Anything.

807 131 8
                                    

Seokjin memutuskan menunggu di kedai. Sudah tujuh puluh persen kemajuan yang dilakukan sampai siap dibuka lagi. Hoseok terang-terangan mengajukan diri mengantar Yoonji pulang. Seokjin tak mengapa, cukup tahu jika Hoseok bertanggung jawab.

Tak sengaja, Seokjin melihat kotak stoberinya. Entah sudah berapa hari mereka saling berkirim surat, sampai terasa seperti kawan lama. Tadi, sekelebat rasa kecewa mampir di hatinya karena tak mendapati sepucuk amplop biru. Yang mana dibuat terkejut saat empunya menyapa langsung. Sampai Seokjin menuntut Namjoon segera datang karena bantuan Hoseok tidak masuk hitungan.

Namun, apa benar hanya alasan klise itu dasar permintaannya?

Seokjin menggeleng. Menepuk pelipis juga mengumpat dirinya. Namjoon terlalu memberinya perhatian. Memang ada berapa orang di luar saudara dan teman yang mau sibuk bersikap lembut seperti Namjoon? Orang itu malah mengiriminya kudapan mahal padahal sedang berjuang sembuh.

Sudah kubilang kak Namjoon itu serius padamu, kak. Firasatku ini jarang salah, tahu.

Seokjin terkekeh, ingat kalimat jumawa Soobin beberapa saat lalu, tapi ngomong-ngomong gerangan itu mana batang hidungnya? Sudah jam sembilan malam. Bimbingan selesai sejam lalu.

Keluar untuk mengecek, kelegaan Seokjin karena melihat siluet Soobin di seberang kedai, seketika sirna begitu ada pria menghampiri. Yang Seokjin tahu, ia sudah berlari kesetanan untuk segera merebut Soobin.

Ricuh saling teriak dan tarik menarik memecah keheningan malam. Seokjin seperti kena sial yang sama begitu ia dipukul mundur dari Soobin oleh dua pria besar. Hatinya remuk melihat Soobin memohon.

"Lepaskan kakakku! Kumohon! Ayah!" Soobin ditahan lengannya oleh seorang pria, sementara Seokjin meringkuk ditendang ke tanah.

"Cepat pilih, anak durhaka!"

"Ayah, hentikan!"

Seokjin terbatuk, mencengkeram perut dengan tameng lengan. Pandangannya berkunang, tapi pikirannya jernih untuk memutuskan.

"Lakukan sesukamu, tapi kembalikan Soobin padaku. Kumohon ...." Lebih baik mengalah. Apa pun, asalkan Soobin tidak diambil darinya.

Mengangguk puas, seberkas surat terulur untuk ditandatangani Seokjin. Setelahnya Soobin berlari memeluk, Seokjin pengecupinya penuh syukur, sementara kedainya disegel.

:)

Twitterpated | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang