Baiklah. Seokjin mulai risi. Bukan karena Hoseok kini membantu alih-alih membawakan titipan Namjoon, Seokjin bersyukur ada tenaga tambahan, tapi hari ini ... dari mana Namjoon bisa tahu jika Seokjin ingin buah kesukaannya?
"Hoseok-ah? Apa Namjoon berbicara dengan Soobin kemarin?" Cuma kemungkinan itu yang terpikirkan.
"Kemarin kalian masih berkirim surat, 'kan? Jadi, tidak. Kenapa?" Hoseok menengadah dari tumpukan kardus kecil, Seokjin mengernyit ke kotak bingkisan. "Tak suka?"
"Sebaliknya. Dari mana dia ...."
Hoseok tersenyum alih-alih melihat Yoonji yang datang mengoper sapu. "Suratnya bilang apa?"
"Tidak ada surat." Seokjin berpaling, menggeleng. "Lupa mungkin."
Hoseok mendekati, ikut memeriksa bingkisan, memang nihil. Ia mengedikkan bahu, diikuti Seokjin. Mereka kembali membenahi sana-sini kemudian. Beruntung biaya perbaikannya masih bisa ditanggung Seokjin sendiri. Tak mau minta bantuan selama masih mampu. Ia enggan menyusahkan orang lain. Terlebih Namjoon si sukarelawan pertama.
Yoonji merapat ke Hoseok dengan kain lap di tangan, berbisik.
"Katanya bosan berkirim-kiriman. Kesal dikasih makanan melulu, tapi selalu lekas menyelesaikan kerjaan dan buru-buru tulis jawaban. Tadi lihat, 'kan? Mencari tak acuh, padahal dalam hati rindu setengah mati. Kak Hoseok sadar tidak?" Yoonji berceloteh dikira Hoseok perlu tambahan informasi.
"Aku bisa lihat itu. Lalu, kau sendiri? Sukanya apa, Yoon-ah?" Gadis jiplakan Yoongi itu mengangkat alis, Hoseok memberi senyuman terbaiknya.
"Kesetiaan dan uang." Lalu berpaling pergi, Hoseok mengekor dengan bujuk rayu.
Ponsel Seokjin berdering, mengira Jungkook, diangkatnya segera.
"Jin-ah?"
Bibir ranum terkatup bergeming, tatapan menerawang. Efek sapaan berat yang lama absen, membuat Seokjin kelu.
"Jin-ah? Halo? Apa salah nomor ...."
"Ti-tidak, ini aku. Ada apa?" Seokjin refleks menjawab.
"Syukurlah. Sudah terima titipanku?"
"Iya. Tahu dari mana aku mau stoberi?" Tak menyangka Namjoon menelepon. Suara Seokjin serasa bergetar gugup. Apalagi mendengar suara berat itu tertawa.
"Senangnya bisa sehati."
"Ng-ngawur! Cuma kebetulan!"
"Aku beruntung, ya?"
Seokjin memejam. "Apanya?"
"Bisa buat telingamu memerah."
:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Twitterpated | NJ ✔
Fiksi Penggemar[BTS - Namjin] Cerita yang manis-manis gula. Tidak boleh banyak, tapi nagih jua. Sama sekali tidak berhubungan dengan burung biru sosial di sana. Ini ketika cinta melanda dirinya. Dunia hanya berporos padanya. Akankah sama-sama merasa? Atau malah, b...