai-sampai ia nyaris berteriak dan bangun dari kursinya ketika mengetahui fakta tersebut.

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang