1

3 0 0
                                    

"Kak Nanda Bunda kenapa ya kok nangis?" tanya Manda dengan wajah polosnya.

"Mungkin Bunda capek dek" sahutku dengan rasa penasaran.

Aku pun coba hampiri Bunda dan memeluknya karena Bunda selalu bilang kalau Bunda nangis anak-anak Bunda harus peluk Bunda ya. Aku ajak Amanda untuk memeluk Bunda yang sedang menangis diatas sajadahnya.

"Bunda.....maafin Kaka juga adik ya. Bunda cape ya?" pelukku yang langsung disambut pelukan hangat Bunda. Sedangkan Amanda dia hanya berdiri dengan botol susu digenggamannya. Aku rasa tangis Bunda semakin lama semakin keras, sedari tadi Bunda hanya bilang maafin Bunda maafin Bunda.

"Bunda? Kenapa minta maaf kan enggak nakal yang nakal adik sama Kaka" ujar Manda polos. Bunda tersenyum dalam tangisnya mendengar apa yang Manda ucapkan.

Terdengar ketukan pintu, Bunda pun bergegas melipat mukena dan menyeka air mata nya. Ternyata itu Ayah, ayah pulang dari tugasnya. Aku bangga dengan Ayahku, dia seorang Polisi yang bertugas menjaga keamanan Negara. Di sekolah aku selalu banggakan beliau, sosok Ayah idaman bagi semua anak karena Ayahku baik tak pernah kasar juga selalu turuti keinginan kita berdua dan terlebih Ayah sangat sayang Bunda.

"Kok lama Bun?" Tanya Ayah sembari meletakkan sepatu di rak sepatu.

"Bunda habis sholat Yah, tadi anak-anak ikut sholat juga jadi sekalian Bunda ajarkan mereka"

"Oh....Bunda habis nangis ya? Kenapa? Anak-anak nakal hari ini atau Bunda sedang ada masalah?"

Bunda hanya tersenyum simpul dan langsung menyiapkan makanan yang sudah ia masak tadi. Kami berempat makan dengan lahap sesekali Ayah terlihat menatap wajah Bunda yang tertunduk lesu. Bunda tampak berbeda hari ini, seusai makan ia langsung bereskan dan langsung pergi ke kamar dengan alasan mau tidurkan Amanda. Biasanya pulang Ayah kerja, Bunda selalu sambut Ayah dan temani Ayah bercerita atau bermain bersama Aku dan Manda. Ah, mungkin Bunda sedang tak enak badan atau mungkin Aku terlampau nakal tak mau dengar nasihat Bunda.

"Ayah....Bunda kenapa ya? Dari tadi nangis lho, Kaka udah minta maaf sama Bunda. Mungkin Kaka nakal ya Yah?" aku menghampiri Ayah yang sedang duduk santai di ruang tv.

"Bunda lagi cape aja mungkin Ka, yuk kita samperin Bunda" ajak Ayah.

Ayah coba tenangkan Bunda namun Bunda tetap bungkam tak mau mengungkapkan sepatah kata apapun.

****

"Bunda...bunda...." teriakku sambil memakai seragam sekolah dasarku, walaupun aku masih sd namun Bunda selalu ajarkan aku mandiri. Namun, Bunda tak menyahut aku pun pergi ke dapur siapa tahu Bunda sedang memasak. Di dapur pun tak ada Bunda, tapi makanan sudah tersedia disana. Mungkin di kamar , disana pun tak ada Bunda. Aku coba telpon Ayah karena Ayah selepas pulang tadi malam, biasanya subuh sudah berangkat untuk dinas kembali.

"Ayah...Bunda kok gak ada ya? Manda juga gak ada yah. Ayah tahu Bunda pergi kemana? Kaka mau sekolah tak ada yang antar"

"Bunda sedang belanja mungkin Kak, coba lihat ada motor Bunda gak? Yaudah Kaka tunggu ya, nanti Ayah jemput Kaka dirumah" ujar Ayah menutup ponselnya.

Selesai pakai seragam aku pun sarapan sambil menunggu Ayah datang. Terdengar suara mesin mobil Ayah, aku bergegas lari menghampirinya. Nampak Ayah masih sibuk dengan ponselnya, mungkin sedang mencoba hubungi Bunda. Aku kunci pintu rumah dan ku taruh ditempat biasa Bunda taruh kuncinya siapa tahu lepas belanja nanti Bunda pulang. Sepanjang perjalanan ke sekolah Ayah tak bicara sepatah kata apapun, ia terus mengotak-ngatik ponselnya.

Jam pelajaran telah usai, aku menunggu di depan gerbang sekolah. Ada yang menjemputku namun itu seperti pamanku adik dari Ayah.

"Nanda, udah lama sayang? Ayah tadi kasih tahu paman, dia tak bisa jemput kamu. Ayoo naik motor nak, hati-hati ya" ucap Paman.

"Paman, Bunda kemana sih? Dari tadi pagi lho Bunda gak ada bawa Manda lagi" tanyaku heran.

"Bunda ada di rumah Nenek nak, jadi kita pulang ke rumah Nenek aja ya" ajak Paman lagi. Jarak rumahku ke rumah Nenek terbilang lumayan dekat hanya perlu waktu 1 jam untuk kesana. Namun, dari sekolahku ke rumah Nenek hanya perlu waktu 20 menitan saja.

Sesampainya dirumah Nenek, tampak mobil Ayah terparkir disana. Banyak sekali orang di rumah Nenek, ah mungkin sedang ada acara keluarga pikirku karena Bunda dan Manda sudah pergi dari tadi pagi. Lututku lemas rasanya melihat Bunda terkapar dan berlumuran darah juga terdapat perban dilengannya. Aku langsung menangis melihat keadaan ini, disana Ayah hanya terdiam sambil memegangi kepalanya. Nenek yang belum siuman dari pingsannya, Amanda yang terus merengek meminta Bunda bangun, aku kalut saat itu. Aku coba tanya pada semua orang yang ada didalam tapi tak satupun diantara mereka menjawab pertanyaanku. Mungkin ini jawaban tangisan Bunda semalam, apa mungkin Bunda kecelakaan atau ada yang berbuat jahat pada Bunda. Paman melihatku menangis langsung memelukku seraya menenangkan kalau Bunda baik-baik saja.

*****

#gimana masih penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Sebenarnya ada kejadian apa yang menimpa keluarga Ananda? Ikutin terus ya kelanjutan ceritanya 😊😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"Silent Silence"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang