'Pfftt hahaha eh dia itu kenapa kok jadi gitu?'
'Dihukum kali dia'
'Cantik banget, hahaha'
Sepanjang perjalanan Devan ke kelas ia terus saja mendengar hal yang sama, Devan benar - benar geram dia melototi siapapun yang berbisik - bisik tentangnya.
'Udin sialan!! Awas aja lu Din bakalan gua bales lu!' Devan mengepalkan kedua tangannya dan mempercepat langkahnya dengan terus menyumpah serapahi dalang dari deritanya di pagi hari ini, si Udin yang memberikan dare buat Devan agar ia datang ke sekolah memakai seragam siswi dan juga wig.
Itulah sebabnya semua siswa dan siswi terus - terusan menertawakan dirinya, karena dandanannya dari atas sampai bawah. Dimulai dari Wig, seragam dan rok, serta sepatu perempuan membuatnya terlihat beda bahkan ada yang mengatakannya bahwa ia mengalahkan perempuan asli.
"Gua musti cepet - cepet ke kelas, sebelum makin banyak orang yang dateng. Padahal gua datengnya udah pagi kirainnya belum ada orang tau - taunya udah rame kek gini" kesal Devan yang memegang ujung rok yang entah dari mana ia dapat dan mempercepat langkahnya.
Devan terus menggerutu sehingga tidak sadar dengan keberadaan Pak Abdul yang tengah berbincang dengan bu Nina dan..
Brukk
Pak Abdul langsung oleng tapi tak lama ia langsung terjatuh karena tidak kuasa menahan beban tubuhnya, perut buncitnya itu membuatnya tidak bisa bangkit untuk berdiri. Sudah berkali - kali ia mencoba tapi tidak bisa.
Sedangkan Devan yang merasakan sakit di perutnya itu mengelus pelan perutnya tanpa menyadari Wig yang ia pakai terlepas dan jatuh tepat mengenai wajah pak Abdul, beruntung tidak terjadi apa - apa terhadap bu Nina yang masih menetralkan degupan jantung yang berdetak dua kali lebih cepat karena terkejut.
"Eh eh tolongin itu bapaknya kasian" panik bu Nina yang melihat pak Abdul terlentang mengenaskan dengan perut buncit yang membuat dua kancing bajunya terlepas memperlihatkan baju dalam pak Abdul yang berwarna putih.
Devan dengan sigap langsung menolong pak Abdul dan menariknya untuk berdiri, sekuat tenaga Devan menariknya dengan becucuran keringat akhirnya pak Abdul bisa berdiri juga. Begitu Devan ingin kabur, ia lupa bahwa ia Tengah memakai rok yang membuatnya jatuh tersungkur tapi beruntung ia sempat berpegangan pada celana pak Abdul sehingga ia tidak tersungkur hanya jatuh terduduk di lantai
"DEVAN...!!!!!!" teriak pak Abdul yang tengah menaikkan celananya menutupi boxer pink bertuliskan hello kitty yang ia kenakan itu.
Teriakan pak Abdul begitu menggelegar terdengar di sepanjang koridor membuat para siswa dan siswi segera berdatangan penasaran dengan apa yang terjadi di pagi hari yang cerah ini, Devan yang menjadi korban hanya meringis meniup kepalan tangan dan mengarahkan pada kedua telinganya secara bergantian.
Para siswa dan siswi yang melihat kejadian tersebut hanya cekikikan, bahkan ada juga yang tertawa terbahak - bahak. Membuat pak Abdul begitu malu apalagi bu Nina yang sedari tadi memperhatikan semuanya tengah menutup matanya menggunakan kedua tangannya.
Wajah dan juga telinga pak Abdul memerah, ia malu dan juga emosi.
"Bubar kalian semua, kembali ke kelas sebentar lagi pelajaran akan dimulai atau bapak hukum!" ancam pak Abdul dengan celana yang sudah ia kenakan.Sedangkan Devan yang melihat adanya kesempatan emas dengan cekatan melepas sepatu yang membuat pinggiran kakinya memerah dan mengambil Wig yang tergeletak di lantai lalu berjinjit pelan menjauh dari pak Abdul. Tapi sepatu yang ia pegang terjatuh membuatnya menegang seketika.
"Devan, mau kemana kamu hah!?" suara dibelakangnya itu menghentikan langkah Devan yang berniat kabur.
Dengan hati - hati Devan membalikkan badan menghadap pemilik suara itu, tak jauh dari Devan disana pak Abdul tengah berdiri berkacak pinggang tak lupa dengan tampang sangarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asalkan Kau Bahagia
Romantizm'Lalu bagaimana denganmu?' tanya gadis itu dengan mata yang berkaca - kaca 'Tak apa, asalkan kau bahagia aku juga ikut berbahagia untukmu. lagi pula suatu hubungan yang dipaksakan rasanya pasti hambar dan menyakitkan' pria didepannya berusaha tersen...