Soojin memejamkan matanya, mengusap punggung lehernya dengan cepat. "Ugh, merinding."
Soojin menggelengkan kepalanya, berusaha kembali fokus pada rangkumannya. Memijat dahinya, meremas tangannya, dan melemaskan bahunya. Berulang kali ia lakukan ketika tubuhnya merasa kaku karena terlalu lama duduk.
Pikirannya mulai terlempar dari dirinya dan Hyera yang ketahuan Jiyeon karena membuntutinya, dan juga tadi... teror yang diterima Hyera. Padahal hanya sekali lewat di kepalanya, namun semua itu membuat Soojin memggaruk kepalanya dengan kasar.
"Besok..." Soojin menyisir rambutnya ke belakang. "Apalagi besok?"
Soojin merapikan semua bukunya, dijadikan satu tumpukan. Pandangannya jatuh pada selembar kertas yang sengaja ditempel di atas meja belajarnya. Kertas itu berisi sebuah jadwalnya di sekolah selama seminggu. Sengaja ia tempelkan di atas meja agar tidak hilang.
"Konseling..."
"Besok jadwal konseling, jangan lupa buku catatan kalian."
Soojin melotot. Gadis itu membuka laci mejanya satu persatu. Mengerutkan dahinya karena tidak menemukan buku catatan konselingnya. Helaan napas pun lolos dengan sangat lancar.
"Kau mencari ini?"
Spontan, Soojin menoleh, mendapati Jungkook yang memegang sebuah buku. "Kembalikan..."
"Tumben?"
"Aku sedang tidak ingin berdebat, oke?" Soojin membuka telapak tangannya. "Kembalikan."
Jungkook berjalan mendekati meja belajar, dan memberikan buku yang dibawanya pada Soojin. Gadis itu merampas cepat buku tersebut, menghela napas karena isi bukunya masih aman.
"Itu... buku untuk konseling?"
Soojin mengangguk.
"Kenapa banyak kata pengacara dan juga firma hukum di bukumu?"
"Kau baca semuanya?"
"Buku ini ada di depan televisi. Aku akan tetap membacanya kalau ada namamu di depan sampul," celetuk Jungkook sembari menunjuk sampul bukunya. "Dari berbagai macam konseling, kau pilih konseling kuliah?"
Soojin mengerjap kan matanya. "Kalau... kau tidak setuju, aku bisa memilih jurusan lain-"
"Tidak, tidak. Aku tidak melarang." Soojin tersentak ketika kursinya diputar, menghadap pada Jungkook yang sudah duduk di pinggir ranjang. "Kenapa kau berpikir begitu, Sweety?"
"Hanya sekilas..."
"Hei, dengar." Jungkook menjentikkan jarinya. "Apapun yang kau pilih, aku akan mendukungmu. Aku akan membiarkanmu merasakan sebuah mimpi yang sudah digapai, dijalani seperti seharusnya."
"Tanpa campur tanganmu?"
"Tanpa campur tanganku," tukas Jungkook dengan cepat. "Takut aku ikut campur?"
"Sedikit? Aku teringat insiden di kafe..."
"Itu sudah sangat lama."
"Y-ya, kan, bisa saja begitu lagi..."
"Tidak, aku tidak akan ikut campur." Jungkook mengeluarkan tanda peace. "Aku serius."
Soojin terkekeh. "Aku percaya padamu, tenang saja. Aku tidak akan berpikir macam-macam."
Jungkook tersenyum. Dengan gemas, dia mengacak rambut Soojin sampai gadis itu memejamkan matanya. "Ada lagi yang menganggu pikiranmu?"
"Kurasa... tidak. Terima kasih."
"Ngomong-ngomong... aku ingin bertanya beberapa hal." Jungkook mengusap dagunya. "Konseling ini baru diadakan?"
Soojin mengangguk. "Sebulan yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
[3] C. Daddy - S. Babygirl
Novela Juvenil[BACA TERLEBIH DAHULU TRILOGY = SD + BG] C. Daddy [Cold Daddy] S. Babygirl [Shy Babygirl] Im Soojin -Adik kelas Jiyeon dan Hyera- tidak pernah merasakan pelukan hangat dari orang tuanya yang sudah lama meninggalkannya ke surga. Dia kira, dengan data...