"Niel! Ayo temenin aku nonton balbie." gadis kecil itu senantiasa menarik tangan bocah laki-laki yang ada dihadapanya.
"Nanti ara." ia pun melepaskan tangan mungil yang menariknya, dan kembali melanjutkan games yang sedang dimainkannya. Merasa diabaikan gadis kecil itu menghentakkan kakinya dengan kesal.
"Ih niel! Ala mau nonton balbie nya sekalangg! Niel udah dong main games sepedanya." Ujar gadis kecil itu dengan cadel.
Gadis kecil itu masih berusah membujuk laki-laki tersebut seraya menarik kecil bajunya, melihat hal itu bocah laki-laki tersebut menjadi tidak tega.
"yaudah ayo! Tapi ara janji sama daniel. Mulai sekarang ara harus belajar ngomong r biar gak cadel lagi, janji?" ujarnya sambil mengangkat jari kelingking nya yang mungil.
Melihat hal tersebut mata hazelnya pun berbinar gadis itu pun tersenyum senang. Perlahan ia mulai mengangkat jari kelingking nya dan mengaitkannya.
"ala janji!"
***
"ala nggak mau pindah pa.. hiks.. hiks"
gadis kecil itu sedang menangis, wajah imut dan cantiknya kini dipenuhi dengan air mata, membuat siapapun yang melihatnya menjadi tidak tega. Termasuk Antonio, melihat gadis kecilnya menangis membuatnya sangat tidak tega.
Tapi mau bagaimana lagi, tanggung jawabnya sebagai direktur perusahaan Gilbert Cooperation mengharuskannya pindah ke london untuk mengurusi perusahaannya yang sedang mengalami kendala disana.
"ara sayang, kita harus pindah.. papa harus mengurusi masalah perusahaan papa di london untuk beberapa tahun. Papa janji nanti pasti kita bakal balik kesini lagi, ara jangan nangis lagi ya?"
"Ala gak mau!!Ala mau disini! Ala mau main sama daniel.. ala gak mau pindah!hiks..hiks."
"sayang.. jangan nangis lagi dong, kita harus pindah. Nanti disana pasti ara seneng, nanti ara juga dapet temen-temen baru."andini mengelus pelan rambut putrinya.
"ala gak mau temen baru! Ala cuma mau daniel ma!"
Gadis kecil itu pun berlari keluar rumah, ia menghampiri rumah yang ada disebelah rumahnya.
"ara!"
"daniel! Niel! Daniel dimana!? Ala halus pelgi..tapi ala gak mau, ala mau disini sama niel! hiks.. hiks.."
Ia melihat gadis yang sangat ia kenali sedang menangis di depan rumahnya, dengan segera ia berlari menghampiri gadis itu.
"ara kenapa?"
Mendengar itu langsung saja gadis kecil itu memeluk erat bocah lekaki yang ada dihadapannya. Mendapat pelakuan mendadak seperti itu sontak membuatnya tersentak kaget, tak lama kemudian bocah lelaki itu pun balas memeluk sambil mengusap pelan rambut panjang gadis itu.
"ala gak mau pelgi! Ala mau sama niel! hiks..hiks.." isak nya pelan disela-sela tangisannya.
Andini menghampiri putri nya yang masih senantiasa berada di pelukan bocah lelaki tersebut.
"ara..ayo nak, nanti kita bisa ketinggalan pesawat."
Bukannya melepas pelukannya, gadis kecil itu semakin mengeratkan pelukannya. Melihat putrinya itu andini menjadi tidak tega.
"nggak! Pokoknya ala nggak mau!"
"ara..,kamu harus pergi." perlahan ia pun melepaskan pelukan erat gadis kecil dihadapannya ini.
"tapi ala nggak mau daniel, ala mau disini..ala mau sama daniel. Daniel baik, daniel selalu mau ala ajak nonton balbie sama main masak-masakan..ala nggak mau ninggalin daniel. "
"kok masih cadel? ara udah janji kan?"
Ia pun memegang pundak gadis yang ada dihadapannya."iyaa, ala.. ara gak lupa kok cuma a.. ara masih belum biasa."ujarnya sambil menunduk kecil.
"tuh kan ara bisa, ara cuma belum terbiasa aja.. nanti juga lama-lama ara terbiasa, sama kayak daniel. Ara akan terbiasa nggak ada daniel."
Mencoba meyakinkan gadis kecil itu."tapi niel.."
Ia mendongakan kepalanya, seketika mata hazel nya bertemu dengan mata hitam legam tajam lelaki tersebut.
"ara udah gede, harus patuh sama papa mama. Nggak boleh nangis lagi, nanti semua pada khawatir..niel gak suka liat ara nangis." seraya menghapus air mata yang mengalir diwajah cantik gadis itu.
Ia mencoba tersenyum tipis, mencoba meyakinkan gadis cantik itu. Walaupun ia juga merasa sesak didadanya.
"niel.."
"jaga diri baik-baik ya, Jangan cengeng lagi!" seraya mengusap pelan kepala gadis itu.
"ayo ara.. papa udah nunggu di mobil."
Andini menarik pelan tangan mungil putrinya menuju mobil."byee daniel."
Gadis kecil itu pun masuk kedalam mobil, tak lama kemudian mobil itu melaju. Mobil itu pun semakin menjauh, bocah laki-laki itu hanya bisa menatap sendu mobil yang perlahan hilang dari pandangannya. Tanpa sadar cairan bening mengalir dari matanya.
"bye ra."
***
Haii!! Ini cerita baru gue nih.. Setelah sekian lama akhirnya mencoba nulis lagi hehe..
Gimana? Gimana? Prolog nya kepanjangan gak kira"? Semoga pada suka ya!! Lov u all 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE
Teen FictionKetika sebuah perasaan asing yang tiba-tiba datang namun sulit diungkapkan melalui kata-kata. Kenapa lo mesti datang jika hanya bisa meninggalkan luka. -Alfa Daniel Jackson Dibalik dingin dan kaku lo, kenapa gue selalu merasa nyaman dan aman dideka...