Lonely
PART : 16•••
Zeyu berjalan menuruni tangga. Perempatan tak kasat mata muncul di keningnya. Ada setumpuk hal berkumpul di benak. Dia memikirkan banyak hal. Ketika sampai dilantai bawah, dia melihat Suji. Gadis itu meletakkan semangkuk besar popcorn, dan dua gelas cola dingin ke atas meja. Ah, tentu saja. Mereka akan nonton film.
"Kau memesan popcorn?" Dia berceletuk lalu berjalan mendekat. Zeyu mendudukkan diri di sofa tepat menghadap TV.
Suji menggeleng. "Tidak, aku yang membuatnya tadi."
Tangannya menekan tombol-tombol remot. Masuk ke aplikasi Netflix, untuk kemudian mencari film yang bagus. "Suka film bergenre apa?" Suji bertanya tanpa menoleh.
"Action."
Suji meliriknya sekilas, lalu mengerutkan kening. Mereka punya selera yang sama soal urusan film. Pada akhirnya, dia memilih Doctor Strange. Baru saja rilis beberapa bulanlalu. Mereka duduk berdampingan. Hal yang sedikit banyak menghasilkan kecanggungan diantara keduanya.
Film terputar. Pada menit-menit pertama, dua orang itu menonton dengan tenang. Mangkuk popcorn berada di tengah keduanya. Tanpa sengaja, jemari mereka bersentuhan. Zeyu sontak menatap Suji.
"Maaf." Cicit lelaki itu, kemudian menjauhkan tangan.
"Y-ya, tak masalah." Suji berkata lalu mengalihkan pandangan.
Mereka kembali menonton. Zeyu melirik gadis surai legam disampingnya. Suji mengenakan kaos hitam polos, diatas celana pendek dengan warna senada. Kakinya mengenakan sandal kucing bulu yang lucu, sementara rambutnya dibiarkan terurai indah.
"Cantik sekali."
Suji berbalik dengan cepat. Matanya sedikit melebar. "Apa?"
Zeyu bernapas tajam. Mendadak, perkataan Taehyung di kamar tadi muncul seperti kilat.
"Jadilah lelaki yang romantis. Untuk beberapa alasan, kau harus lebih berani mengambil tindakan."
Zeyu menatap gadis itu. Dalam dan penuh dominasi. Diluar, hujan sangat deras. Mendekatkan wajah, jemarinya singgah di helaian rambut Suji. "Kau cantik Suji. Andai kau tahu, aku bisa mengatakan hal itu setiap detik." Bisiknya.
Mata Suji melebar. Jantungnya menggedor keras. Napas keduanya beradu. Dia bisa merasasakan perutnya seolah melilit didalam sana. Zeyu menyentuh pipinya, mengusap dengan pelan.
Wajah Zeyu semakin dekat, Suji memejamkan mata. Sebelum—
Lelaki itu menggesekkan hidung mereka, lalu terkekeh dan menjauh. Suji membuka mata. Mengerjap sesaat, sebelum membuang wajah ke arah lain. Ya Tuhan, apa yang dia harapkan? Astaga, Suji pasti sudah sinting. Wajahnya merona pekat hingga ke telinga. Cantik sekali.
Zeyu menggigit bibir bawahnya. Shit, manis sekali. Andai tahu Suji semanis ini saat tersipu, Zeyu akan menggodanya lebih sering. "Haha, jangan malu-malu nona."
Suji berbalik, tampangnya kesal. "Siapa? A-aku tidak!"
Zeyu tertawa keras. "Manisnyaa."
Suji merasa wajahnya semakin panas. "Jangan tertawa, sudah hentikan!"
__________
Pukul 22.21 Zeyu pamit.
Suji mengantarnya sampai depan pintu.
"Terimakasih untuk hari ini." Suji berujar dengan sedikit senyuman.
Zeyu terperangah, biasanya dia yang mengucapkan kalimat itu terlebih dahulu. Ditambah senyum itu—"Ah, jangan tersenyum seperti itu. Kau membuatku berbunga-bunga."
Bisakah lelaki ini pergi saja dengan damai? "Sudah, pulang saja sana."
"Apa?" Zeyu memegang dadanya dramatis. "Kau mengusirku? Jahatnya."
Suji mengalihkan pandangan. "Cih, apa-apaan." Meski begitu, percayalah. Dia terkekeh pelan.
Dan Zeyu menahan napas melihat pemandangan langka itu. Suji berwajah datar, itu cantik. Suji berwajah kesal, itu cantik. Suji dengan senyuman, itu cantik. Suji yang tertawa—itu cantik sekali. Namum yang paling cantik menurut Zeyu adalah, Suji dengan pipi merona karena tersipu.
Lelaki itu menatapnya main-main. "Hei, mau berdiri disampingku?"
Suji meredakan tawa, mengangkat alis kebingungan. "Ung? Apa yang kau bicarakan?"
"Tidak, bukan sekarang." Zeyu menggeleng, "Nanti, di atas altar. Bersama seorang pendeta dan mengucap janji suci."
Suji bisa merasakan wajahnya mendidih panas, sementara udara sangat dingin disini. Dia mendorong bahu Zeyu pelan. "Uh, sudah hentikan. Pulang saja sana."
Zeyu tertawa keras. Keduanya saling melempar senyum.
"Besok berangkat bersamaku mau?" Tawar Zeyu dengan sebelah alis terangkat.
Suji menatap ragu-ragu, sebelum mengangguk pada akhirnya. Dan Zeyu memekik senang dalam hati. Gotcha!
"Aku pulang."
Suji terkesiap saat tangan Zeyu singgah di puncak kepalanya, dan memberi usakan pelan. Hangat dan nyaman, dia memejamkan mata tanpa sadar. Lelaki itu menjauhkan tangan, lalu berbalik. Hendak pergi.
"Sampai jumpa besok Zeyu-ah."
Zeyu tercekat. Jantungnya seolah berhenti sesaat, hanya untuk kembali berpacu dengan cepat. Berbalik, Suji menatapnya dengan pipi memerah dia ambang pintu. Zeyu-ah? Ini pertama kali Suji memanggilnya begitu. Apa ini artinya—dia selangkah lebih dekat?
Tersenyum, Zeyu mengangguk senang. "Ya, sampai jumpa besok Suji-ah!" Itu nyaris terlalu senang. Suji menggigit bibir untuk menahan tawa tanpa sadar.
"Aku akan menjemputmu besok, jangan lupa!"
"Ya, tentu."
TBC
zeyu buat suji gapapa. sya mau kakaknya soalnya ;)
–V–
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely [end•]
RomanceAda begitu banyak hal rumit yang sulit untuk dipahami. Katakan padaku, apa kau pernah membohongi dirimu sendiri? ♡ ××× Ps; saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam membuat cerita ini. Pss; bahasa baku dan teratur. Psss; tidak menerima plagiat...