"Dimana letak kelemahan manusia, sementara mereka diabaikan disaat lemahnya. Bisakah mereka sembuh dari sebuah luka?"
.
.
.
(Author **** POV)
Yoongi sebenarnya malas untuk datang ke sini, di salah satu pertemuan atau katakanlah perjamuan makan antara sahabat ayahnya. Bagaimana tidak? Yoongi ingin menjemput adiknya dan mengajak dia ke suatu tempat akan tetapi rencana yang sudah ia susun gagal sudah. Ada sedikit kelegaan saat dia bisa melihat sang adik belajar di sekolahannya dengan tenang, bahkan dia ingin memperbaiki hubungannya dengan sang adik.
Memuakkan memang apalagi jiwa memberontaknya sempat membara, jika sang ayah tidak mengancam dirinya dengan membawa nama sang adik. Beta kesayangannya dan tentunya salah satu dia bertahan dalam lingkungan keluarga yang kolot menurutnya.
"Yoongi tolong tersenyum, kau akan bertemu dengan teman appa lainnya." Sang ayah menyenggol tangan sang anak, disana sang putra meliriknya dengan wajah datar dia tak mengangguk atau menolak dia hanya jenuh dan juga tak suka keramaian. Dia memang introvet tapi bukan berarti dia manusia diam penurut, dia punya kriteria sendiri untuk mengisi waktu. Ketimbang mendengarkan masalah bisnis yang bahkan tak ia minat sama sekali, dia ingin menjadi salah satu kontributor terbesar di negara untuk mencapai impiannya.
Itu masih rahasia, karena Yoongi tak ingin pamer sebelum sukses.
"Memangnya kenapa appa, aku tidak membuat masalah. Memang sejak lahir aku begini, kenapa aku tidak boleh pulang dulu. aku punya tugas kuliah dan harus aku selesaikan."
Yoongi berusaha untuk menghindari acara, terlihat bagaimana dirinya berusaha pergi sebelum makan malam di mulai. Sang ayah yang tadinya terdiam menahan tangan sang putra untuk tidak pergi, bagaimana tidak... yang ditunggu sudah datang dan itu membuat wajah muak Yoongi tercetak dengan jelas.
Menyebalkan, dan bukan hanya dua orang saja yang datang melainkan salah seorang membawa gadis muda yang tersenyum kearah pria yang membawa Yoongi datang kesini. Dia mengulas senyum manisnya dengan kulit putih dan berambut panjang tergurai menggunakan setelan gaun hitam menjuntai anggun. Nampak cantik dan tak sengaja gadis berusia 20 tahun itu jatuh hati pada seorang yang tak sedikitpun membalas senyumannya.
Hanya sebuah tatapan datar dengan sikap acuh, Yoongi hanya ingin menemui sang adik dan bukannya mengikuti acara tak penting seperti ini. sudah pukul setengah tujuh malam dan dia khawatir bagaimana keadaan sang adik disana. Tak seharusnya Jungkook mengeluarkan seluruh energinya hanya untuk berfikir keras mengenai soal mata pelajaran yang diajarkan di sekolahnya. Memang sejak kecil sang Alpha tak suka dengan pelajaran tambahan, lantaran dia muak dengan sikap mentor yang terlampau keras. Dia tak pernah ikut akan tetapi dia mendengar dari penagalaman teman sebayanya. Meskipun tidak semua mentor keras, akan tetapi kebanyakan begitu hanya untuk menuntut agar anak didiknya mendapatkan mata pelajaran yang memuaskan.
Yoongi berpendapat dia akan membawa sang adik ke Amerika dan bekerja disana. dia ingin sang adik mengembangkan bakat yang ia miliki dan bukannya mengikuti egoisme orang tua yang menjadi. Dalam diamnya sang Alpha memikirkan itu semua, sampai salah seorang sahabat ayahnya saja dia tak tahu jika tengah memanggilnya. Dia melamun dan sang ayah yang menyadarkan lamunannya.
"Kau sedang di tanyai tuan Han." Sang ayah sebenarnya kesal akan tetapi dia tutupi itu semua dengan senyum palsu, dan Yoongi tentu saja tahu. siapa yang tak kenal kedua orang tuanya lebih baik ketimbang dirinya. Dia kaya tapi tak bahagia, sama saja lantaran tak ada cinta terlebih adiknya kasih sayang mana yang mereka berikan kecuali menghancurkan harapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alpha Beta (Sad Story Yoonkook) [Spesial Tears]
Fanfiction'Tidak ada alasanku untuk berhenti mempedulikanmu, karena yang kutahu bahwa kau adalah Beta bagiku. Maka aku katakan dengan lantang di depan dunia, bahwa aku menyayangimu... sangat menyayangimu. Betaku sekaligus adikku. Ya, tentu saja... Karena seor...