Evanescent
"Liv bagi makaroni!" ucap Naya.
"Makaroni gua abis ma lu doang Nay"
Naya yang mendengarnya langsung tersenyum polos tanpa dosa, "Anggep aja sedekah sama orang cantik."
"Pengen gue muntahin muka lu rasanya" jawab Livia.
Emang ya mereka berdua tuh temenan rasa musuh, kadang-kadang marahan, kadang-kadang akrab banget sampai dikira kembar. Tapi gak papa menurutnya persahabatan mereka dengan cara seperti itu lebih bewarna ketimbang yang lempeng-lempeng aja.
Tiba-tiba Livia mendekatkan wajah nya kearah Naya membisikkan sesuatu.
"Gua pacaran ma Jeno, Nay" bisik Livia
Naya terkejut, "Demi apa! Boong lu!" sahutnya tak percaya dengan suara yang kencang.
"Ssst! Jan berisik" ucap Livia pelan.
"Demi apa?" tanya Naya sekali lagi dengan suara rendah.
"Demi Allah, Nay" jawab Livia.
"Lu diem-diem aja tapi" lanjut Livia.
"Iyalah, gua gak bakal ngasih tau" jawab Naya.
***
Setelah masuk kelas entah kenapa Livia rasa perutnya sakit, sakitnya berbeda lebih sakit dari datang bulan. Livia mencoba menahannya namun malah rasa sakitnya semakin menjadi-jadi membuatnya tanpa sadar mengeluarkan air mata.
Naya yang melihat Livia menangis langsung panik dan menanyakan keadaan Livia sekarang.
"Liv, lo kenapa? Kok nangis?" tanya Naya yang memegang bahu Livia.
"Perut gue sakit banget tiba-tiba, Nay" lirih Livia.
"Dara! Chika! Livia sakit perut nih ayo anter ke uks" ucap Naya.
Dara dan Chika seketika menengok ke arah Livia dan Naya.
"Mukalu pucet banget Liv, pulang aja ya" ujar Dara.
"Iya pulang aja, nanti kita bertiga izin ke Bu Erni deh" jawab Chika.
Tiba-tiba Jeno datang karena mendengar Naya teriak menyebut nama Livia yang sedang sakit.
"Dia kenapa, Nay?" tanya Jeno sambil melirik ke arah Livia yang sedang menutupi mukanya dengan tangannya.
"Dia sakit perut katanya" jawab Naya.
"Udah lo sono, gue mau ijin sama Bu Erni" lanjut Naya.
Jeno mengangguk, "Jagain ya, pacar gua."
Sedangkan di sisi lain ada Jeno yang menatap Livia penasaran, Jeno merasa Livia sepertinya sedang berada di keadaan yang tidak sehat.
Wajah Livia terlihat lemas dan pucat, di tambah lagi dengan air mata yang turun dari mata gadis tersebut.
"Ayo Chi, Ra! Kita izin dulu ke Bu Erni" sahut Naya yang diberi anggukan oleh Dara dan Chika.
Setelah mereka bertiga mendapatkan izin untuk memperbolehkan Livia pulang ke rumah, Dara, Naya, dan Chika mengantar Livia ke depan gerbang untuk di jemput mamanya.
***
Jam pulang sekolah tiba, namun Jeno masih menunggu Chika dan Dara untuk menanyakan keadaan Livia tadi.
"Dara! Chika! Mau nanya gue" panggil Jeno.
Chika dan Dara pun mendekat, "Ada apaan?" tanya Dara.
"Livia gimana udah dibawa pulang?" tanya Jeno.
"Iya tadi udah dijemput sama abang nya, lo tenang aja" jawab Dara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Evanescent
Teen FictionJika ada kesempatan, ia--seorang gadis manis hanya ingin melihat sekali lagi bagaimana caranya 'dia' tersenyum untuk terakhir kali. Credit cover by: @hunyoel