× Unexpected ×

166 33 1
                                    

Lonely
PART : 13

•••

Mungkin, Roseanna Park tak sebaik yang kita kira.

"Entahlah, dia mengabaikanku. Kurasa ada hubungannya denganmu." Wanita itu bicara dengan senyuman. Palsu. "Benar, aku tahu dia kakakmu. Tapi dia pacarku. Yeah, if you know what I mean?"

Suji diam. Menunggu. Menyimak segala yang akan dikatakan wanita itu.

"Jujur saja, aku mulai muak. Taehyung terkadang pergi berrsamaku dengan wajah gelisah. Dia bilang, dia khawatir padamu." Rose meringis. "Maksudku, aku kekasihnya. Bukankah memang sewajarnya jika dia memprioritaskanku ketimbang kau? Kau bukan anak kecil Suji. Berhenti bertingkah seolah kau kesepian tanpa Taehyung." Wanita itu tertawa pelan.

Suji diam bagai patung. Rautnya tak berubah.

Peerlahan, Rose menyorotnya dengan wajah tanpa ekspresi. "Yang ingin kukatakan disini adalah, berhentilah merengek. Biarkan Taehyung pergi dengan siapapun yang dia mau. Tak perlu berlagak seolah kau terluka karenanya. Jangan kekanakan, hentikan keegoisanmu."

"Aku?" Suji menunjuk dirinya. "Merengek? Kekanakan? Egois?" Suji menggigit bibir sebentar, sebelum tertawa sangat keras. Seolah Rose baru saja menceritakan kisah terlampau lucu.

Dan kening Rose berkerut dalam. Tawa gadis itu membuat sesuatu dalam dirinya terbakar. Amarahnya terpancing seketika. Bukan ini yang dia harapkan. Seharusnya Suji kesal, mengumpat, atau menangis dan pergi dari sana.

Suji menyeka air di sudut mata, terlalu banyak tertawa. Memperbaiki posisi duduk, dia melipat kakinya dengan cantik di bawah sana. Perempuan itu menumpu wajah dengan sebelah tangan diatas meja. "Dengar nona, kau ini lucu sekali."

Suji tersenyum. Ini gilirannya.

"Aku dan kakakku, punya keterikatan yang kuat. Aku dan kakakku, tumbuh dan bernapas dengan udara yang sama. Aku dan kakakku, bukan sesuatu yang disatukan dalam hubungan. Kami takdir. Dan kau?" Sebelah alis terangkat. Punggung bersandar pada kursi. Dia tersenyum remeh. "Mungkin terlalu banyak memikirkan kakakku membuat kepalamu kacau. Jadi belilah kaca yang besar. Setelah itu kau patut dirimu di depan cermin baik-baik, dan lihat. Pikir, ingat, sadarkan dirimu siapa dan apa posisimu."

Rose tercekat.

Suji menyesap tehnya sejenak, lalu menatap wanita itu tanpa ekspresi. "Kau tahu? Orang-orang bilang, perkataanku berpotensi membuat seseorang tersinggung." Dia mengendikkan bahu. Gadis itu mengangguk pelan. "Well, itu tak sepenuhnya salah. Terkadang, aku hanya mengatakan isi kepalaku. Sebab banyak dari manusia bertingkah seolah mereka lupa dan tak sadar dimana tempatnya."

Rose bungkam. Wajahnya merah padam, bibir bergetar.

Suji berdiri dari tempat duduknya, merogoh dompet lalu mengeluarkan beberapa lembar uang sebelum diletakkan diatas meja. "Kurasa itu saja. Mungkin, kita akan berjumpa di lain waktu."









__________








"Gege, bisa kau ajari aku rumus fisika ini?" Zeya menggaruk pelipisnya, lalu membolak-balik halaman buku. "Susah sekali astaga."

Mengerutkan dahi, anak itu cukup heran saat tak kunjung mendapat balasan. Melirik diatas ranjang, kakaknya sibuk main ponsel. "Gege!"

Zeyu tersentak. "Apa?"

Dari sekian hari, sepanjang tahun, selama mereka bernapas, baru detik ini Yu Zeya melihat kakaknya memasang wajah seperti orang tolol. Ayolah, ini bukan Zeyu. Dia tak pernah nampak berantakan begini. Berdiri, anak itu ikut berbaring di sampingnya.

"Ih, apa sih. Jauh-jauh sana!" Zeyu mengibaskan tangan, gestur mengusir.

"Heh, ini ranjangku Tuan Yu! Enak saja usir-usir." Iya, ini kamarnya.

Menghela napas, Zeyu memilih kembali pada ponsel. Sementara disampingnya, bocah itu mengeryit tanpa sadar. Ikut melirik layar, ada semacam artikel. Zeya menyipitkan mata, mencoba membaca setumpuk kata yang disusun rapi menjadi sebaris kalimat disana.

"Cara mendekati perempuan yang hard to get?"

Zeyu membulatkan mata, "Sialan, tidak sopan tahu baca-baca ponsel orang!"

"Memang kau orang?"

"Hah?"

"Oh, kukira kau sapi."

Si anjing.

"Aduh, sakit ge!" Zeya mengusap puncak kepala. Pukulan kakaknya tidak main-main. Itu sakit sumpah. "Akan kuadukan ke mama kalau kau kasar padaku."

Zeyu mengangkat dagu. "Coba saja. Minggu depan, tak ku ajak kau ke toko manga!" Tantangnya.

"Ah, jangaann!" Adiknya langsung menempel. Nada merengek ditambah dengan mata berbinar itu sejenak membuat Zeyu geli sendiri.

"Jangan manja-manja!" Dia mendorong bahu anak itu menjauh.

Zeya mengerucutkan bibir tanpa sadar. "Gege, aku serius. Kau jatuh cinta? Kau terlihat kasmaran."

Zeyu mengangkat alis. "Tahu darimana kau kalimat itu?"

Adiknya mendecak. "Ayolaahh, jaman sekarang apa yang anak kecil tidak tahu? Sudah ada gadget, internet, koneksi, dan acara TV. Masa' jatuh cinta saja tak mengerti." Zeya beranjak turun dari ranjangnya. Menjauh, anak itu bilang ingin mengambil minum.

Sesaat, Zeyu termenung.

Saat jantungmu tak berhenti berdebar, ketika pikiranmu kacau, saat seseorang terus hadir dalam kepalamu setiap waktu,

Artinya kau jatuh cinta 'kan?

























































































TBC

see ya💕

–V–

Lonely [end•]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang