Lonely
PART : 22•••
"Silahkan."
Secangkir teh panas disodorkan padanya. Suji menerima dengan baik. Dia dirumah Zeyu. Tidak, ini bukan rumah. Ini—mansion. Sebab yang namanya rumah, itu tidak sebesar ini. Dia duduk dengan manis di sofa marun besar empuk. Terlalu empuk sebenarnya, sampai nyaris membuatnya ingin berbaring.
Di depan Suji, ibu Zeyu tersenyum. Wanita itu berambut cokelat tua sebahu, kulit putih bercahaya, dan senyumnya manis sekali. Sepertinya, senyuman Zeyu menurun dari ibunya. Beliau terlihat masih muda, dan cantik.
"Jadi kau yang namanya Lee Suji ya?" Nyonya Yu bertanya ramah.
Suji mengangguk dengan senyum tipis. "Iya, uh, eommoniem." Jujur saja, dia sedikit kaku menyebut itu. Sebab Suji tidak tahu harus memanggil sebutan bibi dalam bahasa China itu seperti apa.
"Ah, pantas saja Zeyu selalu bercerita tentangmu. Kau cantik sekali rupanya." Celetuk Nyonya Yu lalu tertawa pelan.
Suji tersenyum. Telinganya sedikit memerah mendengar itu.
"Jadi nak Suji ini teman sekelas Zeyu?"
Gadis itu mengangguk. "Iya eommoniem."
Zeyu datang dengan setelan pakaian ditangannya. Sendirinya sudah berganti baju. Dia mengenakan kaos hitam polos, diatas celana training panjang dengan warna senada. Zeyu menyerahkan setumpuk kain itu pada Suji.
Zeyu duduk di samping ibunya. "Mama jangan salah. Suji ini yang paling cerdas di kelas kami."
Mata Suji melebar. "A—ah, t-tidak juga 'kok." Cicitnya tersipu. Dia menatap Zeyu seolah bilang;
Hentikan Zey, aku malu!
"Oh, benarkah?" Nyonya Yu mengangkat alis.
Dan Zeyu mengangguk. "Bukan hanya itu ma, Suji juga sangat lancar berbahasa Inggris. Suaranya bagus, dan dia jago dance. Ketua kelas, juga wakil osis kami. Coba saja mama tanya orang-orang di sekolah, Suji ini kesayangan guru."
Suji menunduk. Sialan Zeyu. Okay, dia cukup sering disanjung seperti itu. Tapi—Suji tidak bisa. Dia terlalu malu mendengar pujian menghantamnya bertubi-tubi.
"Wah, kedengarannya hebat sekali." Nyonya Yu berkata, lalu menatap Suji kagum. "Kalau begitu ajari Zeyu sekali-kali. Bahasa Inggrisnya payah."
Skatmat.
Kini, giliran Zeyu yang ciut. "Ah, ibu.." Decaknya malu. Ayolah, jangan sampai dia depermalukan di depan ekhem, calon pacar.
Suji berdiri dari tempat duduknya. "Uh, sebaiknya—a-aku ganti baju dulu eommoniem. Aku mulai kedinginan." Ya, itu tidak sepenuhnya salah. Sebab dia hanya mengenakan hoodie putih bersih diatas celana pendek berwarna mustard. Dan omong-omong, bajunya sedikit basah karena hujan tadi.
"Oh, tentu saja. Silahkan nak. Zeyu, antar pacarmu—ah, maksud mama antar temanmu ke atas." Nyonya Yu tersenyum. Senyum jahil.
Suji mengalihkan pandangan dengan cepat. Malu dan tersipu.
Zeyu mendengus pelan, sebelum menggenggam tangan kiri Suji. "Ayo!" Mereka menaiki tangga hingga sampai ke lantai dua. Ada 6 pintu disana. Zeyu menuntunnya menuju pintu tersudut. Kening Suji merenyit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely [end•]
RomanceAda begitu banyak hal rumit yang sulit untuk dipahami. Katakan padaku, apa kau pernah membohongi dirimu sendiri? ♡ ××× Ps; saya tidak mengambil keuntungan apapun dalam membuat cerita ini. Pss; bahasa baku dan teratur. Psss; tidak menerima plagiat...