× What? ×

177 34 0
                                    

Lonely
PART : 12

•••

"KAU APA?!"

"Shuutt!" Zeyu meletakkan jari telunjuk diatas bibir. Gestur agar Minjae tidak bersuara sekeras gajah mengamuk. Beberapa siswa yang lewat di kantin menatap mereka aneh. Pasti gara-gara pekikan temannya itu.

Park Minjae sialan.

"Jangan berteriak sekeras itu juga!" Zeyu memukul bahunya kesal. Sementara lelaki yang satu memasang wajah seperti orang tolol. Sungguh, Minjae benar-benar sangat shock saat mendengar,

"Kemarin kau pergi dengan Suji? Kau serius?" Kali ini, intonasinya cukup tenang. Meski raut wajahnya masih nampak terkejut. Membuat Zeyu memutar bola mata jengah, Minjae terlalu overreactions. Apa-apaan rahangnya yang terlihat mau jatuh itu.

"Iya, sudah kubilang iya." Dia berkata penuh penekanan. "Sudahlah Jae, jangan berlebihan."

"Tidak, ini bukan berlebihan! Hanya saja kau tahukan siapa dia? Jangan main-main."

Zeyu mendengus. "Aku tidak. Kami memang pergi bersama. Dia juga memfollback akunku di Instagram."

Minja mendenguskan tawa. "Wahh, sombong sekali."

Apa?

"Bukan sombong, tadikan kau yang tanya!"

"Baiklah, baiklah." Minjae mengibaskan tangan. Dia menyeruput teh dinginnya untuk sesaat. "Tapi serius, kau mengajak kulkas berjalan itu kencan? Dan dia mau?"

Zeyu mengendikkan bahu. "Kurasa begitu." Sejujurnya juga bingung. Tidak, Zeyu tidak besar kepala. Hanya heran saja. Lagipula, dia merasa tidak ada yang istimewa padanya.

Itu menurut Zeyu.

"Baru kuberi tahu yang ini, kau sudah terkejut. Kalau begitu, tak akan kukatakan yang itu."

"Huh?" Minjae mengangkat alis. Dia merengsek maju hingga wajah mereka semakin dekat. "Apa? Beritahu apa?"

Zeyu menggeleng pelan. "Bukan apa-apa."

"Hei, jangan main rahasia-rahasia begitu. Beri tahu aku cepat!"

Bangsat, memaksa sekali.

Zeyu mengetuk kan jemari diatas meja. "Kakakmu, namanya Park Jimin bukan?"

Minjae terkesiap. "Tahu dari mana?"

"Minjae, setelah ini jangan berteriak. Apapun yang akan kukatakan, slow down ok?"

Astaga, apa yang sebenarnya ingin dikatakannya? Kening Minjae berkerut dalam. Dia menunggu dengan raut tak sabaran. Zeyu menghela napas sesaat. Nampak ragu-ragu. "Serius Jae, jangan kaget."

"Sudah, jangan berputar-putar. Cepat katakan!"

Zeyu menghela napas. "Park Jimin, kakakmu. Dia bersahabat baik dengan Taehyung hyung. Kakak Suji."

"Hah?" Minjae mengerjap. Kecerdasan otaknya terenggut seketika. Pikiran mendadak kosong. "Maksudnya bagaimana?"

"Kemarin, kami bertiga jogging bersama. Aku, Suji, dan kakaknya. Taehyung hyung. Dia cerita kalau adik sahabat teman baiknya suka pada Suji. Lah, aku tidak sangka yang dia maksud itu kau." Zeyu bercerita perlahan. Mencoba agar temannya itu paham. "Dan kau tahu apa yang lebih mengejutkan? Katanya kakakmu cukup dekat dengan Suji."

"Ah, begitu." Minjae mengangguk. "Jadi Jimin hyung itu—APA KAU BILANG?!" Pekikannya keras sekali begitu benar-benar paham ucapan Zeyu. Sungguh, dia bahkan tak peduli lagi jika kini wajahnya nampak seperti orang bodoh. Ini gila, tidak dapat dipercaya.

Lonely [end•]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang