X. Scarlet

69 11 2
                                    

Lembar demi lembar berserahkan di meja kerjaku. Aku harus mempelajari banyak hal tentang kerajaan Sahara. Apa yang disukai dan tidak disukai oleh wanita liar itu, riwayat tentang ratu sebelumnya, kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan di kerajaan Sahara, kegemaran dari masing-masing orang yang akan menghadiri kerajaanku yang berguna untuk menjadi topik hangat. Saat kau menerima kunjungan dari kerajaan tertentu, terlebih lagi jika kunjungan itu penting. Kau harus tahu betul selak beluk dari masing-masing kandidat yang hadir dengan begitu mereka mungkin akan merasa seperti disambut hangat.

Aku membaca dokumen tentang makanan kesukaan Ratu Abena, perutku langsung meresponnya ーmual . Darahku naik ke tenggorokan. Nama makanan Vine Manshi yang berbahan pokok sayuran seperti terong, paprika, tomat, zucchini dan daun anggur atau kol yang berisi dengan nasi campur. tak bisa kubayangkan jika aku harus memakannya. Tentu saja, semua makanan yang ada di dokumen ini akan disajikan di atas meja makan yang akan dikombinasi dengan makanan khas kerajaanku. Sungguh aku berharap Ratu Abena tidak menawari aku untuk memakan makanan ini.

Ada hal yang membuatku terkejut dari dokumen-dokumen ini, hal yang membuat jantungku lompat yakni Ratu sebelumnya, Ratu Neema membantai siapapun yang bukan dari Klan Harenae yang memasuki wilayah kerajaan nya. Dokumen ini menuliskan korban dari pembantaian ini berjumlah 1,8 juta. Yang membuatku lebih terkejut lagi yakni fakta bahwa korban pembantaian ini bukan hanya berasal dari bangsa Endless tapi juga dari bangsa Manusia.

Dokumen ini tidak menuliskan bagaimana itu bisa terjadi, apakah klan Harenae begitu kuat sampai bisa membantai sebanyak itu? Tidak ada kabar burung yang memberitakan seberapa kuat kekuatan klan Harenae. Tidak ada yang tahu, barangkali yang mengetahui sudah tidak ada di dunia ini. Setelah membaca dokumen ini, aku berfikir perlu untuk menelusuri keadaan kerajaan ini walaupun aku tahu Helena pasti sudah membaca dokumen-dokumen ini dan mempersiapkan apa yang perlu dipersiapkan. Namun tetap saja, aku selalu kalah jika aku melawan rasa ingin tahuku.

Langkah kakiku bergema di sepanjang lorong istana ini, aku bermaksud untuk keluar istana dan melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana persiapan Militer di sekitar istana ini. Mata biru gelapku menatap lurus kemudian aku menemukan seseorang yang tidak pernah ingin kutemui. Dia menatapku balik, sudut bibirnya memancarkan senyuman mengejek. Ingin sekali aku robek mulut beracunnya itu atau aku penggal saja kepalanya. Khayalan untuk memengal kepalanya, sangat menggiurkan gairahku.

"HEH, kau rubah betina. Kenapa kau menatapku seakan-akan aku ini tulang?"

"Tidak mungkin kau terlihat seperti tulang kan? Menurutku, Terlihat seperti Babi lebih cocok untukmu, Tante Beatrice" aku menjawabnya dengan intonasi datar, acuh tak acuh.

Kata-kata pedasku seakan-akan merontak-rontak meminta untuk dikeluarkan. Sudah kuduga, adik dari ayahku ini benar-benar sangat memuakkan. ia bernama Beatrice. Badannya bagaikan dua badak dijadikan satu, sangat gemuk. Matanya seakan-akan tenggelam oleh lemak di wajahnya. Meski begitu, Beatrice tetep merasa dirinya adalah wanita yang patut diperebutkan. Ia sangat sombong karena status kerajaannya. Semua yang menjadi pelayan pribadinya mengeluh setiap hari. Ada saja yang tidak masuk akal keluar dari mulut busuk Beatrice kemudian kata-kata yang keluar langsung menjadi perintah yang wajib dilaksanakan.

Beatrice inilah salah satu orang di dalam kerajaan ini yang tidak menyetujui pernikahan orang tuaku. Ia berfikir jika menikah dengan orang yang tidak memiliki darah bangsawan maka kau akan terkena sial dan kesialan itu akan berlanjut ke keturunan-keturunannya. Sungguh betapa kecilnya otak Beatrice.

"KURANG NGAJAR. Memang darah tidak akan pernah bohong ya. Darah yang sudah ternodai dengan rakyat jelata memang seperti ini gaya bahasanya "

"Perlu kau ingat, Tante Beatrice yang terhormat bahwa Ibuku adalah seorang perwira, ia melindungi kerajaan ini sampai kematian menjemputnya. Sekarang, mari kita lihat, apakah dirimu berguna untuk kerajaan ini?"

Seketika akar tanaman muncul dari sela-sela dinding lorong sebelah kiriku, Beatrice mengeluarkan kemampuannya. Ia dapat mengendalikan Tumbuhan, ia adalah klan Viridi. Di pergelangan tangan kanannya terdapat tanda bangsa Endless berwarna hijau, forest green. Sontak aku mengeluarkan kemampuan ku, melindungi diri dari akar-akar tumbuhan yang semakin lama semakin banyak. Tentu saja, akar-akar payah ini tak akan bisa sedikitpun menyentuhku.

Pada saat fokusku dalam mengeluarkan kekuatan pelindung. Aku sempat mengkhayalkan, alangkah indahnya jika ranting ini kugabungkan menjadi satu sehingga membentuk seukuran bola raksasa kemudian aku lemparkan ke arah babi ini. Seketika, senyuman penuh kelicikan terpancar di wajahku.

"ANAK KURANG NGAJAR !!"

Mataku melihat Beatrice jatuh pada marmer sedingin es ini. Sumpah serapah Beatrice membuatku sadar bahwa aku tidak sedang mengkhayal, aku benar-benar melakukan hal tersebut.

"Sekarang kau tahu, aku bukan lawanmu. Jangan coba-coba melakukannya lagi, atau kubuat yang lebih parah dari ini." aku mengertaknya walaupun aku tidak mengerti, bagaimana bisa aku mengendalikan tumbuhan itu, kekuatanku hanya bisa melindungi, melemparkan bukan mengendalikan.

"JANGAN BERANI-BERANI KAU MENGANCAMKU, DASAR BOCAH SIALAN. Sebentar lagi kau tidak ada artinya. Apakah kau sudah tahu bahwa Ayahmu akan menikah lagi agar mendapatkan anak laki-laki?"

Beatrice bangkit dan menatapku, seperti sedang menunggu jawaban dariku. Namun aku tidak menjawabnya, aku melewati babi sialan ini begitu saja.

 Namun aku tidak menjawabnya, aku melewati babi sialan ini begitu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bangsa EndlessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang