Lonely
PART : 09•••
"Gege, kau kenapa?"
Adik Zeyu bernama Yu Zeya. Anak lelaki, usianya baru 14 tahun. Kelas 2 sekolah menengah. Wajahnya manis seperti Zeyu.
Iaq keheranan. Sebab daritadi, kakaknya mematut diri depan cermin. Zeyu akan merapikan rambutnya tiap tiga menit sekali. Padahal sudah terlalu rapi. Atau memperbaiki varsity merah menyalanya. 'Kan sudah dipakai dengan benar?
"Hoi, aku bicara padamu ge!"
Zeyu menoleh. "Ah, coba lihat penampilanku—" Dia berkata sembari menyemprotkan parfum untuk yang kesekian kali, "Apa ada yang kurang?"
Zeya mengerutkan dahi. "Kurang?
Zeyu mengenakan jeans hitam yang sobek pada bagian lutut. Kaos putih polos, yang dibalut jaket. Sementara converse putih menjadi alas kakinya. Jujur saja, Zeya tak ingin mengakui ini. Tapi kakaknya tampan sekali sore ini.
"Apa?" Anak itu membuang muka. "Tidak keren tuh, biasa saja."
Zeyu mengangkat alis. Memang siapa yang bilang keren? Adiknya ini kenapa?
"Dengar Zeya, aku sedang tak ingin main-main saat ini. Kutanya, bagaimana penampilanku. Sudah, itu saja. Kenapa kau suka sekali membuat sesuatu menjadi rumit?"
"Ya, ya. Terserah katamu." Zeya mengendikkan bahu. "Memang gege mau kemana?"
Kakaknya tak langsung menjawab. Meraih ponsel di meja nakas, Zeyu berjalan menjauh. Namun langkahnya berhenti hanya untuk; "Kepo. Kau saja tak mau menjawabku." Dia mengulurkan lidah.
"APA?!" Zeya melempar bantal. Namun telat, sebab kakaknya sudah terlebih dulu lari melewati pintu.
"GEGE, AWAS SAJA KAU!"
__________
Suji menunggu di depan gedung penthousenya. Melirik ponsel, tak ada pemberitahuan yang masuk. Well, dia menerima ajakan Zeyu untuk pergi bersama. Cukup heran juga, baru pertama kali ada orang yang berani mengajaknya kencan.
Lagipula tak masalah. Anak baru itu cukup asik.
Mobil hitam sedan berhenti tepat di depannya. Dari kursi kemudi, Zeyu keluar. "Maaf, apa kau menunggu lama?"
Suji menggeleng, "Tidak, hanya sekitar 5 menit yang lalu." Paparnya.
Sejenak, Zeyu memperhatikan gadis itu baik-baik.
Suji mengenakan kemeja putih polos, diatas celana denim pendek. Rambutnya yang biasa jatuh menutup punggung kini dikuncir kuda. Piercings salib menghias telinga, dan kaki terlihat nyaman dengan converse putih seperti yang kini Zeyu pakai.
Tidak, tidak peduli apa yang dia kenakan—Suji selalu nampak bersinar dan mahal.
"Sepatu kita kembaran huh?" Zeyu berceletuk, lalu tertawa kecil. Tangannya bergerak membuka kursi penumpang untuk gadis surai legam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely [end•]
RomanceAda begitu banyak hal rumit yang sulit untuk dipahami. Katakan padaku, apa kau pernah membohongi dirimu sendiri? ♡ ××× Ps; saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam membuat cerita ini. Pss; bahasa baku dan teratur. Psss; tidak menerima plagiat...